Selasa, 04 November 2008

SUN YAT SEN NAIK KAPAL

Oleh: Sansulung John Sum


Aki Soerjo belum lahir ketika sampan itu sudah mulai bertugas melakukan kesibukan pentingnya. Ya, beliau baru lahir ketika ketinting, sebutan orang Kalimantan untuk sampan, itu mulai menua. Berbagai tambalan terlihat menutupi bekas-bekas lubang. Riak dan ombak tak cuma sekali duakali membuat ketinting itu sempoyongan. Begitu pun, ketinting tua itu masih mengemban tugas yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Tak banyak orang dari orang banyak itu, apalagi riak dan ombak, yang peduli sampai kapan sampan tua itu akan sanggup menunaikan tugasnya.

Sementara itu di belahan dunia lain, di dek sebuah kapal terpampang jelas larangan meludah sembarangan. Phuii! Ada saja penumpang yang tidak mengindahkannya. Suatu waktu, Sun Yat Sen naik kapal itu. Kejadian itu, yang mungkin merupakan pemandangan yang lumrah bagi orang-orang kapal, juga terlihat oleh Dr Sun. Phuii! Spontan, Dr Sun mengeluarkan saputangannya dan menyeka air ludah yang masih hangat di lantai dek itu.

Duapuluh tahun yang lalu, saat pembukaan Dunia Fantasi Taman Impian Jaya Ancol di Jakarta, sebuah kejadian kecil menarik perhatian wartawan media massa nasional. Dilaporkan, seusai acara pembukaan, Ir Ciputra turut berkeliling di arena proyek yang dibangun dalam pimpinannya tersebut. Tatkala melihat sehelai sampah tergolek di jalan di dalam arena beragam wahana tersebut, serta merta Pak Ci memungutnya sendiri, bukannya menyuruh petugas kebersihan. Perbuatan ini menjadi menarik karena sangat kontras dengan situasi di tahun 1985 itu, ketika Jakarta masih dikenal sebagai megakampung yang warganya acuh tak acuh soal membuang sampah.

“Jauhkan ego Anda dari posisi Anda, sehingga ketika posisi Anda jatuh, ego Anda tidak ikut jatuh,” begitu kata Jenderal Colin Powell. Tak sulit bagi kita untuk memastikan bahwa kearifan seperti ini pula yang dianut oleh Dr Sun dan Ir Ci, sehingga tidak ada sedikit pun rasa terpaksa atau kuatir akan terhina ketika mereka melakukan hal-hal di atas. Bahkan bukan cuma itu, sebagai kelompok great leaders yang berkompetensi mumpuniah, mereka pun bersikap sebagai compassionate leaders yang sanggup menunjukkan kepedulian sanubariah dengan pendekatan holistik-ekologi.

Suara Visionari dan Sanubari
Tahun 2005, dunia memiliki seorang paus baru, yaitu Benedictus XVI, sebagai pemimpin umat Katolik yang kini jumlahnya lebih kurang 1 milyar orang di seluruh penjuru bumi! Sejak dahulu, seorang paus memposisikan dirinya sebagai pelayan dari para pelayan Tuhan, servus servorum Dei. Sebuah positioning dengan pendekatan compassionate leadership yang khas dan berhasil karena menyentuh inti dari makna hakiki kepemimpinan itu sendiri. Seperti kata Robert K. Greenleaf, “The great leader is seen as servant first.” Pengajar di Harvard Business School yang mantan eksekutif AT&T ini menambahkan, “And that simple fact is the key to his greatness.”

Jack Welch, mantan CEO General Electric yang tersohor, seringkali membuat catatan tulisan tangan yang menjadi inspirasi bagi para manajernya, dan untuk menunjukkan dukungan serta empati mengenai masalah mereka. Untuk “merasakan” kehidupan perusahaan, para eksekutif puncak sejak dulu telah menyadari kebutuhan untuk turba (turun ke bawah). Namun, kini bukan hanya turba yang dibutuhkan, tetapi turbu (turun ke bumi). Perhatian yang dynamic interplay diberikan kepada kehidupan perusahaan sekaligus juga kepada kehidupan lingkungan luar perusahaan.

Sehingga, karyawan tidak lagi hanya dipandang sebagai warga perusahaan atau alat produksi semata, tetapi juga sebagai warga masyarakat yang pantas menjadi salah satu sasaran program penerapan konsep Corporate Social Responsibility sehingga dapat sekaligus menjadi “duta” perusahaan bagi pembangunan masyarakat. Hal ini memperlihatkan bahwa pendekatan holistik-ekologi kini juga mempengaruhi teori manajemen, agar memiliki wawasan dan sasaran yang lebih luas dan selalu mempertanyakan sasaran yang telah ditentukan.

Para visionaris sejati memahami dan selalu siap mengantisipasi perubahan yang bakal terjadi. Para pemimpin sanubariah (conscious leaders) memiliki potensi terbesar untuk visionary insight dan untuk action! Para pemimpin sanubariah selalu memiliki motivasi moral dan etikal untuk melakukan apa yang benar bagi kebaikan bersama. Baik bagi perusahaan (profit), baik bagi orang-orang (people), dan baik bagi bumi (planet) ini.

Bukankah kita bersama seluruh insan sedang menaiki kapal tua yang sama ini, yang bernama buwana, earth, atau bumi, yang telah menua jauh sebelum lahirnya generasi kita ini, Sun Yat Sen, ataupun Aki Soerjo.

* Sansulung John Sum, Penulis Buku “Awaking The Excellent Habit, Memberdayakan Akal-Budi untuk Sukses bersama: Abdullah Gymnastiar, Andrias Harefa, Andrie Wongso”. Artikel ini pernah dimuat di majalah ExecutiveFocus, Juni 2005

HIPNOTERAPI UNTUK ATASI PROBLEM PSIKIS

Oleh: Yus Santos

Sejak tampilnya hypnosis di acara TV kontan ada banyak respon positif terhadap hypnosis. Meskipun masih ada tanda tanya bagaimana bisa orang dibuat lucu lucu seperti telpon memakai sepatu atau orang langsung berjoget ketika ketika mendengar musik dangdut. Itulah stage hypnotism atau hipnotis untuk hiburan. Faktanya adalah sangat berbeda dengan hipnoterapi atau hipnotis untuk penyembuhan. Kalau hipnotis untuk hiburan seperti disaksikan di TV, menekankan bahwa subjek hipnotis (yang dihipnotis) memang sebelumnya mau kerjasama untuk tampil di TV guna menghibur. Kata kuncinya adalah mau bekerjasama, alias dipersiapkan dahulu sebelum ditayangkan di TV.

Sejarah Hypnotherapy
Sedang hipnoterapi adalah ilmu hipnotis yang digunakan untuk pengobatan. Hynoterapy telah melalui perjalanan panjang dalam kasanah ilmiah barat. Mulai dari Anton Mesmer(1734-1815) seorang dokter asal Austria yang menggunakan hipnotis untuk menyembuhkan pasiennya dan cara yang digunakan Anton Mesmer dikenal dengan Mesmerisme. Sedangkan istilah hipnosis diciptakan oleh James Braid (1795-1860) seorang dokter asal Skotlandia dan mulailah hipnosis diterima sebagai ilmu pengetahuan dan metode terapi di Eropa. Beberapa tokoh besar yang menggunaan dan mengembangkan hipnoterapi adalah Jean Charcot neurolog asal Prancis, Sigmnd Freud, Milton Ericshon dan di Amerika sendiri sejak tahun 1950-an hipnoterapi diterima sebagai pengobatan secara resmi dan diajarkan di berbagai peruguran tinggi top. Sedang di Indonesia banyak psikiater (dokter ahli jiwa) menggunakan hipnoterapy sebagai salah satu metode terapi.

Gendam bukan Hypnotis
Namun tak dipungkiri ada salah kaprah di masyarakat kita bahwa hipnosis identik dengan gendam dengan atribut berbagai penipuan yang bersifat kriminal. Seperti di towel maka orang langsung linglung dan menyerahkan segala harta bendanya. Sekali lagi itu itu bukan hipnotism. Karena hal dasar dari hipnotis adalah yang subjek dengan sadar mau bekerja sama dengan hipnotist(penghipnotis) untuk melakukan proses hipnotis. Tanpa kemauan subjek, proses hipnosis tidak terjadi. Sedangkan gendam jelas sang korban tidak mau digendam namun tetap bisa digendam. Itulah beda hipnotis dan gendam. Beda lain hipnosis akan buyar artinya subjek akan menolak jika disuruh melakukan hal hal yang tidak sesuai dengan nilai nilai yang dianutnya, artinya subjek akan menolak jika disuruh berbuat jahat.

Apakah hipnosis itu? Meski ada banyak definisi tentang hypnosis, namun kesemuanya memilii benang merah arti yaitu:
• Proses Psikologis yang menciptakan hasil Fisiologis
• Proses yang diterima oleh pikiran yang tidak menganalisa
• Keadaan natural yang dialami setiap manusia
• Sebuah alat untuk memfasilitasi perubahan
• Saat Brainwave pikiran kita berada di Alpha, Theta

Sedangkan ada beberapa mitos yang keliru tentang hipnosis, mitos ini tidak benar dan perlu diluruskan. Mitos mitos itu adalah hipnosis adalah bentuk penguasaan pikiran, jelas pandangan ini tidak benar . Walau masuk dalam alam bawah sadar namun subjek masih bisa mengendalikan penuh terhadap dirinya sendiri, dengan kata lain jika subjek menolak dihipnosis maka hipnotist tidak bisa menghipnotis subjek. Pandangan keliru lainnya adalah hipnosisadalah praktek supra natural atau klenik ini salah besar, karena hipnosis adalah proses ilmiah yang merupakan ilmu dan seni komunikasi bawah sadar, atau seni komunikasi antara hipnotist dan subjek hipnosis. Jika komunikasinya tidak bagus maka proses hipnosis juga tidak terjadi.

Aplikasi Hipnoterapi dan Hipnosex.
Hipnoterapi secara ilmiah telah diselidiki dan diriset di pusat pusat riset dunia sehingga sudah diterima di USA sebagai pengobatan resmi. Sebagai terapi atau pengobatan hipnoterapi manjur untuk mengatasi segala macam phobia, alias ketakutan tidak rasional terhadap suatu objek tertentu seperti takut ketinggian, takut ruang gelap takut binatang tertentu dengan metode hipnosis phobia ini dapat dihilangkan dan prosesnya jauh lebih cepat dibandingkan metode terapi medis obat obatan.juga efektif untuk mengatasi gangguan penggunakan obat obatan drugs addiction (Narkoba) menghentikan kebiasaan buruk, menghentikan rokok seketika, juga insomnia alias sulit tidak. Selain itu hipnoterapi juga bisa membantu mengatasi berbagai penyakit serius seperi cemas alias neurosa berkepanjangan, gangguan belajar dan sulit konsentrasi pada anak dan remaja, gangguan nyeri, obsesif compulsive disorder (OCD), trauma, tidak percaya diri, stress berkepanjangan.

Selain terapi umum seperti di atas sekarang yang sekarang ngetren adalah hipnosex yaitu aplikasi hipnoterapi untk mengatasi berbagai problem seksual, clien yang datang ke tempat kami kebanyakan adalah masalah ejakulasi dini bahkan sampai disfunction ereksi alias loyo sebelum bertempur. Selain itu ada juga masalah gangguan libido alias gairah seksual yang menurun biasanya pada wanita sampai frigiditas. Namun hipnoseksual juga bisa mengatasi berbagai masalah dalam keluarga seperti bagaimana mengeliminasi ketagihan jajan di luar rumah alias extra marital sex. Nah caranya adalah dengan terapi perkawinan, bagaimana menghidupkan berbagai fantasi seksual dan membangkitkan aroma cinta yang mendalam. Beberapa pengakuan clien yang mengikuti terapi hipnosex merasakan sensasi luar biasa dalam hubungan keluarga. Sangat mesra kayak pas pacaran dan manten anyar. Selain itu sebagaimana ditulis di majalah intisari hipnoseks juga bisa digunakan untuk menambah area sensitif bagi pria dan wanita , seolah olah g-spot bisa ditambah di area lain diluar area kelamin. Hipno seks memang metode hipnoterapi yang digunakan untuk keharmonisan rumah tangga.

Aplikasi lain adalah untuk goal setting dan motivasi marketing dan sport. Kenapa ? sejak NLP (Neuro Languistic Programming) sebagai ilmu keunggulan manusia dikembangkan di Amerika. Ternyata digabungkan dengan hipnoterapi hasilnya luar biasa. Kami di Life Management Institute mengembangkan dua metode tersebut guna memberikan trainning maupun workshop berbagai perusahaan yang terakhir di dealer HONDA trenggalek dengan menggabungkan dua hal ini ternyata hasilnya sangat optimal penjualan langsung meningkat pesat. Kenapa? Karena model training yang menggabungkan NLP dan Hipnoterapy menjadikan peserta bisa membongkar mental blok ketakutan pada diri sendiri dengan cara berjalan di atas api tanpa trik tanpa magic. Nah workshop serupa juga kami berikan untuk public.

Tip Memilih Hipnoterapist
Nah bagaimana kalau Anda ingin berobat dengan metode hipnoterapi? Pilihlah hipnoterapist yang capabel, tanyakan sertifikasinya dari mana? pengalaman yang sudah bagaimana? Jangan sampai Anda tertipu dengan hipnoterapist yang hanya belajarhipnoterapi dalam kursus satu hari sudah berapi praktek. Karena kedalaman hipnoterapi sangat luas ilmunya sangat banyak dan tidak mungkin menjadi seorang ahli hipnoterapi dalam satu hari belajar.

Yus Santos, MM CHt, Alumni Pembelajar Writer School ”Cara Gampang Menulis Artikel dan Buku Best-Seller batch VI”, Chairman dari Alfa-Omega NLP-Hypnocenter Center, sekaligus Hypno Trainer dan Firewalking Couch

BERTERIAK DALAM KETENANGAN

Oleh: Endra Handiyana

Sudah ribuan kilometer jalan yang saya lalui, ribuan liter udara yang saya hirup, ribuan galon air yang saya minum, ribuan ton makanan yang sudah saya makan, ribuan orang yang sudah sempat saya kenal serta ribuan masalah yang sempat saya hadapi. Terlepas dari apa yang sudah pernah saya alami dan apa yang telah saya dapatkan, dalam perjalanan yang begitu jauh hanya ketenanganlah yang sebenarnya saya cari. Mungkin juga Anda, mencari sebuah ketenangan dalam setiap detik yang Anda lalui, bukannya sebuah kesedihan atau sebuah kegelisahan yang walaupun hanya sekilas sempat mengganggu ketenangan Anda. Ketenangan yang akan membawa kepada sebuah kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan.

Dalam parameter masing-masing individu, setiap orang dari kita pasti akan mempunyai arti ketenangan yang berbeda-beda. Begitu juga adanya kondisi tertentu yang akan lebih meyakinkan arti ketenangan tersebut. Tenang, bahagia, nyaman dan damai. Mungkin sederetan keadaan tersebut juga akan menyertai kemanapun kita melangkahkan kaki jika ketenangan tersebut sudah dapat kita genggam dengan baik. Sebaliknya sedih, gelisah, resah serta kesengsaraan adalah sederetan keadaan yang tentunya sangat tidak kita harapkan untuk hadir daam kehidupan kita.

Tentu saja dalam sebuah ketenangan kita akan mendapatkan yang namanya kenyamanan. Tenang dan nyaman dalam berfikir, merencanakan, bertindak, serta mengevaluasi apa yang sudah kita laksanakan untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Andaikan saja setiap detik yang kita lalui selalu berada dalam ladang area ketenangan, semestinya kita akan menjadi seorang yang sangat beruntung, bisa menikmati kehidupan dalam segala hal yang berkecukupan. Karena sudah pasti Anda tahu bahwa satu detik adalah sangat berharga dan tak akan pernah terulang kembali.

Akan tetapi, perlu dipertanyakan lagi apakah perasaan yang tenang tersebut akan selalu memberikan suatu kedamaian? Akankah semua itu akan membuat kita manjadi lebih maju? Apakah ketenangan akan memberikan keberuntungan yang lebih banyak buat kita. Ataukah ketenangan hanya akan mengahadirkan keterpurukan? Pertanyaan yang memang sangat kontroversial yang seharusnya kita bisa menemukan jawabannya. Meskipun jawabannya berbeda, namun tidak menjadikan masalah karena bisa jadi apapun jawabannya tetap saja memiliki arti yang benar dalam memaknainya. Kebenaran dari jawaban tersebut adalah relatif berdasarkan arti pemaknaan masing-masing individu.

Sulit memang untuk menemukan secara pasti arti dari sebuah ketenangan. Hal ini terjadi karena manusia adalah seorang pribadi yang unik. Beragam keunikan yang dimiliki oleh setiap manusia yang mempunyai berjuta rasa namun tetap dalam satu wujud tubuh yang ada. Dengan keunikan yang dimilikinya, mengakibatkna persepsi akan ketenangan menjadi berbeda-beda. Jika ada seribu manusia orang yang ditanyai mengenai arti ketenangan ini, bisa jadi ada seribu satu arti ketengan yang kita dapatkan.

Seperti diungkapkan oleh teman saya, Sigid, "Saya akan merasakan tenang kalau dapat menyelesaikan pekerjaan dengan tuntas tas tas....", sergap Sigid saat saya tanya mengenai arti sebuah ketenangan. Dia menganggap bahwa sebuah pekerjaan seberat apapun adalah sebuah tantangan yang harus diselesaikan sampai tuntas sebenar-benarnya. Tak ada kata ampun ataupun menyerah dalam menyelesaikan tantangan tersebut. "Ibaratnya seperti saat Anda setelah seharian melaksanakan puasa kemudian tiba waktu untuk melakukan buka puasa, ada sebuah tantangan untuk menghabiskan makanan yang sudah tersedia dui atas meja", tambah Sigid dengan berapi-api. Sebuah akhir yang indah dari sebuah tantangan. Bukankah sebuah kepuasan tersendiri jika tantangan tersebut dapat terselesaikan.

"Ketenangan adalah sebuah anugrah terindah yang tak bisa dinilai oleh apapun", sanggah Bambang yang sedang berada di dekat Sigid. Menurut dia, tanpa adanya ketenangan segala sesuatu tak pernah terasa nyaman untuk dijalankan, termasuk hal yang kecil sekalipun. Ibaratnya seperti memasukkan benang ke dalam lubang jarum, tanpa adanya ketenangan malah akan semakin menyulitkan. Memang benar sih tenang adalah sesuatu yang indah. Namun ada kalanya sesuatu yang tenang itu menghanyutkan. Lihat saja air sungai mengalir pada bidang yang sangat luas. Dari atas akan tampak sangat tenang, namun dibawah permukaan air akan sangat deras aliran airnya dan bisa saja menghanyutkan jika Anda coba-coba untuk melewatinya.

Di lain pihak, adanya ketenangan justru akan membuat sesuatu menjadi tidak menarik. Silahkan amati jika Anda berkunjung untuk rekreasi ke pantai. Jika air pantai terlihat tenang tanpa adanya ombak, maka pantai tersebut tidak menjadi indah lagi. Sebuah pantai akan dinilai indah jika memilik ombak dan pemAndangan yang sangat memukau, pasir yang berkilau serta gemuruh ombak yang menerpa karang. Benar-benar suara alam yang sangat menakjubkan.

Lantas buat apa kita harus berteriak dalam kondisi tenang? Bukankah hal tersebut hanya kan membuat suasana menjadi gaduh? Atau bahkan bisa jadi dimarahi oleh orang-orang yang merasa terganggu dengan teriakan kita. Tenang saja, Anda jangan curiga dulu kepada saya. Saya bukannya menyuruh Anda untuk berbuat onar, namun malah sebaliknya. Membuat sebuah ketenangan menjadi suatu gejolak yang bisa menjadikan segalanya lebih tenang lagi. Anda bingung? Kalau bingung silahkan terus ikuti apa yang saya maksudkan.

Saat Anda berada dalam suatu kondisi yang sangat tenang dan nyaman, maka berontaklah. Berteriaklah sekeras-kerasnya untuk keluar dari kondisi tersebut. Semakin tenang kondisi Anda, maka Anda akan semakin terlena. Terlena dari pergerakan rekan-rekan Anda yang bisa jadi lebih cepat. Terlena akan perkembangan di luar sana yang sangat tidak Anda sadari. Terlena akan perbaikan yang sudah dilakukan oleh rekan-rekan Anda sehingga dengan mudah dapat menyalip Anda dalam sekejap. Dengan berteriak lantang didalam ketenangan, maka rasa ketidakpuasan akan selalui menghantui Anda dan mendorong Anda untuk selalu berubah. Memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk terus berjalan dan berjalan mendapatkan apa yang lebih baik. Ingat kata pepatah, hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan esok harus lebih baik dari hari ini. Jadi tidak ada puncak kenyamanan yang sesungguhnya. Semakin Anda merasakan ketenangan, maka semakin Anda akan terbawa kepada keterpurukan karena proses berpikir kita akan menjadi stagnan dan tidak berkembang.

Rasa ketidakpuasan untuk berada dalam kondisi nyaman selalu akan disertai teriakan yang lantang oleh diri Anda. Keberanian untuk berteriak tersebut yang sangat kita perlukan. Jangan pernah merasa ragu untuk melangkah. Selalu berubah dan berubah selalu dalam setiap hal yang kita miliki. Karena sesungguhnya yang tidak mau berubah adalah perubahan itu sendiri. Dia akan selalu ada dan terus berubah. Kalau kita tidak mau mengikuti irama perubahan tersebut, maka kitalah yang akan terlindas oleh perubahan itu.

Pertanyaannya, apakah Anda akan berontak untuk berteriak dalam ketenangan ataukah malah akan terhanyut dalam ketenangan sesaat? Tepat sekali. Anda akan berubah kalau jawaban Anda "berteriak". Teriakan yang kuat akan mengarahkan semangat yang tersimpan dalam frekuensi suara tersebut tergerak mengikuti keinginan Anda. Teriakan yang akan memberikan motivasi tersendiri, mengalirkan energi yang lebih dalam peredaran darah dalam otot Anda. Teriakan yang lantang akan mengubah perjalanan hidup Anda ke dalam area kesuksesan Anda.

"Saya teriak, maka saya ada", sahut Rudi teman saya yang sempat mendengarkan ungkapan perasaan saya. Dengan berteriak sekencang-kencangnya maka semua energi yang kita punya akan keluar menemukan jalannya sendiri-sendiri. Energi tersebut akan membentuk partikel quantum dan membawa Anda pada lompatan terjauh Anda.

Dengan adanya teriakan, maka akan ada tindakan untuk mewujudkan perubahan tersebut. Bertindak melawan arus ketenangan yang ada dalam diri kita masing-masing. Tidak ada seorang yang sukses dengan hanya berbekal berdiam diri dalam ketenangan. Seorang yang sukses adalah akan selalu merasa tidak puas dengan apa yang sudah dia hasilkan. Akibatnya pergerakan pikiran, rencana dan tindakan akan selalu mengikuti perubahan sang waktu. Mereka tidak pernah mau untuk tinggal diam. Selalu bertindak dan melakukan perbaikan dalam segala hal. Berubah untuk selalu menjadi yang lebih baik, lebih baik dan lebih baik lagi. Berusaha untuk menjadi lebih baik dari yang terbaik.

Bagaimana dengan Anda? Sudah siapkah Anda untuk melakukan teriakan dalam ketenangan?

Endra Handiyana, Alumni Pembelajar Writer School ”Cara Gampang Menulis Artikel dan Buku Best-Seller batch V”, Site Technical Development PT PAMAPERSADA NUSANTARA

KEKUATAN TRUST

Oleh: Syahril Syam

Pada tahun 1957, Mr. Wright menderita limfosarkoma tahap lanjut. Ia mengalami penyakit tumor, dimana tumor-tumor sebesar jeruk mengelilingi leher, ketiak, lipatan paha, dada, dan rongga perutnya. Bahkan limpa serta hatinya membesar luar biasa. Saluran getah bening di daerah dada membengkak, dan satu hingga dua liter cairan kental harus disedot dari dadanya setiap hari. Semua pengobatan yang dijalaninya samasekali tak membuahkan hasil.

Suatu ketika Mr. Wright mendengar ada obat baru yang disebut dengan Krebiozen. Obat ini akan dievaluasi di klinik tempat ia dirawat. Mr. Wright kemudian meminta para dokter untuk memberikannya suntikan obat tersebut, walau sebenarnya obat tersebut akan di uji cobakan kepada pasien yang harapan hidupnya sekurang-kurangnya 3 bulan dan lebih bagus lagi kalau 6 bulan. Dengan sedikit memohon akhirnya Mr. Wright mendapatkan satu suntikan obat tersebut. Psikolog Bruno Klopfer memutuskan memberikannya satu suntikan pada hari Jumat, sambil berpikir bahwa ia toh akan mati pada hari Senin.

Namun perkiraan Klopfer keliru, secara menakjubkan Mr. Wright yang awalnya merasakan napasnya terengah-engah, amat lemah, dan badannya kaku; sekarang Mr. Wright tengah berjalan-jalan mengelilingi bangsal dan mengobrol riang dengan para perawat. Pasien lain yang diberikan Krebiozen samasekali tidak mengalami perubahan bahkan ada yang kondisinya semakin memburuk. Hanya Mr. Wright ini yang mengalami kesembuhan yang luar biasa. Tumornya mulai berangsur-angsur menghilang, dan dalam waktu 10 hari Mr. Wright sudah diperbolehkan meninggalkan klinik.

Sekitar dua bulan kemudian sejak Mr. Wright meninggalkan klinik tempat ia dirawat, muncul laporan-laporan di koran-koran bahwa percobaan Krebiozen yang dilakukan di klinik-klinik yang lain tidak membuahkan hasil samasekali. Obat tersebut ternyata tidak ampuh. Mr. Wright mendengar berita tersebut dan kembali ia diliputi kecemasan. Setelah mengalami masa sehat selama dua bulan, akhirnya Mr. Wright jatuh sakit kembali ke kondisi semula setelah mendengar berita tersebut dan merasa tidak memiliki harapan hidup lagi.

Tapi kali ini Klopfer mencoba untuk melihat sejauh mana kepercayaan Mr. Wright dalam menyembuhkan dirinya sendiri. Ia memberitahu Mr. Wright bahwa ternyata Krebiozen tersebut sangat menjanjikan, tetapi pengiriman awal obat tersebut menyebabkan kualitasnya memburuk. Klopfer mengatakan bahwa ada produk baru Krebiozen yang memiliki kekuatan dua kali lipat yang akan datang besok pagi.

Mr. Wright ketika mendengar berita ini menjadi sangat gembira dan penuh antusias. Akhirnya Mr. Wright mendapatkan suntikan obat tersebut. Tapi kali ini tanpa sepengatahuannya, obat yang disuntikkan tersebut hanyalah air biasa saja. Setelah disuntik Mr. Wright mengalami kesembuhan yang lebih dramatis lagi dari kesembuhannya yang pertama. Ia menjalani sesi penyuntikkan rutin, dan selama dua bulan Mr. Wright tidak mengalami gejala tumor yang dideritanya selama ini. Ia mengalami kesembuhan untuk yang kedua kalinya.

Namun ternyata, muncul lagi laporan – dan kali ini laporan resmi dari lembaga kesehatan – bahwa Krebiozen samasekali tidak berharga dalam menyembuhkan kanker. Beberapa hari setelah Mr. Wright mendengar laporan tersebut, untuk kedua kalinya ia jatuh sakit lagi dan kali ini ia berada dalam kondisi yang sangat parah. Keyakinannya benar-benar sirna. Harapan hidupnya telah memudar, dan Mr. Wright kemudian meninggal dalam waktu kurang dari dua hari. Seperti halnya Mr. Wright, setiap orang memiliki harapan selama ia betul-betul percaya dan meyakini harapan tersebut akan muncul; dan setiap orang akan selalu dirundung masalah jika ia percaya bahwa harapan tersebut telah sirna.

Syahril Syam adalah seorang konsultan, terapis, public speaker, dan seorang sahabat yang senantiasa membuka diri untuk berbagi dengan siapa pun. Ia memadukan kearifan hikmah (filsafat) timur dan kebijaksanaan kuno dari berbagai sumber dengan pengetahuan mutakhir dari dunia barat. Teman-temannya sering memanggilnya sebagai Mind Programmer, dan dapat dihubungi melalui ril_faqir@yahoo.com

SALAH SATU PENGHAMBAT KESUKSESAN

Oleh: Agus Riyanto

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita mengalami perasaan ragu yang membuat keyakinan kita akan apa yang sedang kita usahakan menjadi goyah. Perasaan ragu tersebut biasanya muncul ketika kita memutuskan suatu langkah yang cukup beresiko terhadap masa depan. Apa saya bisa berhasil ya? Pertanyaan ini kadang muncul melihat realita bahwa ternyata segala sesuatu yang kita inginkan tidaklah mudah kita wujudkan. Banyak kendala yang tiba-tiba datang di saat-saat keyakinan kita juga diuji.

Sesungguhnya keragu-raguan ini sangat berbahaya karena selain mengikis semangat kita, juga bisa menarik hal-hal tidak diinginkan yang kita takutkan menjadi kenyataan sebagaimana cara kerja hukum tarik-menarik (Law of Attraction). Apa yang kita takutkan benar-benar terjadi karena pikiran kita secara tidak kita sadari memikirkan dan menarik ketakutan-ketakutan itu menjadi kenyataan dalam hidup kita. Hal ini merupakan faktor dari dalam diri yang harus kita waspadai, jangan sampai target keberhasilan kita rusak karena perasaan ragu yang seringnya tidak beralasan.

Rasa cemas, waswas, ragu dan sejenisnya menjadi musuh keyakinan diri. Jika kita yakin akan berhasil dalam apa pun bidang yang sedang kita geluti, maka keraguan untuk berhasil menjadi musuh utamanya. Keyakinan diri harus kita pupuk dan keraguan yang tidak beralasan tersebut harus kita musnahkan jika tidak ingin energi kita tersedot oleh rasa waswas / keraguan tersebut.

Semua pekerjaan mengandung resiko dan pengorbahan. Kalau hasil akhir yang kita inginkan adalah hasil yang cemerlang, maka yang perlu kita tanamkan ke dalam diri kita adalah perasaan yakin akan berhasil. Jadi, tidak hanya sekedar positive thinking, tapi juga positive feeling.

Apa pun kendala yang mungkin menghadang akan bisa kita hadapi tatkala kita bersedia untuk terus belajar dan mempersiapkan diri menghadapi resiko yang akan muncul. Meskipun mungkin ada faktor-faktor penghambat di luar kendali yang bisa saja menghadang, dengan adanya kepercayaan diri yang tinggi membuat kita bisa segera menguasai keadaan di saat kegagalan terjadi.

Penghambat kesuksesan seseorang sejatinya ada pada diri orang tersebut. Faktor internal menjadi sumber utama kesuksesan atau kegagalan seseorang dalam kehidupannya. Ini lebih pada sikap seseorang dalam menghadapi suatu situasi yang sulit yang di dalamnya sebuah emosi bicara dengan keras. Emosi yang terpancar ini menjadi cerminan konsep diri yang mendasari setiap keputusan dan tindakannya. Ada orang yang positif dan punya kepercayaan diri kuat; konsep dirinya bagus. Ada juga orang yang pesimis dan kurang percaya diri dalam menghadapi suatu situasi yang menantang sehingga kemajuan tidak bisa ia raih. Dengan kata lain ia stagnant, terhenti--tidak ke mana-mana. Ini karena konsep diri atau pandangan seseorang tentang dirinya sendiri negatif; menganggap diri sendiri tidak mampu atau tidak punya keyakinan akan berhasil. Jadi, belum apa-apa dia sudah ragu dengan kemampuan dirinya sendiri. Kalau sudah demikian, siapa yang akan mempercayainya?

Rasa yakin akan berhasil (optimis) pun harus realistis karena kita tidak bisa memastikan 100% akan berhasil dalam hal apa pun yang sedang kita ikhtiarkan, karena banyak faktor di luar diri kita yang bisa saja terjadi. Namun yang pasti, tanpa rasa optimis bisa dipastikan keberhasilan itu peluangnya kecil. Keyakinan dan keraguan adalah dua hal yang saling meniadakan. Jika kita lebih memihak kepada rasa "yakin" maka secara otomatis rasa "ragu" akan pergi. Begitu juga sebaliknya. Bedanya jika kita berpihak pada rasa "ragu" maka yang namanya keberhasilan akan semakin jauh dari kenyataan.

Seorang lifter sebelum bertanding sudah ragu akankah ia dapat mengangkat barbel seberat 1 kwintal maka bisa dipastikan ia akan gagal. Seorang sales, baru saja keluar kantor sudah ragu akankah ia bisa menjual produk yang ada padanya, bisa dipastikan seharian ia tidak akan menjual satu pun produknya. Demikian juga seorang pencari kerja, belum apa-apa sudah ragu apakah ia akan diterima dari sekian banyak pelamar yang mendaftar; kemungkinan besar ia akan tidak diterima.

Untuk itu, jika kita tidak ingin gagal terus-terusan, sebaiknya kita musnahkan segala bentuk keraguan sebelum kita memutuskan sesuatu yang menentukan hidup kjta ke depan karena keraguan adalah salah satu penghambat kesuksesan yang perlu kita waspadai. Jika dihubungkan dengan keyakinan kita kepada Tuhan, perasaan ragu justru akan menjauhkan datangnya pertolongan-Nya. Ini terjadi sejalan dengan apa yang pernah Allah SWT firmankan dalam sebuah hadist Qudsi yang artinya, "Aku menurut persangkaan hamba-Ku kepada-Ku." Kalau kita ragu itu berarti kita tidak meyakini akan datangnya pertolongan Allah SWT sehingga jangan disesali jika akhirnya kita gagal.

Agus Riyanto, Penulis buku "Born To Be A Champion", bisa dihubungi melalui webblog http://agusriyanto.wordpress.com atau email: agus4ever@gmail.com

SENI BUDAYA DAN TRADISI LUHUR

Oleh: Joshua W. Utomo

Salah satu seni-budaya warisan nenek moyang kita yang dulu sangat populer dan dinanti-nanti kehadirannya oleh masyarakat baik di wilayah pedesaan maupun perkotaan: kesenian Wayang Kulit kini tampak berjuang keras mempertahankan eksistensinya. Lambat laun jumlah penggemarnya pun mulai berkurang, tak sebanyak dulu lagi. Memang ada banyak faktor penyebab berkurangnya animo masyarakat terhadap seni Wayang Kulit ini, salah satunya adalah munculnya dunia hiburan produk asing yang telah menjarah seluruh pelosok wilayah di Indonesia ini.

Tak hanya di kota-kota metropolitan bahkan di dusun-dusun terpencil pun sudah bisa kita rasakan pengaruh Power Rangers, Pokemon, Terminator, Rambo, Superman, Batman dan sebagainya, menggantikan kehadiran tokoh-tokoh pewayangan seperti Puntadewa, Werkudoro, Janaka, Sri Raja Kresna, Sang Panakawan-Semar, Gareng, Petruk dan Bagong, dan seterusnya. Anak-anak kita kini tampaknya lebih familiar dengan nama-nama super-hero asing itu daripada nama-nama tokoh pewayangan atau cerita rakyat negeri sendiri.

Anak-anak kita itu (juga sebagian dari kita) kelihatannya merasa lebih sreg, modern dan bonafide bila bisa mengikuti perkembangan dunia super-hero produk asing itu. Mereka pun tampaknya bangga sekali kalau memiliki nama dan atribut yang digunakan oleh super-hero asing itu. Sebaliknya mereka akan berkerut tak mengerti atau malah mungkin menolak mentah-mentah ketika diperkenalkan dan diajak rembugan atau nonton sajian Seni Wayang Kulit yang notabene produk negeri sendiri dengan segala keindahannya itu.

Sungguh amat disayangkan bila anak-anak kita, generasi penerus seni-budaya dan tradisi kita sudah mulai tidak mengenal dan tak-peduli lagi pada seni-budaya dan tradisi luhur (pen: tradisi yang luhur saja, lho!) nenek moyang yang tercipta, tumbuh dan berkembang melalui sebuah proses panjang dan tak mudah itu. Sepertinya sinyalemen adanya sikap-sikap ketidak-pedulian dan ketidak-mauan anak-anak kita untuk mengenal, menggali, dan mempelajari seni-budaya dan tradisi luhur itu bukanlah sesuatu sikap yang mengada-ada atau ketakutan yang tak beralasan.

Di saat yang seperti ini, sungguh tidak perlu lagi kita sibuk mencari kambing hitam (lha kambing hitamnya sudah tidak hitam lagi sich...) atau ribut menuding sana-sini, percuma hanya akan membuang energi dan waktu serta malah mungkin akan menambah masalah semakin ruwet saja!

Di saat yang seperti ini usaha dan karya nyata para pecinta dan aktivis (baca: seniman/seniwati) seni-budaya dan tradisi luhur yang mengakar di Bumi Pertiwi sungguhlah amat kita butuhkan. Bukan hanya untuk tujuan 'ngleluri' (melestarikan) tapi sekaligus 'menggethok-tularkan' (mengajar-sampaikan, menyebar-luaskan, membimbing) anak-anak kita yang sudah sedemikian 'kepincut' dan 'kedanan' dengan tokoh-tokoh super-hero produk asing yang tampil silih-berganti di layar TV setiap hari di tengah ruang keluarga kita.

Akan lebih menggila lagi pengaruh super-hero asing itu bila ada fasilitas unit komputer beserta aneka variasi video games dan permainan animasi di rumah, sehingga tak pelak lagi semakin bertubi-tubi pula pengaruh kuat super-hero asing yang seringkali diwarnai dengan adegan brutal, ceceran darah, dan bisingnya suara tembakan itu kepada anak-anak kita itu.

Lalu apakah kita harus menolak dan membuang semua yang berbau teknologi mutakhir dan produk asing? Tentu saja tidak demikian. Hasil karya manusia yang berupa kreasi teknologi mutakhir (baik itu kreasi domestik ataupun asing) ini malah sepatutnyalah kita syukuri dan nikmati. Kita pergunakan dengan sebuah kesadaran penuh bahwa itu semua hanyalah untuk kebaikan dan kesejahteraan kita semua, terutama anak-anak--generasi penerus kita di masa mendatang. Bila penggunaan kreasi teknologi mutakhir itu sudah mulai melenceng dari kesadaran diri itu, maka saatnya ada upaya tegas untuk menyetopnya. Sebab bila tidak kerusakan dan kehancuran saja yang akan menemani kita semua.

Saya pribadi sungguh mendapatkan sebuah kehormatan karena tak hanya mengenal bahkan bisa bersahabat dengan pecinta dan aktifis (baca: seniman/seniwati) seni-budaya dan tradisi luhur negeri kita itu, yang dengan sedemikian giat dan tak kenal lelah menggali, mempelajari, 'meleluri' (melestarikan) dan 'menggethok-tularkan' (mengajar-sampaikan, menyebar-luaskan, membimbing) bakat, talenta dan kemampuan mereka kepada anak-anak negeri atau bahkan orang-orang asing yang mengagumi keindahan seni-budaya dan tradisi luhur milik kita itu.

Sudah sepatutnyalah nama-nama seniman-seniwati itu saya prasastikan disini sebagai rasa penghargaan saya sebagai wakil dari masyarakat awam-pecinta dan pemerhati seni-budaya dan tradisi luhur negeri kita.

Beberapa nama sahabat seniman-seniwati yang mungkin telah Anda sekalian ketahui itu diantaranya saat ini tinggal di mancanegara (AS) untuk lebih memperkenalkan seni-budaya dan tradisi luhur (yang luhur saja, lho) negeri kita kepada masyarakat dunia. Nama-nama seniman-seniwati yang sudah tidak asing lagi di blantika seni-budaya Bali diantaranya: Pak Nyoman Catra dan Bu Desak Laksmi juga putra-putra beliau, Diajeng Cynthia Laksawana, 'Mbak' Lynn Kremers, pak Nyoman Saptanyana, Pak Made Lasmawan, untuk seni-budaya Jawa: Pak Sumarsam dan Bu Maini telah memberikan andil yang luar biasa bagi pengenalan dan perkembangan seni-budaya kita tak hanya kepada masyarakat Indonesia juga audience asing di luar negeri.

Tak lupa saya juga angkat topi--salut buat adik-adik dan teman-teman yang mau belajar dari para seniman-seniwati diatas dan ikut serta dalam upaya memperkembangkan seni-budaya kita di luar negeri khususnya di Negara bagian Massachusetts ini. Daftar nama mereka ini semoga nantinya akan disusul oleh nama-nama teman-teman lainnya: Denok Istarto, Laila, Aleksandra, dan Mbak Ketty, juga nama Ketua Permias Boston yang baru: Cecillia yang saat ini getol sekali menyusun sebuah acara istimewa dalam usaha memperkenalkan seni-budaya Indonesia kepada publik di Massachusetts ini.

Semoga anak-anak kita nantinya mau menengok, menggali, dan mempelajari kembali warisan seni-budaya dan tradisi luhur (pen: yang luhur saja, lho!) nenek moyang kita, baik itu yang berupa seni Tari, seni pagelaran Wayang Kulit, seni sastra, dan sebagainya. Sehingga nantinya gejolak sikap dan praktik brutal, tawuran, balang-balangan yang menggerogoti mental dan pola pikir anak-anak kita itu bisa terkikis bersih, digantikan oleh sebuah budaya seni edi peni yang halus dan luhur yang mampu mengasah budi pekerti dan mempertajam rasa kemanusiaan serta mengembalikan kemanusiaan anak-anak kita (juga kita) demi kebaikan dan kesejahteraan kita semua. [jwu]

WAKTU BUKANLAH SAHABAT KITA

Oleh: Yulianus Patandianan

So teach us to number our days, that we may apply our hearts unto wisdom …
King David

”Hari berganti tahun berlalu” itu sepenggal syair lagu yang dibawakan oleh sebuah group yang kebetulan albumnya saya garap. Pertama kali mendengarnya, sepintas lalu biasa saja, tapi setelah berkali-kali dalam proses latihan dan rekaman akhirnya ada satu makna yang saya peroleh dari ungkapan tersebut, yakni waktu.

Muncul pertanyaan: ”Ada apa dengan waktu?” waktu adalah suatu dimensi yang sangat dekat dengan kita, karena setiap langkah hidup kita ada di dalamnya. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa dalam sehari semalam ada 24 jam itu tidak bisa ditambah dan tidak bisa dikurangi.

Dasar itulah menjadi inspirasi bagi saya untuk menulis artikel ini dengan judul ”Waktu Bukanlah Sahabat Kita”. Saat membaca tulisan pasti banyak yang berkomentar bahwa itu adalah judul yang sangat keliru dan untuk apa tulisan ini dikirimkan kepada web site Pembelajar.com yang nota benenya berisikan motivasi-motivasi untuk membangun bangsa.

Saya tertarik untuk menuliskan artikel ini sebagai sharing bagi para pembaca bahwa sesungguh sadar atau tidak kita tidak memahami dengan benar siapa waktu itu sebenarnya. Di awal saya menjelaskan bahwa waktu adalah dimensi yang sangat dekat dengan kita lalu kok saya malah memberi judul artikel ini ”Waktu Bukanlah Sahabat Kita”. Ketika pertama saya sampai dalam forum pembinaan generasi muda, saya menuai pertanyaan yang sangat memojokkan sekaligus memeras otak untuk memberi penjelasan akhirnya mereka menerimanya dengan baik.

Pokok pemikiran yang menjadi analisa saya adalah apapun yang kita lakukan menghabiskan waktu. Saat kita duduk-duduk saja waktu berlalu, saat kita belajar waktu berlalu, saat membaca tulisan saya yang sedikit ngawur ini waktu anda berlalu dan lain-lain sebagainya, sehingga kesimpulan saya adalah waktu itu tidak pernah mau konpromi dengan kita dengan kata lain waktu tidak pernah mau menjadi sahabat kita. Kalau sudah demikian kita mesti bagaimana? Jawabannya kita harus melakukan hal di bawah ini:

Yang pertama adalah sadarilah bahwa waktu itu bukan sahabat kita jadi janganlah bermain-main dengan waktu. Karena tak seorang pun yang bisa menghentikan waktu berlalu. Yang kedua, sebagaimana hal yang telah banyak disarankan oleh para mentor kita baik di Pembelajar.com maupun di tempat-tempat yang lain yakni Usahakanlah melakukan hal-hal yang bermanfaat seiring dengan berlalunya waktu, agar semakin hari kita semakin memberi manfaat bagi pribadi kita, keluarga, masyarakat dan bangsa kita. Selanjutnya bagi kita yang sudah banyak belajar di pembelajar.com ini marilah kita menggunakan setiap waktu dengan belajar makna hidup di dunia yang riil ini. Saya secara pribadi sangat bersyukur dengan menemukan situs pembelajar.com ini. Karena sejak berkunjung dan belajar banyak hal yang telah saya dapat. Salah satunya adalah keberanian untuk kembali meningkat kualitas hidup saya melalui tulisan sekalipun mungkin belum membawa dampak yang signifikan untuk kita semua, saya percaya bahwa seiring dengan bergulirnya waktu yang telah saya manfaatkan untuk belajar segala hal di Universitas Kehidupan ini akan meningkat kualitas hidup saya di masa sekarang dan akan datang. Selamat belajar dan jangan buang-buang waktu lagi.[yp]

* Yulianus Patandianan lahir di Tana Toraja, 21 Juli 1972. Menikah dengan 2 anak dan tinggal di Jl. Modang N-92 Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Berprofesi sebagai Programmer Database & Calon Entrepreneur. Hobby Photography, Design Grafis, Menulis, dan Berkhobah. Dapat dihubungi di email: ypatandianan@trakindo.co.id; dan lian_01@telkom.net. Website: http://liansco.blogspot.com

HUJAN

Oleh: Muhammad Alidin

Hakikat hujan adalah sama. Kalau Anda berencana untuk jogging di minggu pagi, namun sesaat sebelum Anda keluar rumah menuju lapangan tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya, apakah Anda menjadi marah-marah karena gagal berolahraga ?

Kalau Anda marah dan menyalahkan hujan, benarkah hujan itu yang salah atau reaksi Anda lah yang salah. Bagaimana sekiranya kalau Anda di minggu pagi itu hanya berencana untuk bermalas-malasan dan tidur-tiduran di ranjang, dan hujan juga turun dengan lebatnya, apakah Anda juga akan marah, atau malah Anda senang karena udara menjadi adem dan cocok dengan rencana Anda untuk bermalas-malasan di tempat tidur.

Ya, hakikat hujan tetaplah sama. Hujan yang mebuat Anda marah karena gagal berolah raga di minggu pagi, adalah hujan yang sama yang membuat Anda semakin asyik bermalas-malasan di tempat tidur di minggu pagi. Hujan atau realitas tidak pernah bermasalah. Hujan ya hujan, panas ya panas, siang ya siang, malam ya malam. Kalau semua itu menjadi masalah buat Anda, membuat Anda marah-marah, sesungguhnya diri Andalah yang bermasalah. Karena ketika Anda marah-marah terhadap hujan, panas, siang, atau malam, Ada banyak manusia lain yang sesungguhnya malah bergembira dengan datangnya hujan, panas, siang atau pun malam.

Realitas, sesungguhnya netral dan tidak mengandung masalah apa-apa. Reaksi dan penafsiran yang kita berikan kepada realitas-lah, yang menimbulkan masalah. Banyak manusia yang hidup dalam konsep yang ada di dalam kepalanya, ketimbang hidup bersama realitas yang ada. Ketika ia merasa bahwa realitas tidak sama dengan konsep dan keinginannya, maka kecewa dan marah-lah dirinya. Padahal, realitas tidak mungkin bisa kita ubah. Bumi memang sudah seperti ini, matahari memang seperti itu, bulan memang seperti itu, laut memang seperti itu, gunung memang seperti itu, terlepas Anda suka atau tidak suka terhadap mereka. Kalau Anda suka, mereka juga akan tetap seperti itu, kalau Anda tidak suka mereka pun akan tetatp seperti itu. Perbedaannya, kalau Anda tidak suka, maka hidup Anda akan menderita.

Demikian juga terhadap manusia lain. Anda mungkin begitu membenci seseorang sehingga membuat hidup Anda menjadi menderita jika mengingat apalagi melihatnya. Padahal bagi orang lain, orang yang Anda benci setengah mati itu malah orang yang begitu mereka sayang dan cintai. Jadi, apakah Anda yang salah atau orang itu yang salah. Orang itu tetap seperti orang itu, itulah realitas, kebencian Anda lah yang menimbulkan penderitaan dalam hidup Anda.

Hakikat hujan adalah sama. Hujan yang sama itulah yang menumbuhkan bunga mawar di taman-taman, hujan yang sama juga menumbuhkan kaktus berduri di gurun-gurun.

Salam,
* Muhammad Alidin bekerja di sebuah perusahaan tambang di Balikpapan, Kalimantan Timur. Menggemari buku-buku yang berkaitan dengan bidang pengembangan diri. Menulis beberapa artikel lepas yang dimuat di harian lokal. Mulai 2008, menuangkan tulisan di blog pribadi www.muhammad-alidin.blogspot.com. Ia dapat dihubungi di email: Muh.Alidin@yahoo.com

THE CHEAPEST (AND THE BEST!) INVESTMENT WE CAN MAKE

Oleh: Indra Cahya

Benda apakah, yang harganya sangat murah dan bahkan gratis karena kita tidak perlu mengeluarkan sepeser untuk mendapatkannya, namun jika digunakan dengan baik hasilnya akan berlipat dan tidak terbayangkan, dan bila tidak digunakan dengan baik hal tersebut tidak akan pernah datang untuk kali kedua. Jawabannya mudah, itu adalah waktu.

Ya, seperti yang telah kita semua telah ketahui, tanpa melakukan apapun dan tanpa meminta ataupun membeli, kita semua memiliki waktu. Dan Tuhan sungguh maha adil, semua orang diberkati dengan berkat waktu yang sama setiap harinya, yakni 24 jam, atau 1440 menit, atau 86400 detik, dan 365 hari setahun. Namun, jika kita diberkati dengan waktu yang sama, mengapa masih terdapat orang super sukses, sukses, biasa saja, dan orang gagal? Yang membedakannya adalah pemanfaatan waktu secara maksimal untuk perkembangan dan kemajuan mereka di masa yang akan datang, atau yang saya sebut dengan investasi waktu. Investasi waktu adalah salah satu investasi yang paling murah yang bisa kita lakukan, tetapi berpotensi menghasilkan imbal balik (return) yang tidak terbatas.

Mari Bercermin
Berapa jam dalam satu hari yang kita investasikan untuk membaca buku-buku pengembangan diri dan buku-buku lain yang bisa menunjang kita dalam pekerjaan, hidup, dan kehidupan sosial kita? Berapa jam dalam satu bulan yang kita investasikan untuk mendengarkan seminar-seminar motivasi, belajar dari orang yang lebih ahli dari kita, ataupun sekedar mendengarkan acara radio yang bisa membantu perkembangan karir dan pengetahuan kita? Berapa jam dalam sebulan yang kita investasikan untuk mempelajari hal baru melalui seminar, kursus, ataupun sekedar membaca otodidak ataupun berbicara dengan narasumber?

Berapa jam dalam satu hari yang kita investasikan untuk menonton TV, membaca tabloid gosip, ataupun sekedar bergosip tentang ketidakpuasan kita dengan perusahaan, atasan atau teman sekerja? Berapa jam dalam sebulan yang kita investasikan untuk berbelanja di Mal, duduk nongkrong di café, atau mungkin pergi ke tempat hiburan lain?

Melalui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas, sangatlah jelas menggambarkan akan berada di mana kita dalam 5-10 tahun kemudian jika kita mempertahankan kebiasaaan dalam menginvestasikan waktu yang kita miliki sekarang. Apakah itu merupakan berita baik bagi kita?

Informasi dalam tabloid gosip akan kita lupakan dalam seminggu, dan tabloid tersebut akan menjadi bungkus makanan dalam minggu depannya. Dan apa manfaat yang akan kita dapatkan dengan mengikuti perkembangan gosip terkini? Apakah kehidupan kita akan menjadi lebih baik? Apakah karir kita akan meningkat? Apakah kita akan mendapatkan penghasilan tambahan?

Sebaliknya, informasi yang terdapat dalam buku-buku pengembangan diri, motivasi, dan pengetahuan lain seputar (seperti keuangan, manajemen, pemasaran, dll) akan kita ingat, walaupun tidak seluruhnya, dan bisa memberikan pengetahuan tambahan bagi kita dalam pekerjaan. Buku-buku tersebut akan kita simpan dalam rak buku untuk bertahun-tahun, dan bisa kita gunakan sebagai referensi untuk dibaca kembali karena tidak pernah kadaluarsa, dan mungkin akan diwariskan pada anak kita. Buku-buku tersebut bisa memberikan semangat baru dalam kehidupan kita, menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang hidup, etos kerja yang benar menuju sukses, dan pengetahuan tambahan seputar pekerjaan kita. Investasi pada buku tersebut baru akan memberikan ‘return’ jika kita juga menginvestasikan waktu untuk membacanya, bukan hanya uang kita.

Alokasi Investasi Waktu
Pertama, investasikan waktu untuk diri sendiri. Investasi waktu untuk diri sendiri akan maksimal bila mencakup hal-hal yang membuat kita berkembang secara fisik dan mental-attitude. Berolahraga secara teratur merupakan cara untuk menjaga kebugaran fisik, dan pepatah kerap mengatakan bahwa dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Dengan menjaga tubuh tetap bugar akan mendukung kita dalam kehidupan kita secara keseluruhan. Selain itu, investasikan juga waktu untuk istirahat dengan cukup (bukan berlebihan).

Continuous learning merupakan cara yang tidak tergantikan untuk perkembangan secara mental-attitude dan pengetahuan. Beruntung sekali kita yang hidup di abad teknologi informasi ini, akses akan informasi semacam ini sudah banyak sekali; melalui internet, buku-buku, seminar, radio, bahkan saat ini kita bisa kuliah jarak jauh melalui internet. Permasalahannya, apakah kita mau memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia atau tidak. Alokasikan waktu dengan disiplin setiap harinya untuk membaca buku, katakan misalnya 30 menit atau 1 jam. Kalikan dengan setahun, maka kita akan menginvestasikan 183-365 jam tiap tahunnya untuk membaca buku. Bayangkan betapa banyaknya pengetahuan baru yang kita terima dengan membaca selama 183-365 jam tersebut. Dan bagaimana manfaatnya bagi perkembangan diri kita dalam 5-10 tahun mendatang?

Kedua, investasikan waktu untuk keluarga kita. Keluarga kita adalah orang-orang yang paling dekat dengan kita, sekaligus merupakan orang-orang yang paling kita cintai dan mencintai kita. Luangkan waktu kita untuk berkomunikasi dengan mereka selalu, untuk bertamasya dan berekreasi bersama mereka, untuk membangun rasa menghargai dan menyayangi. Lakukan ini sekarang, selagi kita masih bisa. Kita akan sangat menyesal bila sudah terlambat, karena waktu tidak akan kembali untuk kedua kalinya.

Ketiga, investasikan waktu untuk kehidupan sosial kita, rekan sekerja, dan teman-teman kita. Kunjungi teman-teman kita secara periodik. Jaga hubungan baik dengan mereka, jadilah pendengar dan Saudara bagi mereka. Teman-teman kita akan memberikan warna baru dalam kehidupan kita sekaligus menjadi orang-orang yang akan menyokong kita menuju kesuksesan.

Keempat, investasikan waktu untuk Tuhan. Dengan menjaga hubungan yang akrab dengan Tuhan, kita akan makin bisa mendengar suara Tuhan. Spiritual kita akan terjaga dan secara otomatis kita akan memiliki kehidupan yang lebih baik. Kita akan semakin kuat bila kesulitan dan cobaan menghadang karena Tuhan selalu ada bersama kita. Sediakan selalu waktu untuk beribadah, membaca kitab suci, ataupun mendengar ceramah-ceramah keagamaan.

Waktu yang hilang tidak akan pernah kembali
Jika ingin mengetahui arti satu tahun, tanyakan pada pelajar yang tinggal kelas. Jika ingin tahu arti satu jam, tanyakan pada seorang wanita yang menunggu kekasihnya datang. Jika ingin tahu arti satu menit, tanyakan pada seorang penumpang yang ketinggalan pesawat. Jika ingin tahu arti satu detik, tanyakan pada seseorang yang baru saja lolos dari kecelakaan beruntun.

Kita semua setuju, waktu adalah berharga. Dan bagi sebagian orang, jauh lebih berharga daripada uang. Namun, sedikit dari kita yang mampu memanfaatkan waktu yang kita miliki secara maksimal. Kita masih cenderung untuk menyia-nyiakan waktu yang kita miliki, dan baru menyadari betapa berharganya waktu bila sudah berlalu. Yang tersisa hanya penyesalan, tidak ada kali kedua waktu akan datang kembali. Seseorang yang memanfaatkan tiap tahun, tiap hari, tiap jam yang dia punya secara maksimal, dengan melakukan investasi waktu yang benar akan menuai imbal balik yang luar biasa. Kesuksesan dalam keuangan, karir, keluarga, dan kehidupan akan datang bila kita mampu menginvestasikan waktu secara tepat. Ingatlah satu hal; baik Bill Gates, Ciputra, Lim Soe Liong, dan orang-orang sukses lainnya, dahulu sama seperti kita sewaktu mereka baru mulai merintis karir mereka. Mereka mempunyai waktu yang sama dengan kita, 24 jam sehari, 365 hari setahun. Bagaimana kira-kira mereka menginvestasikan waktu yang mereka punya? Bagaimana dengan kita? [ic]

*Indra Cahya adalah seorang perencana keuangan dengan spesialisasi di asuransi untuk salah satu perusahaan asuransi multinational terkemuka. Pernah bekerja di salah satu bank swasta nasional terkemuka setelah menyelesaikan Management Development Programme. Saat ini tengah mendalami bidang perencana keuangan, asuransi, dan investasi. Indra Cahya dapat dihubungi via HP. 0815-8848-567, email indra.cahya@gmail.com, dan juga website www.indracahya.com.

KOMPETISI FORMULA SATU

Oleh: Ardian Syam


Saya menduga bahwa Anda pernah menyaksikan balap formula satu. Sebuah tontonan yang cukup membosankan bila tidak ada perubahan urutan posisi pembalap dari terdepan hingga yang paling belakang, tetapi sebuah tontonan yang menarik bila beberapa pembalap berusaha untuk mendahului kompetitor yang berada di depan mereka. Tetapi formula satu bukanlah balapan yang terjadi begitu saja.

Ada proses panjang persiapan, dari mulai mendesain mesin yang begitu tangguh sehingga bisa dipacu dengan kecepatan sekitar 300 km/jam. Ada perancangan badan mobil sehingga cukup ringan, tidak membebani mesin mobil untuk berpacu tetapi cukup kuat sehingga mampu menerima terpaan angin balik akibat kendaraan yang melaju kencang. Kemudian ada uji coba di setiap lintasan yang akan dijadikan tempat lomba.

Berdasarkan perilaku pembalap, kondisi mobil dalam mengantisipasi kondisi lintasan dan cuaca tempat lomba maka akan ada orang lagi yang melakukan analisa untuk mengambil keputusan. Keputusan yang harus diambil tentang banyak hal. Pertama, berapa jumlah bahan bakar yang harus diisi pada saat awal lomba sehingga mobil dapat melaju dengan kencang karena beban yang ringan dan tidak akan kehilangan waktu terlalu banyak ketika melakukan pitstop untuk menambah bahan bakar lagi.

Kedua, tekstur ban seperti apa yang paling cocok untuk digunakan pada lintasan tersebut dalam cuaca yang diperkirakan akan terjadi pada saat lomba. Karena ban tersebut harus punya daya cengkram ke aspal lintasan agar memberikan keamanan bagi pembalap ketika membelok. Tetapi daya cengkram tersebut juga perlu disesuaikan agar tidak menghambat kecepatan sang pembalap terutama saat akan mendahului pembalap lain.

Ketiga, posisi sirip-sirip di bagian depan dan bagian depan mobil harus tepat agar memberikan kondisi aerodinamis bagi mobil. Hal ini menjadi perlu karena mobil juga memanfaatkan udara yang terbelah ketika mobil melintas dan menjadi angin yang akan mendorong laju mobil ke depan. Posisi sirip-sirip yang keliru akan berakibat kebalikan, udara yang terbelah ketika mobil melintas akan menjadi angin yang menghambat laju mobil.

Keempat, di putaran keberapa pitstop pertama harus dilakukan agar dapat diberikan tambahan bahan bakar untuk melanjutkan balapan, tetap saja dengan syarat tidak terlalu banyak agar tidak membebani mobil untuk melaju kencang. Pada saat ini juga dilakukan penggantian ban karena ban yang digunakan selama beberapa putaran tadi mengakibatkan ban tidak lagi berfungsi seperti yang diharapkan. Pitstop kedua juga diputuskan pada putaran keberapa dengan persyaratan yang sama.

Masih ada beberapa keputusan lain yang harus diambil tetapi saya kurang memahami hal tersebut. Lalu diakhir semua kegiatan sebelum lomba dimulai, sang pembalap mengendarai mobil mereka dalam dua kali putaran, secepat mungkin, untuk menentukan posisi start.

Ketika lomba dilaksanakan, ada sekumpulan orang yang memonitor kondisi mobil dan perilaku sang pembalap. Setiap pembalap akan mendapatkan dua kali kesempatan pitstop. Selama sebelum sang pembalap melakukan pitstop maka setiap pemonitor mengevaluasi semua perkembangan yang terjadi pada mobil, baik bahan bakar, kemudi, sirip-sirip, roda, kecepatan, dan rem. Dengan demikian mereka tahu semua penurunan performansi dari mobil balap mereka.

Saat sang pembalap masuk ke tempat pitstop maka semua pemonitor tadi melakukan perbaikan atas semua komponen dalam mobil tersebut. Bahan bakar ditambah sesuai rencana atau sesuai perbaikan rencana hasil dari monitoring. Ban diganti yang baru, tetap dengan tekstur yang sama atau diganti tekstur sesuai hasil monitor. Semua tindakan tersebut harus dilakukan dengan sangat cepat. Lebih dari sepuluh detik dianggap sudah lambat. Karena selama mobil tersebut pitstop, semua kompetitor terus bergerak dalam lintas untuk menyelesaikan putaran. Begitu pula yang terjadi pada pitstop berikut.

Karena itu kemenangan ditentukan oleh empat faktor. Pertama, konstruksi mobil terutama mesin yang dapat menggerakkan roda lebih cepat tanpa harus mengalami kemacetan ketika bergerak akibat perputaran mesin yang terlalu cepat. Dalam konstruksi juga perlu dipertimbangkan komposisi rem yang dapat menjaga keamanan mobil dan pembalap. Badan mobil dan sirip-sirip pun perlu dipertimbangkan agar membuat mobil menjadi lebih aerodinamis. Karena itulah ada hadiah untuk pemenang dalam konstruksi mobil.

Kedua, kompetensi

engineer. Kelompok yang melakukan monitoring dan improvement pada mobil di saat melakukan pitstop dipimpin oleh seorang engineer. Kelompok ini bertanggung jawab untuk memastikan mobil kembali dalam kondisi prima setelah melakukan pitstop. Sang engineer-lah yang memastikan kompetensi orang-orang dalam kelompok ini, dialah yang merekrut orang yang tepat, terus-menerus memperhatikan kinerja anggota kelompok dan memberikan pelatihan bila untuk meningkatkan kompetensi anggota kelompok. Dalam kategori ini juga ada hadiah dari FIA, federasi balap mobil internasional.

Kelihaian pembalap membaca situasi menjadi faktor ketiga. Pembalaplah yang terlibat langsung dalam balapan. Karena itu, pembalaplah yang tahu kapan harus melaju kencang dan kapan harus menurunkan kecepatan mobil. Pembalap pula yang mengetahui pembalap mana yang harus terus ‘ditempel’ sambil menunggu kesempatan yang sangat tepat untuk didahului dan pembalap mana yang dapat disalip kapan saja lintasan yang sedang dilalui cukup memungkinkan untuk melaju kencang. Untuk faktor inipun FIA memberikan hadiah yang diserahkan di atas podium dengan kalungan bunga oleh wanita-wanita cantik yang berpakaian seksi, belum lagi hadiah sampanye yang kemudian akan dihamburkan, serta piala. Setelah balapan akan ada konferensi pers pula dengan para pembalap juara.

Keempat, bahwa tiga hal tersebut di atas tidak akan dapat tercapai bila tidak ada kerjasama tim. Perlu kerjasama saling mendukung antara konstruktor, engineer dan pembalap. FIA memberikan gelar kejuaran tersebut kepada Ferari sebagai tim terbaik.

Apa yang bisa kita dapat dari informasi ini?

Sebuah perusahaan mau tidak mau akan bisa mendapatkan kemenangan berupa sustainable outstanding financial performance bila mengikuti konsep kompetisi formula satu ini. Ada perencanaan yang terperinci tentang produk atau jasa apa saja yang paling dibutuhkan pelanggan. Ada saat di mana pelanggan tidak merasa membutuhkan produk atau jasa tertentu, tetapi tim perencana perlu cukup jeli dan inovatif menciptakan produk atau jasa yang tepat. Kemudian tim pemasaran akan membuat para calon konsumen menyadari bahwa mereka memang membutuhkan produk atau jasa tersebut.

Lalu perusahaan perlu tahu kondisi yang terjadi di pasar, tepat seperti tim formula satu tahu bagaimana kondisi lintasan dan perkiraan cuaca ketika terjadi balapan. Dari informasi tersebutlah perusahaan dapat memutuskan apa yang perlu dilakukan sebelum peluncuran produk atau jasa yang mereka hasilkan.

Sama persis seperti tim formula satu, maka perusahaan harus bisa mewujudkan dan mempertahankan kerjasama dalam perusahaan. Ada unit kerja keuangan yang bertanggung jawab mencari sumber dana, menyediakan untuk unit kerja lain yang membutuhkan, serta menyimpan pendapatan yang diperoleh. Ada unit kerja produksi pada perusahaan manufaktur atau unit kerja layanan konsumen pada perusahaan jasa yang terus menerus berpikir tentang produk atau jasa apa saja yang mungkin dibutuhkan pelanggan. Mereka juga dapat menciptakan produk atau jasa yang belum dibutuhkan sejauh produk atau jasa tersebut memang dapat menjadi solusi bagi masalah yang telah atau akan dihadapi pelanggan.

Ada pula unit kerja pemasaran yang bertugas sama persis dengan sang pembalap. Mereka perlu tahu time to entry market untuk memastikan bahwa produk atau jasa yang dilepas ke pasar akan menghasilkan pendapatan yang lebih baik bagi perusahaan. Sama persis dengan sang pembalap yang harus tahu kapan harus melaju dengan kecepatan antara delapan puluh hingga dua ratus km/jam, kapan harus melaju kencang lebih dari dua ratus km/jam dan kapan perlu melakukan akselerasi mendadak untuk mendahului mobil balap yang berada di depan.

Adalah tugas pemimpin perusahaan untuk menjaga seluruh unit kerja berfungsi dengan baik dan berhasil saling mendukung agar tercapai sustainable outstanding financial performance. Tanpa kompetensi menjaga kerja sama yang dimiliki perusahaan, maka mobil balap akan melaju tanpa arah, meledak di tengah lintasan dan bahkan dapat membunuh sang pembalap.

Di atas semua itu, sama persis dengan kompetisi formula satu, setiap perusahaan harus menang karena berhasil melaju lebih cepat dari kompetitor, menang karena lebih baik. Tidak seperti pertandingan tinju yang menang karena menjatuhkan kompetitor, bahkan sampai cedera atau mati. Bersediakah Anda memimpin sebuah tim formula satu?

* Ardian Syam adalah seorang pendidik dan praktisi bisnis. Bukunya sedang dalam proses penerbitan dan akan segera beredar dalam waktu dekat. Ardian dapat dihubungi di: ardian.syam@gmail.com .

Pilih Utang Konvensional atau Utang Syariah

Oleh: Didik Darmanto


Bagi pengusaha, ngutang itu lumrah. Pasalnya mereka tahu, hanya dengan ngutang omset usaha bisa digenjot kencang. Tapi meskipun sama-sama bermodalkan uang pinjaman, besarnya keuntungan yang diperoleh bisa beda bila sumber ngutangnya juga beda. Apalagi saat ini banyak sekali lembaga keuangan yang menawarkan pinjaman. Khusus tulisan kali ini akan menakar keuntungan ngutang di bank konvensional dengan ngutang di bank syariah.

Ada perbedaan mendasar ngutang di bank konvensional dengan di bank syariah. Secara sederhana perbedaan kedua bank tersebut adalah bank konvensional dalam mengucurkan kreditnya menggunakan sistim bunga, sedangkan bank syariah menggunakan sistim bagi hasil. Karena menggunakan sistim bunga, maka besarnya cicilan di bank konvensional sudah bisa tentukan sesuai dengan bunga bank. Sedangkan besarnya cicilan di bank syariah tidak pasti tergantung dari besar-kecilnya hasil usaha.

Ngutang dengan sistim syariah sebenarnya bisa lebih menekan risiko, karena adanya mekanisme bagi keuntungan dan kerugian antara nasabah dan bank (lose and profit sharing). Memang sistim bagi hasil ini tampak lebih rumit dan penuh ketidakpastian, tapi sebenarnya lebih adil, aman dan menguntungkan ketimbang ngutang dengan sistim bunga. Untuk lebih jauh membandingkan keuntungan ngutang di bank konvensional dan bank syariah, perhatikan ilustrasi berikut.

Sebut saja namanya Ibu Ririn, owner CV Artha Tekstilindo Jakarta, sebuah industri rumah tangga yang bergerak di bidang konveksi khusus pakaian ABG cewek. Baru-baru ini ia mendapat order dari Singapura dalam jumlah besar. Untuk bisa memenuhi order tersebut Ibu Ririn butuh gelontoran modal sebesar Rp500 juta.

Bagi seorang pengusaha yang sudah keluar-masuk bank, mencari tambahan modal sebesar itu gampang. Apalagi namanya sudah dikenal dan dipercaya oleh beberapa bank ternama. Persoalannya, Ibu Ririn masih bingung mau ngutang di bank konvensional atau bank syariah. Ia harus menghitung lagi keuntungan dan kerugian ngutang di kedua tempat tersebut.

Untuk bisa mengambil keputusan, Ibu Ririn mebuat proyeksi keuangan sederhana tentang rencana ekspansi bisnis konveksinya. Dari tabel yang dibuat diketahui, bahwa rata-rata omset penjualannya sebelum mendapat gelontoran modal, kemudian disebut kondisi normal, sebesar Rp50 juta per bulan. Dengan omset normal Ibu Ririn bisa membukukan laba bersih Rp2,5 juta.

Kemudian dari hasil survai, dengan pinjaman sebesar Rp500 juta bank konvensional menarik bunga 2 persen per bulan. Alias cicilannya Rp10 juta per bulan. Sedangkan bank syariah menetapkan nisbah bagi hasil 60:40, yaitu 60 persen keuntungan untuk Ibu Ririn sebagai pengutang (mudharib), dan 40 persen untuk bank sebagai pemilik dana (shahibul maal).

Ibu Ririn menyusun proyeksi keuangan bisnisnya dengan asumsi margin keuntungan 30 persen dari omset. Sedangkan biaya tetap Rp5 juta per bulan, dan biaya variabelnya 5 persen dari omset. Kemudian Ibu Ririn membuat prediksi perkembangan usahanya setelah mendapat suntikan modal menjadi tiga kondisi. Yaitu kondisi pesimis dengan omset Rp70 juta per bulan, kondisi moderat dengan omset Rp100 juta per bulan, dan kondisi optimis dengan omset Rp150 juta per bulan. Dari ketiga kondisi itu ia membuat proyeksi keuangan antara ngutang di bank konvensional dengan ngutang di bank syariah.

Dari proyeksi keuangan terlihat, bila omsetnya melesat tiga kali lipat sesuai dengan asumsi optimis, maka ngutang di bank konvensional jauh lebih menguntungkan. Yaitu keuntungan dari hasil ngutang di bank konvensional sebesar Rp22,5 juta, sedangkan keuntungan yang diperoleh jika ngutang di bank syariah Rp19,5 jua.

Tapi bila usahanya hanya mencapai asumsi moderat atau pesimis, maka ngutang di bank syariah jauh lebih menguntungkan. Dengan asumsi moderat ngutang di bank konvensional dapat meningkatkan laba menjadi Rp10 juta. Laba tersebut lebih kecil dibandingkan dengan ngutang di bank syariah yang bisa menggenjot laba sampai Rp12 juta.

Coba Anda lihat pada asumsi pesimis. Dengan asumsi pesimis laba usaha Ibu Ririn tidak meningkat jika ngutang di bank konvensional. Tapi ngutang di bank syariah, meskipun dalam kondisi pesimis, laba Ibu Ririn tetap meningkat dari kondisi normal menjadi Rp7,5 juta. Dengan melihat proyeksi keuangan sederhana yang dibuat, Ibu Ririn mengukur kemampuannya kira-kira akan mencapai target penjualan pesimis, moderat atau optimis. Ia ingin utang yang diambil dapat secara optimal meningkatkan kekayaannya.

* Didik Darmanto adalah penulis buku laris manis: “Kalau Mau Kaya Ngapain Takut Ngutang“ (Bornrich, 2006). Buku yang terbit Juni 2006 itu langsung cetak ulang pada bulan Juli 2006.

Kapan Kita Siap?

Oleh: Suryanto Wijaya


Sebutlah Anna seorang mahasiswi yang ditunjuk oleh teman-temannya untuk menjadi seorang Project Officer (Ketua Panitia) dari sebuah acara bazaar buku-buku untuk menyambut mahasiwa baru dengan metode pembelajaran baru. Acaranya sendiri merupakan sebuah acara yang melibatkan banyak elemen. Baik dari pihak akademik kampus Anna sendiri, kampus-kampus lain bahkan sampai ke pihak departemen pendidikan. Acara yang akan diadakan selama kurang lebih tiga hari itu mengambil tema “membaca sebagai sebuah kebiasaan untuk sukses”. Tetapi apa yang terjadi ketika Anna diminta untuk menjadi ketua panitia? Jawaban yang keluar dari mulut gadis belia itu adalah, “Aduh, gak siap…!”

Sebuah pernyataan yang seringkali kita dengar ketika seseorang diminta untuk menjadi seorang ketua panitia, diberikan kesempatan untuk menerima sebuah tanggung jawab tertentu yang menantang dan bisa membuat dirinya lebih berkembang.

Pernahkah kita semua mengalami hal yang terjadi pada diri Anna? Saat kita ditantang untuk menjadi lebih baik lagi, saat seorang pria/wanita diminta sebuah komitmen untuk melanjutkan hubungan ke arah yang lebih serius, diberikan kepercayaan sebagai Project Leader pada acara ulang tahun perusahaan? Rata-rata dari kita akan menjawab dengan ucapan “Aduh, gak siap…! Jangan gue deh, cari yang lebih kompeten aja...”

Pertanyaannya kapankah kita akan siap? Benar-benar siap 100 persen? Tidak mungkin ada kemungkinan untuk gagal?

Jika dilihat dari awal pertama kalinya kita hadir di dunia ini. Kita hadir (lahir) di dunia ini apakah kita siap untuk hidup? Pada umumnya bayi lahir di dunia ini tidak siap untuk hidup. Hidup sendiri tanpa ditolong oleh orang lain (dokter, suster, orangtua, dll). Ketika berusia sekitar lima tahunan, kita tidak siap untuk sekolah, meninggalkan orangtua kita. Pada waktu menjelang akhir SMU, kita tidak siap dan terkadang masih bingung dalam memutuskan apakah ingin melanjutkan ke perguruan tinggi, langsung kerja, buka usaha sendiri atau meneruskan bisnis dari orangtua? Di akhir kehidupan kita, menjelang kita semua menjadi tua, apa kita siap untuk mati, meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya? Jadi kapan ya kita benar-benar siap?

“Oh...untuk itulah kita butuh persiapan atau perencanaan, misalkan seperti kita mau pergi ke luar negeri, yang perlu kita persiapkan adalah paspor, visa, tiket pesawat, pakaian (tergantung berapa lamanya di sana dan tujuannya untuk apa), uang untuk keperluan di sana, dll.” “Direncanain donk, kalau kita mau buka usaha, lihat dulu usaha apa yang benar-benar kita suka dan bisa menghasilkan, produknya (barang dan jasa) bisa memenuhi kebutuhan masyarakat luas, butuh tempat atau tidak, tempatnya seperti apa, eh...coba tanya dulu ke pakar hong shui bagus atau tidak? Butuh modal berapa besar (materi dan non materi)? Gimana rekrut orang-orang yang bisa membantu kita, resikonya apa saja, prediksi kemungkinan berhasilnya berapa lama, bisa untuk jangka panjang atau jangka pendek? Dan kayaknya masih banyak yang perlu direncanakan.”

Betul, dengan perencanaan kita akan menjadi lebih siap ketimbang tidak ada rencana, akan tetapi perencanaan yang seperti apa yang bisa membuat kita selalu siap 100 persen untuk segala macam jenis kondisi yang mungkin terjadi? Butuh berapa rencana, rencana A, rencana B, C, D...? Karena segala sesuatunya berubah setiap saat. Kecil sekali kemungkinannya untuk berhasil 100 persen sesuai dengan apa yang kita harapkan.

In the Future Anything is Possible
Nah, saya tidak mengatakan bahwa punya rencana atau tidak itu sama saja. TIDAK, BERBEDA SEKALI. Perbedaan antara orang yang memiliki rencana tentang hidupnya dengan orang yang tidak mempunyai rencana terhadap hidupnya benar-benar seperti bumi dan langit.

Mereka yang memiliki rencana tentang hidupnya mempunyai peluang untuk bisa hidup secara lebih berarti dan berguna. Mereka yang berencana tentang hidupnya seperti orang yang memiliki peta, kompas dan kendaraan. Mereka tahu apa yang mereka mau dalam hidup mereka, mereka tahu saat ini kondisi kehidupan mereka berada di mana dan mereka juga tahu tujuan mereka ingin kemana. Peta menuju ke sananya ada, tahu jalannya juga dan kendaraan (cara) untuk menuju ke sananya pun ada. Kalau belum ada mereka akan mencari tau kendaraan apa yang tercepat sekaligus teraman menuju ke tempat tujuan mereka.

Dalam skala perencanaan yang lebih besar lagi. Mereka merencanakan pada saat mereka meninggal, apa yang ingin mereka wariskan terhadap keluarga mereka, lingkungan tempat tinggal mereka, teman-teman mereka bahkan dunia. Hal ini pulalah yang dimaksud oleh Stephen Covey sebagai kebiasaan kedua dari tujuh kebiasaan dari orang yang sangat efektif. Begin with the end in mind (mulai dengan memikirkan tujuan akhir).

Karena banyak di antara kita yang dulunya banyak memiliki perencanaan tentang hidup akan tetapi seringkali melenceng dari apa yang telah direncanakan. Mungkin karena seringnya terjadi hal-hal yang membuat kita melenceng dari rencana awal yang kita inginkan. Hal ini pulalah yang membuat orang-orang yang telah memiliki perencanaan tentang hidup mereka berhenti untuk berencana, mengikuti arus kehidupan yang tak pasti, berhenti untuk melakukan kerjasama dengan Tuhan, tidak lagi berdialog dengan Tuhan untuk saling bahu membahu dalam mendisain kehidupan, mendesain kehidupan yang kita inginkan dan direstui oleh Tuhan.

Saya sendiri tidak tahu apa pendapat Anda semua yang sedang membaca artikel ini, apa pandangan Anda masing-masing tentang kehidupan? Saran saya silakan membaca terlebih dahulu artikel saya yang pertama di Pembelajar.com, yaitu “Apa Sih Hidup Ini?”

Nah, kita semua tentu mau yang terbaik terjadi, di dalam setiap tindakan kita. Untuk itulah kita terkadang sering bertanya-tanya kalau mau bikin acara yang bagus kriterianya seperti apa? Persiapaannya perlu apa aja? Acaranya yang bagus seperti apa? Semakin kita banyak bertanya kepada orang-orang, semakin banyak kriteria atau alat ukur untuk menentukan suatu acara bagus atau tidak. Lalu ada orang yang mangatakan pekerjaan atau acara yang bagus tuh ada nilai seninya. Desain tampilannya menarik, dekorasinya ok, yang penting ada live music-nya, acaranya dihadiri band papan atas Indonesia dan masih banyak lagi.

Nah, kalau kriterianya makin banyak dan banyak orang pula kita libatkan, banyak di antara teman-teman kita sendiri yang bilang, “Ah, itu mah berisiko tinggi!”

There always a risk if you do something, but you won’t have to be risky
Rich Dad – Robert Kiyosaki

Apakah semua rencana itu pasti berjalan dengan lancar 100 persen? Pasti akan sama persis sesuai dengan apa yang telah kita rencanakan?

Tentu saja tidak, karena selalu ada area yang tidak bisa kita kendalikan. Apalagi kita menginginkan yang terbaik untuk semua orang. Berusaha untuk menjadi sempurna. Apakah bisa setelah selesai acara, semua penonton akan berkata “Bagus, keren banget deh acaranya. Baru pertama kali saya ikut acara sebagus ini!” Selalu ada kemungkinan orang untuk berkata, “Sayang banget nih persiapaannya masih kurang, coba aja kalau di bagian ini bagian itu lebih diperhatikan dari awal. Mungkin hasilnya bisa lebih bagus dari hari ini!” Karena kalau kita ingin memuaskan setiap orang, mencoba menjadi sempurna maka itu adalah RESEP SUKSES PASTI GAGAL. Silakan baca artikel saya tadi di website ini juga.

Kita hanya bisa mengambil peranan sebagai Event Organizer, baik atau buruknya acara itu berdasarkan pendapat orang lain itu di luar dari peran kita atau kendali kita. Biarkanlah yang berkuasa (Tuhan+Manusia) itu sendiri yang memainkan perannya sebagai penilai dari acara atau tindakan kita. Hal itu berada di luar dari lingkaran kendali kita.

Jadi, kalau diminta untuk menjadi seorang ketua panitia, memegang sebuah jabatan tertentu atau status baru, entah itu berubah dari single menjadi in a relationship or berubah menjadi menikah. Apakah Anda siap? Jawabannya tidak ada dan tidak akan pernah ada seseorang yang siap 100 persen dalam menghadapi perubahan itu.

It’s not can you, it’s will you
-Anthony Robbins

Lagipula yang awalnya kita tidak bisa lalu menjadi bisa bukan itu sendiri adalah sebuah kemajuan? Menembus batas kemampuan diri kita sendiri bahkan bisa dikatakan bahwa kita “mengalahkan” diri kita sendiri. Kita mengalahkan suara-suara parau yang ada di dalam diri kita, yang sering mengatakan bahwa kita tidak siap atau tidak layak untuk menjadi seorang ketua panitia karena ini dan itu. Untuk membuka cara berpikir teman-teman pembelajar semua ini, mungkin ada kata-kata klasik yang mungkin teman-teman semuanya sudah mengetahuinya. Tapi ini tetap berlaku sampai sekarang

In the middle of a problem lies an opportunity.

Dalam setiap masalah yang ada selalu ada saja kesempatan yang terpendam di sana, kesempatan untuk menjadi lebih baik lagi dari saat ini. Karena sesungguhnya menurut saya kepuasan/kemenangan sejati bukanlah didapat dari memenangkan sebuah pertarungan dengan 100 orang. Kepuasan/kemenangan sejati didapat dari memenangkan pertarungan di dalam diri kita masing-masing. Karena menang terhadap semua orang di dunia ini adalah tidak mungkin dan kita tidak punya cukup waktu untuk hidup di dunia ini mengalahkan semuanya.

Breaktrough the limit of your belief you can do and you cannot do and expand the mindset of what is possible you do in the future if you want a better quality life.

So, last question, kapan kita siap?

* Suryanto Wijaya: Pembelajar Sekolah Kehidupan, Orang Biasa Dengan Pikiran LUAR BIASA seperti Anda. Ia apat dihubungi langsung di CuSenWan200x@yahoo.com

MENULIS BERARTI MENUJU KEBIJAKSANAAN

Oleh: Eni Kusuma W


Jika Anda memutuskan untuk menulis hari ini, saya ucapkan "Selamat!". Karena dengan menulis berarti kita sedang melatih diri menuju proses yang membuat kita menjadi lebih bijaksana. Apalagi untuk tipe orang seperti saya. Emosi yang meledak-ledak dan gampang pecah. Maklum, perempuan. Bungsu lagi...hehehe.

Saya biasa menulis diari jika saya marah, benci, stres, suntuk, jengkel dan perasaan lain yang tak terkontrol. Patah hati adalah salah satu masa sulit saya. Saya merasa sangat sedih melihat kenyataan diri, ternyata kecantikan saya masih diragukan. Sama kecewanya ketika saya menghadapi kenyataan tak lolos UMPTN dulu. Suatu bukti telak bahwa tingkat intelijensi saya masih harus dipertanyakan.

Biasanya saya menuliskan semua perasaan saya tersebut. Kemudian saya tutup dan kembali membukanya keesokan harinya. Apa yang terjadi? Ternyata saya tertawa begitu membaca kembali isi diari itu. Kekanak-kanakan, tidak dewasa dan konyol. Itulah penilaian saya terhadap diri saya sendiri. Jika Anda bertanya: "Masih adakah diari-diari saya itu?" Sayang sekali, sudah tidak ada. Karena saya tidak pernah mau menyimpan perasaan-perasaan negatif saya.

Bagi saya, menjadi seorang yang "mengerti" dan bijaksana memerlukan proses. Dan menulis adalah salah satu cara yang paling ampuh (meskipun bukan satu-satunya cara) untuk melatihnya. Melatih emosi agar tak terlampiaskan pada orang lain atau dilingkungan sekitarnya. Dengan menulis saya bisa berlatih mengendalikan diri atau menahan emosi supaya tak terlampiaskan. Awalnya saya memang "terpaksa" menahan diri tetapi semakin lama saya semakin berusaha untuk mengerti bahwa emosi tidak perlu dilampiaskan. Sebab akan merugikan semua pihak dan diri saya sendiri.

Tidaklah mudah untuk mengendalikan amarah, ketika "disakiti" oleh orang lain. Apalagi dengan gampang memaafkannya. Ini membutuhkan kemampuan kontrol yang tinggi. Jujur saja saat ini saya masih dalam tahap berusaha mengerti untuk tidak "terpaksa". Terpaksa menahan amarah dan terpaksa memaafkan. Meskipun begitu, paling tidak itu sudah bisa membuat saya lebih bisa menerima dan berlapang dada. Apalagi saya yang seorang pembantu, yang mana 'hak-hak' saya sering kali terabaikan. Sungguh, untuk bisa memahami tentang makna keikhlasan membutuhkan kemampuan kendali yang sangat tinggi. Apalagi dalam menjalankannya secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari.

Menulis juga bisa melatih saya untuk menganalisis, menalar, dan menilai suatu kejadian atau peristiwa yang saya alami. Membuat pikiran saya lebih jernih. Sehingga saya bisa menghadapi persoalan selalu dalam kendali akal. Bagi saya menulis adalah proses pembelajaran saya untuk 'mengerti dan paham'. Sedangkan mengerti dan paham hanya didapat dari pembelajaran yang intensif sepanjang usia. Jadi saya akan tetap menulis sepanjang usia saya. Bagaimana dengan Anda?

Saya merasa senang dengan kegiatan menulis. Menulis tentu harus dibarengi dengan membaca. Karena baca tulis adalah sepasang kegiatan yang tidak bisa dipisahkan. Baca tulis adalah awal dari ilmu pengetahuan. Dengan ilmu saya bisa menembus yang samar, menemukan sesuatu yang hilang, dan menyingkap sesuatu yang tersembunyi. Dengan terus belajar, menuntut ilmu dan menggali pengetahuan saya tidak akan merasakan sedih dan bosan dalam hidup. Sepahit apa pun. Senantiasa gembira karena pasti hari ini tidak sama dengan hari kemarin ataupun hari esok. Karena akan selalu ada yang baru.

Dengan rajin membaca dan menulis, bukankah sebenarnya kita sedang melatih kerja otak untuk mengkaji dan memahami makna yang berada dibalik tulisan? Bukankah orang bijak berkata: "Kehidupan jiwa adalah konsep dan makna?"

Menulis dan membaca tidak hanya bermanfaat untuk mengisi waktu luang baik siang maupun malam. Namun lebih dari itu, kita akan mendapatkan 'penghormatan dari kaum awam sekaligus persahabatan dengan para guru'. Kita bisa melatih kemampuan otak untuk menalar, membentuk kepribadian, mengembangkan harta dan menjaga kehormatan.

Jadi , siapa pun Anda. Di tangga profesi manapun posisi Anda saat ini, bahkan jika hanya seorang ibu rumah tangga sekalipun, jika gemar menulis dan membaca akan lebih baik. Apalagi jika dibarengi dengan memahami, menganalisis, dan menalar. Mumpung ada buku dan pena, menulis saja. Karena jika kita sudah berada di Surga, apakah Tuhan masih menyediakan buku dan pena? Adakah perpustakaan di sana? Ataukah pintu untuk mengkaji ilmu sudah ditutup?

* Eni Kusuma W adalah seorang TKI (pembantu rumah tangga) di Hongkong. Ia aktif di mili Penulis Best Seller dan mengaku sebagai manusia pembelajar yang sedang menjalankan program dari Pembelajar.com, yaitu "rajin belajar". Ia suka menulis cerpen, artikel opini, dan sedang menulis buku maupun merampungkan novel keduanya. Eni dapat dihubungi di: eni_kusumaw@yahoo.com.

INDIKATOR KINERJA

Oleh: Ardian Syam


Saya sangat yakin bahwa Anda langsung merasa bisa menebak apa yang akan saya bicarakan. Benar bahwa saya akan membicarakan tentang indikator bahwa suatu unit kerja atau bahkan seseorang dapat diperhitungkan sudah melakukan pekerjaan sesuai dengan target yang ditetapkan. Tetapi karena Anda semua sudah mengetahui dengan sangat lengkap tentang apa, bagaimana, bilamana, berapa banyak, siapa dan di mana berkaitan dengan indikator kinerja, maka saya tidak lagi membicarakan hal itu.

Kita akan membicarakan tentang jebakan-jebakan yang dapat muncul saat sebuah perusahaan melakukan penghitungan pada indikator kinerja. Mari kita mulai dengan sebuah perusahaan yang Anda kenal. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, sebagai contoh.

Saat ini perusahaan tersebut memiliki dua jenis produk yang dapat saling menggantikan. Bagi rumah-rumah yang selama ini berada di wilayah yang tidak dilintasi jaringan kabel tanah maupun kabel udara maka mereka bisa menggunakan Flexi. Tetapi bagi orang-orang yang tinggal agak jauh dari antenna Flexi terdekat dan berarti akan mengalami hambatan untuk berkomunikasi akan tetap memilih untuk memiliki telepon berbasis jaringan kabel.

Begitu pula bila dilihat dari sisi lain bahwa Flexi bila menggunakan pesawat handphone berarti orang tersebut dapat dihubungi kemanapun dia pergi. Sementara bagi orang yang tidak bersedia dihubungi ketika dia sedang bepergian maka akan lebih memilih telepon berbasis jaringan kabel.

Sekarang mari kita andaikan bahwa telepon berbasis jaringan kabel diurusi oleh suatu unit kerja tertentu yang cukup besar dan hirarkikal, sementara Flexi dari mulai aktivasi hingga layanan gangguan dilayani oleh unit kerja lain. Kemudian dalam konsep pemasaran ada yang dinamakan RAP (retensi, akuisisi, penetrasi) maka itu berarti kedua unit tersebut memiliki tugas untuk melakukan RAP atas pelanggan atau calon pelanggan mereka.

Mari kita berandai-andai lebih jauh, bila kedua unit kerja tadi diberikan target kinerja pelanggan baru. Itu berarti kedua unit kerja tersebut berusaha melakukan akuisisi dan penetrasi dengan sangat keras. Namun karena masing-masing dikelola oleh unit kerja yang besar dan hirarkikal, maka ada kemungkinan kedua unit kerja tersebut juga mempunyai target dan satuan indikator yang berbeda pula.

Mari kita andaikan bahwa unit kerja untuk telepon berbasis kabel memiliki hitungan sendiri, satuan hitung dan database sendiri begitu pula dengan unit kerja Flexi. Memang di tingkat manajemen yang lebih tinggi, direksi, akan ditotal seluruh sambungan telepon tersebut, tetapi tetap saja angka yang dilihat direksi adalah xx unit telpon kabel ditambah xx unit Flexi.

Sekarang bayangkan bila sebuah pelanggan yang telah memiliki telepon kabel di rumah mereka kemudian didatangi oleh petugas dari unit kerja Flexi agar telepon tersebut digantikan dengan Flexi. Pelanggan cenderung tidak akan banyak berfikir apakah perlu mengganti sejauh mereka masih mendapatkan jasa layanan yang sejenis dan masih berhubungan dengan perusahaan yang sama. Tetapi apa yang terjadi di kedua unit kerja tersebut?

Bisa Anda bayangkan bahwa unit kerja Flexi akan mendapatkan satu pelanggan baru dan karena itu menjadi baiklah indikator kinerja mereka. Sementara unit kerja telepon kabel dinilai tidak berhasil melakukan retensi pada pelanggan mereka sehingga menjadi buruklah indikator kinerja mereka.

Mari kita andaikan lebih jauh bila unit kerja telepon kabel mengetahui trik yang dilakukan unit kerja Flexi sehingga pada bulan yang sama saat pengukuran indikator kinerja mereka melakukan hal yang sama di tempat lain, mengakuisisi pelanggan Flexi menjadi pelanggan telepon kabel. Di satu sisi mereka mendapatkan kinerja buruk karena tidak berhasil melakukan retensi atas sejumlah pelanggan, tetapi di satu sisi mereka mendapatkan kinerja yang baik karena berhasil mendapatkan pelanggan baru.

Anda dan saya, karena kita yang berandai-andai, tentu saja sangat mengerti bahwa tidak ada unit kerja yang berkinerja buruk (karena tidak berhasil melakukan retensi) dan tidak pula ada unit kerja yang berkinerja baik (karena berhasil mendapatkan pelanggan baru). Pertanyaan pertama dari kasus ini adalah, apakah direksi atau pejabat yang lebih tinggi dari dua unit kerja tersebut mengetahui dengan pasti kejadian seperti ini?

Mereka toh hanya melihat angka-angka yang dilaporkan oleh masing-masing unit kerja. Mereka tidak mengetahui dengan pasti apa yang benar-benar terjadi di lapangan. Toh tidak seorangpun yang akan melaporkan bahwa pelanggan baru yang mereka peroleh adalah pelanggan lama dari unit kerja lain di perusahaan tersebut?

Sekarang mari kita ingat-ingat lagi tentang konsep kinerja. Ada masalah dengan pembobotan. Maka kita berandai-andai lebih jauh lagi, bobot dari pencapaian target pelanggan baru lebih besar daripada bobot bagi upaya untuk melakukan retensi. Maka bila kedua unit kerja tadi saling mengambil pelanggan dari unit kerja lain maka nilai rendah dari retensi akan dapat ditutupi oleh nilai tinggi yang didapat dari pelanggan baru yang mereka raih.

Mau menggunakan angka? Satu pelanggan yang tidak berhasil dipertahankan akan memberikan pengurangan nilai sebesar 5 dengan bobot 5% berarti setiap pengurangan satu pelanggan menyebabkan nilai kinerja berkurang sebesar 0,25. Sementara karena dianggap sebagai pekerjaan yang lebih sulit maka pertambahan nilai juga sebesar 5 tetapi dengan bobot 7,5% maka setiap pelanggan baru akan menyebabkan nilai kinerja bertambah sebesar 0,375.

Lihatlah pengandaian yang telah kita buat sejauh ini. Maka kedua unit kerja tersebut, tanpa menambah total jumlah pelanggan perusahaan, masing-masing telah mendapat tambahan nilai kinerja 0,125 atau senilai 12,5%

Bayangkan lagi bila di hal-hal lain secara total telah mengumpulkan nilai sebesar 100% sehingga dengan tambahan tadi nilai kinerja menjadi 125%. Maka pertanyaan menjadi meluas. Secara total perusahaan tidak mendapatkan tambahan pelanggan satupun, dengan pola konsumsi yang sama pula maka perusahaan tidak mendapatkan tambahan pendapatan pula.

Sementara karena dua unit kerja masing-masing memiliki kinerja 125% maka perusahaan perlu menambahi take home pay mereka. Itu berarti akan ada tambahan pengeluaran bagi perusahaan.Tanpa tambahan pendapatan tetapi harus memberikan tambahan pengeluaran, sudah terbayangkankah bagi Anda bahwa perusahaan lama-lama akan kehabisan laba.

Mari kita gunakan angka tadi lagi, unit Flexi mendapatkan tiga pelanggan berarti mendapatkan 3 x 5 x 7,5% dan kehilangan tiga pelangan berarti kehilangan 3 x 5 x 5% sehingga total mendapatkan 37,5%. Sementara unit telepon kabel kehilangan tiga pelanggan yang diambil unit Flexi atau 3 x 5 x 5% tetapi hanya mendapatkan dua pelanggan dari Flexi yang berarti 3 x 5 x 7,5% dan secara total tidak mendapatkan tambahan nilai kinerja atau 0%. Lalu satu pelanggan yang keluar dari Flexi ternyata pindah ke perusahaan lain.

Dengan perhitungan seperti itu berarti perusahaan malah semakin menurun dari sisi pendapatan tetapi naik dari sisi pengeluaran. Maka keadaan menjadi semakin buruk. Sistem ini sangat mungkin terjadi pada perusahaan yang sudah sedemikian besar sehingga memiliki jumlah orang yang banyak pula dan berarti perlu membuat organisasi yang bertingkat dan luas. Mari kita tinggalkan Telkom, kembali ke perusahaan tempat Anda bekerja masing-masing. Bila kedua unit kerja seperti contoh tersebut di atas ada dalam perusahaan tempat kita bekerja maka tidak akan ada guna andai Anda hanya meminta mereka melaporkan pindah ke mana pelanggan mereka yang hilang.

Anda hanya akan mendapatkan jawaban bahwa mereka tidak tahu ke mana pelanggan tersebut pergi. Mungkin mereka memang tidak tahu, tetapi mungkin juga mereka tidak mau memberi tahu karena tidak ingin keburukan mereka diketahui. (Silakan baca tulisan saya: ABS Bukan Amanah). Tetapi akankah ini kita biarkan begitu saja?

Hal ini tidak hanya terjadi pada dua unit kerja yang memiliki produk atau jasa berbeda tetapi memiliki fungsi yang sama. Hal ini bisa terjadi pada dua unit kerja yang memiliki produk atau jasa yang sama tetapi dengan cara pelayanan yang sama. Mari kita lihat bank, ada layanan yang premium untuk pelanggan tertentu. Seingat saya Bank Mandiri menamakan layanan tersebut sebagai Prioritas atau biasa juga di bank lain disebut sebagai Private Customer.

Pelanggan dari kelompok ini dilayani oleh sebuah unit kerja yang berbeda dibandingkan kelas reguler. Tetapi pernahkah Anda terfikir bahwa ada pelanggan yang memiliki lebih dari satu rekening di satu bank dan bila ditotal, seluruh simpanan dalam semua rekening tersebut sudah dapat membuat pelanggan tersebut masuk ke kelompok layanan premium? Kemudian ketika unit kerja reguler mulai kehilangan pelanggan, mereka kemudian membujuk pelanggan premium untuk membagi banyak rekening mereka sehingga tidak lagi memiliki syarat untuk menjadi pelanggan premium? Dengan cara apa, kata Anda? Tahukah Anda bahwa pajak penghasilan kita progresif?

Bahwa akan berbeda jumlah rupiah yang dipotong pajak bila kita memiliki penghasilan tahunan dengan total di bawah lima puluh juta dibandingkan dengan bila kita memiliki penghasilan tahunan dengan total di atas seratus juta? Hal tersebut bisa terjadi juga pada penghitungan bunga bank. Maka bila sang pelanggan memiliki anggota keluarga lebih dari lima akan mudah membagi satu rekening menjadi lebih dari lima rekening dengan nama pemilik yang berbeda.

Sekarang Anda yang bertanya, bagaimana cara terbaik untuk hanya dengan melihat laporan masing-masing saja, Anda dapat mengetahui bahwa kejadian tersebut yang terjadi?

Cobalah untuk menjumlahkan pelanggan yang lari dari kedua unit tersebut. Kemudian silakan bandingkan jumlah pelanggan baru yang masuk ke kedua unit tersebut. Bila tidak ada selisih antara dua total tersebut atau bahkan lebih banyak pelanggan yang keluar dari kedua unit tersebut, maka besar kemungkinan hal yang kita bayangkan tadi terjadi. Maka perlu dilakukan tindakan terhadap kedua unit kerja tersebut.

Untuk setiap kehilangan yang terjadi di unit kerja yang satu akan menyebabkan pengurangan pada kinerja perolehan pelanggan baru di unit kerja yang lain. Bila seluruh perolehan pelanggan baru di unit kerja pertama sudah habis terkurangi dengan kehilangan pelanggan di unit kerja ke dua, tetapi masih ada kehilangan di unit ke dua, maka kehilangan tersebut menjadi pengurang bagi kinerja unit ke dua.

Bagaimanapun kita tahu bahwa telah terjadi hiper-kompetisi di lingkungan bisnis saat ini. Tetapi itu tidak menyebabkan setiap unit kinerja kemudian melakukan tindakan hanya demi kepentingan mereka sendiri. Tetap saja tidak akan ada uang yang dapat dipakai untuk membayar kinerja yang palsu bila kinerja terlihat baik tetapi peningkatan pendapatan tidak terjadi.

Anda, sebagai pemimpin perusahaan perlu peduli pada hal ini. Anda sebagai pemimpin unit kerja juga perlu peduli pada kejadian ini, jangan hanya mendahulukan kepentingan kelompok. Kecuali bila Anda memang menginginkan perusahaan Anda tenggelam dan terkubur.

Benarkah itu yang Anda inginkan?

* Ardian Syam adalah seorang akademisi, praktisi, dan penulis. Ia dapat dihubungi di: ardian.syam@gmail.com.

The Power of Focus

Oleh: Syahril Syam


Kita adalah apa yang kita kerjakan berulang ulang.
Karena itu, keunggulan bukanlah suatu perbuatan, melainkan sebuah kebiasaan.
- Aristoteles -

Kebiasaan bahagia itu memungkinkan seseorang untuk sering-sering terbebas dari dominasi kondisi-kondisi eksternal.
- Robert Louis Stevenson -

Terry Fox adalah seorang atlet Kanada yang luar biasa, masuk olahraga professional saat paha kanannya mulai bermasalah. Ketika dokter memeriksa kaki Terry, mereka menemukan adanya kanker yang sedang menggerogoti pahanya. Ketika kembali ke ruang konsultasi, dokter berkata, “Terry, dengan menyesal saya harus memberitahu Anda, kankernya sudah menyebar di seluruh kaki kanan Anda. Kami harus mengamputasinya hari ini juga. Dan karena usia Anda di atas dua puluh satu tahun, Anda harus menandatangani sendiri persetujuan operasinya.”

Terry menguatkan hati, menandatangani surat persetujuan, dan berusaha untuk tabah menjalaninya. Ketika sedang menjalani pemeriksaan di rumah sakit, dia teringat satu nasehat penuh makna dari pelatihnya di SMU dahulu, yaitu, “Terry, kau bisa melakukan apa saja yang kau mau asalkan kau melakukannya dengan sepenuh hati.”

Dia memutuskan apa yang menjadi keinginannya, yaitu berlari melintasi Kanada, mengumpulkan uang sebesar $ 100.000 untuk penelitian kanker, supaya tidak ada lagi anak muda lain yang menderita kesakitan, kesedihan, malapetaka, dan kesengsaraan seperti yang dirasakannya.

Dia memilih untuk tidak lagi menggunakan kursi roda, tetapi beralih ke kaki palsu, dan mulai mencoba berjalan. Kekuatan dan semangatnya semakin bertambah.

Terry ingin menamai kegiatan yang akan dilakukannya: Maraton Harapan Terry Fox. Dia memberitahukan hal itu kepada orangtuanya, tetapi mereka berkata, “Dengar, Nak. Rencanamu memang mulia, namun kami baru saja berhasil mengumpulkan cukup uang. Dengan uang itu, kami ingin kau kembali ke bangku kuliah dan berbuat sesuatu yang nyata, dan lupakan gagasan aneh yang tidak masuk akal itu.”

Dalam perjalanan ke sekolah, Terry singgah di Perhimpunan Kanker, dan menceritakan niatnya. Mereka berkata, “Kami rasa, Anda benar. Itu suatu gagasan mulia, namun kami tidak akan melakukannya sekarang. Datanglah lagi menemui kami di sini pada lain waktu.”

Terry meyakinkan teman sekamarnya di tempat kuliah untuk bersama-sama berhenti sekolah. Mereka terbang ke pantai timur Kanada. Terry membuang tongkat penyanggahnya di samudra Atlantik dan hari itu juga mereka mulai berlari melintasi Kanada.

Ketika memasuki wilayah Kanada berbahasa Inggris, dengan segera kisahnya menggemparkan halaman-halaman muka media massa. Kita bisa melihat darah menetes di kaki palsunya, mukanya meringis kesakitan, namun Terry terus melaju.

Terry menemui Perdana Menteri, yang belum sempat membaca riwayat hidup Terry sehingga berkata, “Maaf ya, Anda ini siapa?” dan Terry menjawab, “Nama saya Terry Fox, dan saya sedang melakukan lari Maraton Harapan. Harapan saya adalah bisa mengumpulkan seratus ribu dolar – dan itu telah kami dapatkan kemarin. Saya pikir dengan bantuan Bapak Perdana Menteri, kami bisa mengumpulkan sampai satu juta dolar.”

Itulah awal mulanya kita mulai melihat Terry di layar kaca Amerika. Real People datang ke Kanada dan membuat film tentang Terry. Dan sementara mereka membawa Terry meluncur melintasi gelanggang hoki es, mereka mengumpulkan berember-ember uang di tribun.

Terry terus melaju dengan berani dan penuh semangat sepanjang lima puluh kilometer per hari – lebih panjang daripada marathon Boston setiap harinya. Ketika sampai di teluk Guntur, Ontario, dia mengalami masalah serius dengan sistem pernafasannya.

Di kota kecil berikutnya, dokter berkata, “Terry, Anda harus berhenti, cukup sampai di sini saja.” Terry menjawab, “Dok, Anda tidak tahu dengan siapa Anda sedang bicara. Sejak awal, orangtua saya mengusir saya secara halus. Pemerintahan propinsi mengatakan kepada saya bahwa saya hanya menghalangi jalan, saya harus menghentikannya. Perhimpunan Kanker tidak mau membantu saya. Saya memutuskan untuk mengumpulkan seratus ribu dolar. Saya berhasil. Saya naikkan menjadi sejuta dolar; tiga hari yang lalu kami dapat sejuta. Ketika saya meninggalkan kantor Anda, saya akan mengumpulkan satu dolar dari setiap penduduk Kanada, 24,1 juta dolar.”

Dokter berkata, “Dengarlah Nak, saya juga berharap Anda bisa melakukannya, tetapi kenyataannya, kanker dalam tubuh Anda sudah menyebar sampai ke dada. Paling lama, usia Anda kemungkinan besar hanya tinggal enam atau delapan jam lagi. Pesawat jet milik Angkatan Udara sudah disiapkan untuk Anda karena semua orang di negeri ini mendukung Anda. Demi Anda, kami sudah melupakan dahulu prosedur dan birokrasi daerah. Anda sudah menjadi pahlawan Nasional. Sudah selayaknya Anda diperlakukan amat khusus. Kami akan menerbangkan Anda kembali ke British Columbia dan kami sudah memanggil orangtua Anda. Mereka akan berada di sana setibanya kita nanti.”

Sebagian dari kita masih ingat, lewat berita malam kita menyaksikan saat-saat para dokter mendorong Terry memasuki ruang gawat darurat. Seorang jurnalis berusia sembilan belas tahun, yang begitu antusias agar bisa merekam kejadian itu, memaksa masuk ke ruang gawat darurat mengikuti Terry di atas dipan lengkap dengan mikrofon dan kameranya, dan bertanya, “Terry, apa yang akan Anda lakukan setelah ini?”

Sambil menatap kamera, Terry bersikap sebagai seorang profesional hingga di akhir hayatnya. Dia menjawab, “Anda mau menyelesaikan lari saya? Anda mau menyelesaikan lari saya? Anda mau menyelesaikan lari saya?”

Seperti yang kita ketahui, Terry akhirnya meninggal tidak lama kemudian. Pada 24 Desember tahun itu, jutaan orang telah memberikan sumbangan sehingga terkumpul $ 24,1 juta (atau $ 1 per setiap orang Kanada). Itulah yang Terry cita-citakan.

Apakah Anda Telah Fokus?
Kisah nyata ini saya dapatkan dari buku yang ditulis oleh seorang penulis best-seller Mark Victor Hansen. Kisah ini sangat menggugah hati saya. Dan di dalam hati saya berkata, “Kok, orang ini (Terry Fox) bisa melakukan yang sedemikian hebat dan berarti bagi dirinya dan orang lain, padahal dia mengalami cacat jasmani.” Apa yang membuat dia bisa bertahan melewati sekian banyak rintangan dan tak pernah menyerah hingga akhir hayatnya? Jawaban yang telah saya dapatkan, karena ia memiliki dua hal, yaitu pertama, mengetahui tujuan yang jelas dan keinginan yang kuat untuk menggapainya, dan kedua, ia fokus pada tujuan yang akan diraihnya.

Kita telah membahas “tujuan” pada pertemuan dan makalah sebelumnya. Sekarang kita akan membahas mengenai kekuatan dari fokus.

Kata focus (Inggris) dapat diartikan ke dalam bahasa Indonesia sebagai terang atau jelas. Arti lainnya adalah memusatkan perhatian. Kalau Anda ingin memotret seseorang dengan menggunakan kamera berlensa manual (bukan autofocus), maka Anda harus mengatur fokus lensa tersebut agar gambar yang ingin Anda potret menjadi jelas dan tidak kabur. Sehingga hasil pemotretan Anda menjadi terang dan jelas.

Begitu pula dengan hidup ini. Kebanyakan orang tidak melihat dengan jelas kemana tujuannya (tidak mengatur fokus lensanya). Atau kalau sudah terlihat dengan jelas kemana tujuannya, maka akan mengalami pengaburan pada apa yang akan dilakukan. Dalam bahasa sehari-hari, ‘saya tahu saya mau kemana (inginkan), tapi saya tidak tahu (bingung) apa yang harus saya lakukan’. Jadi, kemana saya dan Anda harus memusatkan perhatian, agar dapat meraih yang dituju? Atau, kemana “pandangan” saya dan Anda harus diarahkan, agar pekerjaan kita menjadi jelas?

Jack Canfield dan Mark Victor Hansen adalah penulis serial buku best-sellerberjudul Chicken Soup for the Soul. Keduanya juga telah lama sebagai pembicara terkenal dalam seminar-seminar pengembangan diri. Les Hewitt adalah seorang pelatih kinerja dan pendiri Achievers Coaching Program. Ketiganya selama tiga tahun telah merampungkan sebuah buku yang berjudul The Power of Focus. Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman mereka sendiri, dan berbagai masukan dari orang-orang sukses dan para peserta yang telah mengikuti seminar-seminar mereka.

Saya ingin mengambil pokok-pokok pikiran dari mereka, agar arah fokus kita menjadi jelas (semoga). Jadi kemana kita harus fokus?

Terdapat sepuluh titik fokus yang harus diperhatikan:

1. Fokus pada kebiasaan-kebiasaan Anda
2. Fokus pada kekuatan-kekuatan Anda
3. Fokus pada tujuan
4. Fokus pada penciptaan keseimbangan hidup
5. Fokus pada membangun hubungan
6. Fokus pada keimanan atau keyakinan
7. Fokus pada apa yang ingin Anda minta
8. Fokus pada konsistensi kerja
9. Fokus pada keputusan hidup yang tepat, dan
10. Fokus pada tujuan hidup kembali (sebuah evaluasi diri).

Mengingat ruang yang sangat terbatas pada tulisan ini, maka saya tidak akan menjelaskan secara terperinci ke-10 titik fokus tersebut (alasan yang dikemukakan), di samping pengetahuan saya yang sangat terbatas (alasan yang sebenarnya).

Sebagai penutup, saya ingin mengutipkan kepada Anda sebuah dialog yang terjadi antara Adi W. Gunawan – trainer Accelerated Learning – dengan seorang Ibu yang mengikuti lokakaryanya.

Ibu ini menceritakan keadaan anaknya yang duduk di kelas 4 SD. Anak ini pandai memainkan piano. Karena permainannya dirasa cukup baik, oleh kedua orangtuanya anak ini hendak diikutsertakan dalam lomba. Ternyata anaknya menolak untuk ikut. Dengan segala bujuk rayu anak itu tetap tidak mau. Ibu itu bertanya mengapa ini bisa terjadi dan apa yang harus mereka lakukan sebagai orangtua.
Yang pertama saya tanyakan adalah, “Anak Ibu ini di kelas ranking ya?”
“Lho, Bapak kok tahu?” balas si ibu.
“Kalau memang benar di kelas ranking, maka saya tahu alasannya mengapa anak Ibu tidak mau ikut lomba,” jawab saya.
“Lalu apa sebabnya, Pak?” Tanya ibu itu lagi.
Ternyata, sesuai dengan analisis saya, kedua orangtua anak ini termasuk orangtua yang menuntut anak untuk selalu ranking atau juara kelas. Telah ditanamkan dalam pikiran anak ini sejak masih kecil bahwa dia harus bisa juara. Untuk menjadi juara tentunya nilainya harus baik. Nilai baik berarti tidak boleh membuat kesalahan. Dan dia hanya akan menjadi juara dengan mengalahkan teman-temannya yang lain. Kalau sampai nilainya kalah dibandingkan dengan temannya maka dia akan gagal.

Coba Anda bayangkan pola pikir yang ditanamkan orangtua tersebut pada anaknya. Dan biasanya, pola pikir ini akan terus merembes dalam kehidupan sang anak selanjutnya. Pola pikir apakah itu? Pola pikir yang berpandangan bahwa membuat kesalahan adalah hal yang jelek. Sehingga kebanyakan orang menghindar untuk berbuat salah. Padahal kesalahan adalah suatu pelajaran untuk memahami apa arti kebaikan. Dan dalam setiap upaya untuk selalu fokus, akan ada saja kesalahan yang kita buat. Namun kesalahan inilah yang akan membuat kita untuk selalu bisa tetap fokus dan berlatih kesabaran. Seperti kata pelatih Terry di atas, “Anda bisa melakukan apa saja yang Anda mau asalkan Anda melakukannya dengan sepenuh hati.”

Apakah Anda Mau?

* Syahril Syam adalah seorang trainer yang tinggal di Makasar. Ia dapat dihubungi di: ril_faqir@yahoo.com

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman