Senin, 19 September 2011

Kericuhan Wartawan Vs Pelajar, Siswa SMA 6 Puas Pukul Wartawan

Kericuhan Wartawan Vs Pelajar, Siswa SMA 6 Puas Pukul Wartawan:
Ricuh Wartawan Vs Pelajar SMA 6, Polisi Tindak Kedua Pihak
Detik - Kericuhan antara pelajar dan jurnalis yang tengah melakukan aksi damai di depan SMA 6, Jl Bulungan, Jakarta Selatan menimbulkan korban luka dari kedua pihak. Polisi akan menindak keduanya yang terbukti melakukan penganiayaan.

"Tidak ada mediasi, kita tegakkan sesuai aturan. Semua yang melakukan tindak pidana, kita proses," kata Kapolres Jakarta Selatan, Kombes Imam Sugianto, saat dihubungi wartawan, Senin (19/9/2011).

Kapolres mengimbau, kedua pihak yang menjadi korban agar melapor ke Polres Jakarta Selatan. Sementara Imam menyebut, terdapat korban dari dua pihak yang bertikai.

"Dari pelajar ada 7 orang, wartawan ada tiga orang yaitu wartawan MNCtv, Sindo dan Media Indonesia," kata dia.

Kericuhan kali ini merupakan buntut dari keributan sebelumnya. Di mana seorang wartawan Trans7, Oktaviardi dikeroyok oleh sejumlah pelajar SMA 6 di Blok M pada Jumat (16/9) malam lalu.

Hari ini, sejumlah wartawan kemudian melakukan aksi damai di depan SMA 6, Jaksel. Aksi ini sempat dimediasi oleh pihak kepolisian dengan mempertemukan perwakilan wartawan dengan pihak sekolah.

"Kita sempat antar wartawan ke dalam sekolah untuk bicara dengan kepala sekolah, tahu-tahu di luar sudah ribut. Wartawan ada yang memprovokasi," kata dia.

Dalam aksi itu, Imam mengatakan, pelajar dan wartawan terlibat adu jotos dengan menggunakan tangan kosong. Guna membubarkan kericuhan, polisi menerjunkan 1 SSK (Satuan Setingkat Kompi) atau sekitar 100 personel ke lokasi.

Polisi bahkan sempat mengeluarkan tembakan peringatan di tengah-tengah massa untuk membubarkan kericuhan tersebut.

Sementara itu, Kapolres menyesalkan aksi demo wartawan yang berakhir ricuh itu.

"Kericuhan ini tidak perlu terjadi kalau wartawan membubarkan diri setelah mencapai kesepakatan di dalam mediasi itu," tutupnya.


Siswa SMA 6 Mengaku Puas Pukul Wartawan

VivanewsUsai bentrokan antara siswa SMA 6 Jakarta dengan wartawan saat berlangsung aksi damai pada Senin, 19 September 2011, salah seorang siswa mulai berkicau di jejaring sosial twitter mengenai kejadian bentrokan tadi.

Tiga fotografer mengalami luka akibat serangan ratusan pelajar itu. Fotografer dari Koran Sindo, Yudistiro Pranoto, mengalami luka parah. Korban kini berada di ruang ronsen Rumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP).

Yudistiro Pranoto masih mengalami muntah-muntah, dan luka pada bagian tangan dan kaki. Akibat pemukulan itu, kamera milik yang bersangkutan juga hilang dan hingga kini belum ditemukan.

Berikut kutipannya dari akun twitter salah satu pelajar setelah aksi penganiayaan itu.

@Gilang_Perdanaa : Mampus siapa suruh cari masalah sama Gorasix.

@Gilang_Perdanaa :puas gua mukulin wartawan di jalur sampe bonjok2 emosi bet gua t**

@Gilang_Perdanaa : Guru,silop,dll. Pada belain kita karena kita gak salah.yang salah itu wartawan t**

Setelah beberapa saat, banyak masyarakat yang menyebarkan kicauannya (retweet) di Twitter. Tidak berapa lama kemudian, akun twitter @Gilang_Perdanaa berubah menjadi @giper2k11.

Tak beberapa lama kemudian, akun tersebut berubah lagi menjadi @gilaaangsss namun dikunci sehingga tidak dapat dilihat.

Seperti diberitakan sebelumnya, pada Senin pagi tadi, terjadi bentrokan antara wartawan dengan siswa SMA Negeri 6. Wartawan berbagai media, mulanya melakukan aksi damai di depan sekolah terkait pemukulan siswa SMA Negeri 6 pada wartawan Trans 7 yang terjadi Jumat malam pekan lalu. Aksi damai berubah menjadi bentrokan ketika siswa keluar dari sekolah dan menyerang wartawan.

Polisi Bantah Ada Anak Jenderal di SMA 6
Polisi membantah isu adanya anak Jenderal yang turut dalam pengeroyokan aksi damai wartawan di depan SMA 6 Jakarta. Dalam aksi itu, tiga fotografer mengalami luka akibat serangan ratusan pelajar SMA 6 Jakarta kepada sekitar 20 wartawan yang melakukan aksi protes di depan sekolah itu.

"Bukan, tidak ada anak jenderal seperti yang beredar luas," kata Kapolres Jakarta Selatan Komisaris Besar Polisi Imam Sugianto saat dihubungi VIVAnews.com, Senin 19 September 2011.

Ini merupakan penyerangan kedua terhadap wartawan oleh murid-murid SMA 6 Jakarta. Penyerangan pertama pada Jumat 16 September lalu. Dalam penyerangan itu, kamerawan Trans7, Oktaviardi menjadi kroban.

Saat itu, pelajar SMA 6 saat terlibat tawuran di depan sekolah mereka dengan siswa SMA 70 Bulungan. Oktaviardi, yang kebetulan sedang berada di lokasi tawuran, menjadi korban saat sedang mengambil gambar.

Puluhan pelajar yang melihatnya langsung mengerubungi Oktaviardi dan mengambil paksa kaset liputannya. Saat ini kejadian yang dialami Okta sudah dilaporkan ke polisi.

Aksi yang berlangsung siang tadi merupakan buntut atas protes penyerangan Oktaviardi Jumat lalu. Tetapi, aksi siang tadi justru berujung rusuh. Wartawan kembali diserang. Sekitar 150 murid menyerang 20 wartawan yang protes.

Polisi yang berjumlah sekitar 50 orang itu bahkan kerepotan karena jumlahnya kalah banyak dengan siswa. Polisi akhirnya mengeluarkan lima tembakan untuk peringatan.

Isu beredar, lambatnya dan kembalinya aksi penyerangan ini dikarenakan ada anak petinggi polisi di SMA 6. Tetapi, kabar itu keburu dibantah Imam. "Jangan terlalu memperkeruh suasana," kata Imam.

Kapolri Akan Tindak Pelaku Kekerasan di SMA 6

Kepala Polisi RI Jenderal Polisi Timur Pradopo mengatakan akan menindak tegas pelaku kekerasan siswa SMA 6 Jakarta Selatan kepada sejumlah wartawan. Bila ada kerugian, polisi akan mengambil tindakan hukum.

"Pelaku kekerasan akan ditindak, diproses sesuai dengan hukum," kata Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo di Kantor Presiden, Jakarta Pusat, Senin 19 September 2011

Menurut Kapolri, Kepolisian RI telah bekerjasama dengan pihak sekolah untuk meningkatkan program kemitraan. Program kemitraan ini diberlakukan antara institusi Polri dengan sejumlah sekolah untuk mengantisipasi tindakan yang tidak diinginkan.

"Artinya kami kedepankan pencegahan, lebih intensif untuk sekolah-sekolah," ucap mantan Kapolda Metro Jaya ini. Polri juga akan mengambil tindakan hukum atas dugaan kekerasan itu.

Meski demikian, tindakan hukum itu diambil apabila ada kerugian. "Sekali lagi, kalau itu menimbulkan kerugian, material, kami lakukan langkah-langkah penegakan hukum," kata Kapolri.

Ratusan pelajar dari sekolah itu kembali menyerang wartawan yang menggelar aksi protes siang tadi. Guna membubarkan massa, polisi bahkan mengeluarkan lima tembakan untuk peringatan.

Dari pantuan VIVAnews.com, keributan terjadi saat seorang siswa yang diduga sebagai pelaku pemukulan dikejar wartawan. Aksi ini kemudian membuat ratusan siswa SMA 6 yang berkumpul tidak jauh dari sekolah mereka melakukan penyerangan. Bahkan mobil liputan milik Trans TV rusak dipukuli siswa yang marah.

Aksi protes wartawan digelar terkait pemukulan terhadap kamerawan Trans7, Oktaviardi oleh pelajar SMA 6 pada Jumat lalu. Saat itu, pelajar SMA 6 terlibat tawuran di depan sekolah mereka dengan siswa SMA 70 Bulungan. Wartawan Trans7, Oktaviardi, yang kebetulan sedang berada di lokasi tawuran, menjadi korban saat sedang mengambil gambar. Filmnya dirampas dan dia dipukuli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman