Senin, 05 Desember 2011

Tina Talisa, Tertawa Bahagia Ketika Dipanggil Tante Oma

Tina Talisa, Tertawa Bahagia Ketika Dipanggil Tante Oma:
Quote:


BULAN lalu kami menelepon presenter Apa Kabar Indonesia Malam (AKIM) ini. Kami bikin janji untuk rubrik Fotomorfosis. Dari ujung telepon kami mendengar suara Tina dengan intonasi bungah. Waktu itu, kami menutup perbincangan begini, “OK, Jeung, ditunggu kabar baiknya, ya.” Lalu Tina menjawab, “Iya, nih. Aku sedang siap-siap menyongsong kabar baik.”

Kabar baik yang dimaksud, pernikahannya dengan Amrinur Oktajaya, pengusaha kelahiran 16 Oktober 1969 yang kerap disapa Ade.

Bagi keduanya, pernikahan 17 Juli nanti pernikahan kedua. Tina pisah dengan suami hampir dua tahun lalu.

“Pisah secara agama Maret 2009 dan resmi secara hukum Juni 2009. Mantan suami telah menikah sekitar Juli atau Agustus tahun lalu. Alhamdulillah, semua berjalan baik. Hidup berlanjut. Cerai adalah cara kami untuk mencapai kebahagiaan di jalan masing-masing,” ujar Tina saat main ke kantor Bintang, Selasa (14/6) pekan lalu.

Minta Dipanggil Tante Oma

Setelah berpisah, Tina menikmati kesendirian. Beberapa nama sempat mendekat. Bagi Tina, membuka hati dan pikiran setelah kegagalan menuntut kesiapan mental. Harus ada perasaan kuat yang mengatakan, dialah orang yang tepat.

Cinta Tina season 2 episode pertama dimulai ketika final Piala AFF di Kuala Lumpur. Angelina Sondakh menghubunginya. Ternyata, Angie dan Tina menginap di hotel yang sama.

“Mbak Angie mengajak bertemu. Di situ, saya dikenalkan dengan kakak Bang Ade. Saya diajak berkenalan dengan Bang Ade dan saya mengiyakan,” sambung presenter kelahiran 24 Desember 1979.

Dua hari setelah putaran final AFF, Angie mengundang Tina ke syukuran ulang tahun. Acaranya berupa jamuan makan siang. Undangan yang hadir hanya belasan. Di rumah Angie, untuk kali pertama Tina bertemu dengan Ade.

Obrolan pertama sangat formal. Tentang pekerjaan termasuk AKIM. Tina menggambarkan Ade amat pemalu.

“Kami canggung sampai kakak Bang Ade menyarankan agar kami bertukar PIN BlackBerry,” kenangnya.

Pertemuan kedua terjadi ketika Bang Ade membuka restoran di Gandaria City. Lalu, keduanya menonton film.

“Saya lupa judulnya apa. Kalau sampai kami tidak pacaran, tidak apa-apa. Tidak ada jeleknya menambah teman, meluaskan silaturahim, dan mengenal kakak serta keponakannya,” Tina menukas.

Awalnya agak risi. Tina takut pertemuan menjadi ajang keluarga dan membicarakan hal-hal serius.



Usianya dan Ade selisih 10 tahun. Ade punya delapan kakak. Usia mereka terpaut jauh di atas Tina. Dari pernikahan sebelumnya, Ade dikaruniai Adzraa Zilly Amir yang lahir 8 Maret tahun lalu. Usia keponakan-keponakan Ade selisih satu dua tahun dari usia Tina. Bahkan ada yang lebih tua. Tina dipanggil Tante.

“Bang Ade sudah punya tiga cucu (dari keponakan-keponakannya). Namanya Nakula, Bulen, dan satu lagi baru saja lahir di Aceh. Mereka memanggil saya Oma. Saya kaget, dan minta dipanggil Tante Oma. Hahaha… Bang Ade bilang: Mana ada sebutan Tante Oma?” ujarnya sembari tertawa.

Inilah kebahagiaan. Tidak perlu didefinisikan secara ilmiah. Cerita Tina yang apa adanya jadi definisi sekaligus gambaran yang nyaris sempurna. Rencana nikah di Hotel Nikko dan umrah berdua insya Allah akan menyempurnakan niat suci Tina dan Ade.

Keduanya menyadari, sepintas pernikahan bagaikan judi. Ada sesuatu yang besar dalam hidup yang dipertaruhkan di sini. Karenanya, keterbukaan menjadi salah satu kunci. Beberapa minggu setelah bertemu, Tina dan Ade terbuka dengan masa lalu masing-masing, latar, visi, dan bagaimana keduanya memandang serta menjalani hidup ke depan.

Pernyataan Cinta di Dalam Mobil

Malam itu, 13 Februari, Tina baru saja siaran AKIM. Ade menjemput, dan mengantar pulang. Di mobil, dengan sayup-sayup lagu dari pemancar stasiun radio, satu topik serius dilontarkan. Saat itu, hari telah berganti. Tanggal 14 Februari, dini hari.

“Topik mulai menjurus. Kami bingung bagaimana mengungkap perasaan di usia yang tak lagi muda. Kami mengobrol cukup lama, berputar-putar, diakhiri kesimpulan sudah saatnya menentukan sikap. Saya tidak menjawab ya. Saya mengajaknya menjalani hubungan ini serius bersama. Kalau ada yang tidak cocok, kita harus sigap menyesuaikan,” begitu Tina bercerita.

Setelah topik ini mengerucut ke dalam kesimpulan indah, Tina tak lantas menceritakan hal ini kepada Angie. Maklum, saat itu Angie baru saja kehilangan Adjie.

“Saya memberi tahu pada saat yang pas. Yang pertama saya beri tahu adik saya, Icha. Dua sahabat saya, Tia dan Aliya. Juga Indah, teman kuliah,” imbuhnya.

Pada 14 Mei, Tina dan Ade menggelar perkenalan keluarga. Pertemuan ini penuh semangat. Ide pertama yang muncul, pernikahan keduanya digelar setelah Lebaran. Wacana lain muncul sebelum Lebaran. Tiba-tiba muncul gagasan, nikah sebelum Ramadhan.

“Saya baru sadar sebelum Ramadhan itu berarti Juli. Dua bulan lagi! Sebaiknya, dua minggu sebelum puasa, sekitar 23 atau 24 Juli. Kami berencana mengundang 500 undangan itu sudah termasuk keluarga besar,” ungkap nomine Panasonic Gobel Awards dua tahun berturut-turut.

Rencananya, Tina dan sang calon mengenakan busana rancangan Amy Atmanto. Inilah jodoh. Rancangan ready stock Amy langsung pas ketika dikenakan Tina dan Ade. Hanya perlu mengecilkan pinggang sedikit. Rancangan ini di-ACC Amy sehari setelah tempat resepsi diperoleh. Semua urusan seolah dimudahkan.

Dalam pernikahan nanti, Tina tidak mengundang mantan suami.

“Saya belum menyampaikan secara langsung kepada mantan atau keluarga. Bukan tidak ingin berbagi kebahagiaan. Ketika kami memutuskan hidup di jalan masing-masing, tali silaturahim tidak putus. Kalau dia mendengar, saya harap akan ada doa dari jauh. Kami berteman dengan pola beda dari teman-teman yang lain. Kebetulan kami belum punya anak. Kalau ada, tentu ada ikatan batin yang harus dipertanggungjawabkan. Saya sangat menghargai. Saya senang mendengar kabar dia telah menikah dan sekarang giliran saya,” harapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman