Selasa, 23 Agustus 2011

Pistorius, Pelari Berkaki Buatan Pertama di Kejuaraan Atletik Dunia









Impian dan harapan Oscar Pistorius akhirnya menjadi kenyataan. Pelari Afrika Selatan yang kedua kakinya diamputasi itu akan berkompetisi melawan para atlet berkaki normal pada kejuaraan atletik dunia di Daegu, Korea Selatan, pada akhir pekan ini.







Sudah lama Pistorius berharap dan berlatih giat untuk kesempatan yang akan menjadikannya atlet tanpa kaki pertama yang mengikuti kompetisi tersebut. "Saya telah lama mengimpikan bertanding dalam sebuah kejuaraan besar dan ini adalah momen yang amat membanggakan dalam kehidupan saya," kata Pistorius.







Pistorius, jawara Paralympic Athletics World Championships empat kali, akan berlomba dalam nomor lari 400 meter dan estafet 4 x 400 meter melawan para atlet normal yang memiliki sepasang kaki, sedangkan dia menggunakan prosthesis, berupa dua bilah karbon komposit.







"Ini adalah sebuah kehormatan untuk mewakili negara kami pada ajang yang sangat prestisius dan saya harap bisa mengerahkan seluruh kemampuan saya untuk Afrika Selatan," ucapnya.







Bulan lalu, atlet berusia 24 tahun yang dijuluki Blade Runner itu lolos dari standar kualifikasi ketika dia mencatatkan waktu 45,07 detik di Lignano, Italia. "Ajang ini akan menjadi event kejuaraan untuk atlet normal paling bergengsi yang pernah saya ikuti dan saya akan menghadapi atlet paling unggul dari seluruh planet ini," kata Pistorius. "Jika saya mampu melampaui pertarungan ini, saya bahagia sekali."







Terbukanya jalan bagi Pistorius untuk bertanding dalam kejuaraan dunia ini mungkin juga akan membawanya ke turnamen yang lebih tinggi, yakni Olimpiade London 2012. Atlet yang kedua kakinya diamputasi itu tidak pernah menganggap dirinya cacat dan bertekad untuk berlomba pada kejuaraan atletik dunia atau Olimpiade bersama atlet normal lain.







Meski begitu, jalan Pistorius untuk menjadi anggota tim Afrika Selatan dalam kejuaraan dunia di Daegu pada 27 Agustus mendatang tidaklah mudah. Jalannya menuju London mungkin akan jauh lebih sulit.







Terlahir tanpa memiliki fibula, tulang panjang tipis yang menghubungkan lutut dengan pergelangan kaki, Pistorius mengandalkan tungkai buatan dari serat karbon untuk mendorongnya melaju di lintasan dengan kecepatan yang menyamai para pelari top dunia.







Kaki buatannya yang kuat dan lentur bagaikan kaki cheetah itu membuat keikutsertaan Pistorius dalam kompetisi atlet normal menjadi perdebatan. Apakah kaki berteknologi tinggi tersebut memberi keuntungan yang tidak adil?







Pada 2008, International Association of Athletics Federations (IAAF) beranggapan kaki prosthesis itu membantu Pistorius berlari dengan lebih efisien ketimbang kaki normal. Federasi itu menetapkan bahwa Pistorius tak layak ikut kompetisi dunia. Tapi Pistorius mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga dan menang pada Mei 2008.







Meski demikian, pengadilan itu tidak menyampaikan jawaban pasti atas pertanyaan apakah Pistorius memang dapat berlari cepat secara alami atau hanya cepat karena kaki prosthesis-nya. Pengadilan hanya mengatakan IAAF tak bisa membuktikan bahwa kaki Cheetah Flex Foot buatan Ossur itu memberi keuntungan atau merugikan secara keseluruhan.







"Di antara para ilmuwan juga muncul ketidaksepahaman, tapi saya merasa kesimpulan bahwa dia jauh lebih cepat dengan kaki buatan tersebut ketimbang orang yang tidak mengenakannya itu terlalu dipaksakan," kata Peter Weyand, dosen fisiologi terapan dan biomekanika di Southern Methodist University. Weyand adalah satu dari tujuh ilmuwan yang melakukan tes fisiologi dan biomekanika terhadap Pistorius di Rice University pada 2008.







Weyand dan Matthew Bundle, dosen University of Montana, mengatakan kaki artifisial itu memberi keuntungan hampir 12 detik bagi Pistorius dalam lari 400 meter karena kakinya dua kali lebih ringan dibanding tungkai pelari dengan kaki alami.







Aimee Mullins, mantan atlet Division I di Georgetown yang kedua kakinya juga diamputasi dan mengenakan kaki prosthesis bermerek sama dengan Pistorius, mengatakan gagasan bahwa kecepatan Pistorius murni berasal dari teknologi itu tidak masuk akal. Dia tidak sependapat dengan kesimpulan Weyand dan Bundle karena meski atlet seperti Pistorius mempunyai kaki lebih ringan, kaki itu tidak menghasilkan tenaga sebesar kaki alami.







"Orang yang kakinya diamputasi tetap mengalami kekurangan," katanya. "Apa yang mereka katakan itu seperti bila Anda mengamputasi kaki Michael Johnson, dia akan bisa berlari 400 meter dalam 30 detik." Michael Johnson adalah pemegang rekor dunia untuk lari 400 meter dengan catatan waktu 43,18 detik.







Prestasi Pistorius sebenarnya adalah buah kerja kerasnya selama bertahun-tahun. Meski diperbolehkan untuk berlari oleh IAAF pada 2008, Pistorius gagal dalam babak kualifikasi untuk mengikuti Olimpiade Beijing 2008 dan kejuaraan dunia 2009.







Setelah kecelakaan kapal pada 2009 yang mematahkan rahang dan menghancurkan tulang pipinya serta membuat Pistorius harus mengalami 170 jahitan, dia justru berlatih lebih keras daripada sebelumnya.







Di Italia, Pistorius memperbaiki catatan waktu terbaiknya dalam lari 400 meter dari 45,61 detik menjadi 45.07 detik, serta membuatnya lolos kualifikasi kejuaraan dunia dan Olimpiade.







Meski demikian, untuk maju dalam Olimpiade 2012, dia harus bisa mencapai catatan waktu itu kembali pada tahun depan. "Tekanannya lebih berat," kata Peet van Zyl, agennya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman