Senin, 20 Oktober 2008

SIAP MENGAMBIL PELUANG

Oleh: Ruddy Kusnadi

Ketika Indonesia menghadapi krisis ekonomi di tahun 1998, saya terkesan melihat sampul program Indonesia Forum pada saat itu. Pada bagian atas, di bawah logo berwarna merah putih, tercantum kalimat, “The waiting game is over”. Di bawahnya, dengan huruf yang lebih besar tertulis kalimat; “Now is the Time to Act”. Kemudian Bondan Winarno, ketua Indonesia Forum, dalam pengantarnya mengatakan bahwa saat ini kita harus bekerja dengan “sense of urgency”. Setiap detik harus dihitung dan setiap proses keruntuhan harus segera dihentikan. Kita tidak bisa lagi menunggu. Kita menentukan masa depan dan tujuan akhir yang kita inginkan. Kita tidak mungkin menggambar bintang apabila kita percaya bahwa langit akan runtuh. Kita harus segera bertindak, karena esok mungkin sudah terlambat. Dan Bondan benar, dalih bahwa kita tidak dapat membuat rencana karena ketidakpastian yang dihadapi, harus segera ditinggalkan. Meskipun situasi ekonomi dan sosial politik saat ini belum menentu, tugas dan pelayanan kita harus tetap berjalan.

Pada masa lalu, suatu organisasi akan berhasil apabila mereka mampu meramalkan masa depan yang diperkirakan akan terjadi. Atas dasar ramalan tersebut, organisasi akan dirancang dan dibangun. Berkaitan dengan itu, kita mengenal istilah-istilah merencanakan, mengoperasikan, mengendalikan, mengukur atau mengambil tindakan. Tetapi kini, semua itu seakan tidak berguna. Ketidakpastian membuat kita sulit meramalkan apa yang akan terjadi. Kalau begitu, bagaimana menghadapinya? Charles Handy, seorang filsuf bisnis dari Inggris, menyatakan bahwa kita harus belajar untuk hidup dalam kekacauan dan ketidakpastian. Kita harus mencoba tetap merasa nyaman dan tidak selalu mencari kepastian yang tidak akan ditemukan. Ia mengatakan bahwa satu-satunya yang dapat kita lakukan adalah mengikuti arus perubahan dan berusaha mengarahkannya, karena cara untuk membuat masa depan menjadi bermakna adalah dengan mengelolanya dan bukan bertindak reaktif terhadapnya.

Bagaimana kita dapat memahami perubahan yang terjadi dan mengarahkan yang relevan bagi kita? Mari belajar dari cerita tentang pelamar pekerjaan yang selalu waspada. Remy sudah lama ingin jadi markonis kapal laut dan kesempatan itu datang ketika ada lowongan untuk jabatan tersebut. Ketika menerima surat panggilan, ia segera pergi ke kantor perusahaan pelayaran yang memanggilnya. Ia disuruh menunggu di depan sebuah kamar tempat wawancara akan dilangsungkan. Ternyata Remy tidak sendirian. Di ruang tunggu, sudah banyak pelamar lain yang bergerombol dan asyik mengobrol di sela kebisingan suara radio, peluit kapal, dan hiruk-pikuk pelabuhan.

Remy agak cemas menyadari akan adanya persaingan dan pelamar lain telah datang lebih dulu. Ia mencoba menenangkan dirinya dan memerhatikan suasana yang ada. Tak lama setelah itu Remy masuk ruangan dan sepuluh menit kemudian ia keluar lagi dengan wajah berseri. Pelamar-pelamar lain menjadi bingung dan bertanya, “Apa yang terjadi?”

“Saya sudah diterima dan akan mulai berkerja bulan depan,” jawab Remy.

“Bagaimana mungkin?” tanya pelamar lainnya. Mereka mengaku tidak mendengar panggilan ataupun pengumuman petugas, selain suara radio dan peluit kapal yang sangat bising.

“Di situlah letak permasalahannya. Pada waktu peluit kapal dibunyikan berulang-ulang, saya memerhatikan dan menyadari bahwa peluit tadi menyiratkan nada morse, dan meminta agar pelamar yang mengerti makna nada tadi segera masuk ruangan wawancara,” jelas Remy.

Ternyata, di antara suara-suara bising dan tidak mengenakkan, Remy tetap waspada dan dapat memahami nada yang bermakna, yang akhirnya membawanya ke pekerjaan dan masa depan yang diidamkan.

Apa nada sandi yang bermakna bagi kita? Tom Peter dalam bukunya “Thriving on Chaos” mengutip pendapat Gubernur Maryland Don Shaefer, ketika ia masih menjadi mayor Baltimore, “Kalau mau menang, kita harus pergi ke tempat di mana suara letusan senjata terdengar.” Dalam bisnis, tempat ini adalah para pemercaya (stakeholders). Tanpa mengurangi makna yang lain, dua pemercaya yang penting adalah pelanggan dan karyawan. Untuk itu, menarik untuk mengkaji pendapat Skip Weitzen dalam membahas model pertumbuhan perusahaan abad XXI, yang menyatakan bahwa memahami kemauan pelanggan memerlukan riset yang mendasar. Menurutnya, pelanggan menghendaki realisasi moto, pelayanan prima, kualitas, filosofi, pendidikan dan pelatihan, integrasi fungsi dan gaya hidup, efisiensi, dan pelayanan masyarakat.. Pada pihak lain karyawan selaku sumber daya manusia adalah aset organisasi.

Menyadari semua itu, apa yang perlu kita perbuat? Mungkin kita telah memiliki moto kerja, tetapi apakah moto ini telah dihayati seluruh jajaran organisasi kita? Mungkin produk dan jasa kita tergolong berkualitas, tetapi apakah kualitas ini dapat ditingkatkan agar menjadi prima? Apakah telah meliputi kaidah lain di luar standar kualitas, seperti perilaku dan moralitas? Kita mungkin sudah memiliki visi dan misi, tetapi apakah ini telah dipahami bersama dan disosialisakan? Kita mungkin memiliki program pengembangan SDM, tetapi apakah program ini sesuai kebutuhan dan sudah dinikmati karyawan kita secara keseluruhan? Kita mungkin sudah memiliki model peran dan fungsi masing-masing unsur organisasi, tetapi apakah fungsi ini telah disesuaikan dengan perubahan gaya hidup masyarakat? Kita mungkin selalu menyusun program dan anggaran tahunan, tetapi apakah efisiensi sudah dicapai? Dan akhirnya, apakah kita sudah melayani masyarakat sesuai dengan pemahaman yang benar atas pemercaya kita?

Menjawab pertanyaan di atas akan memberikan nada sandi bagi kita untuk terus bekerja dalam kewaspadaan menghadapi ketidakpastian dan perubahan yang sedang terjadi. Selanjutnya, apabila kita menyadari masih banyak yang dapat disempurnakan, mari kita ingat bahwa masa menunggu sudah lewat, dan kita harus segera bertindak. Kita tidak dapat berjalan mundur ke masa depan dan masa depan akan lebih menggairahkan apabila kita dapat menentukan bentuknya. Marilah kita belajar dari kewaspadaan Remy dan memanfaatkan model-model analisis yang relevan bagi kita.[rk]

* Ruddy Kusnadi adalah dosen Universitas Indonesia dan alumnus workshop SPP ”Cara Gampang Menulis Buku Bestseller” Angkatan Ke-4.

ORANG KAYA BELAJAR "ACTION"

Oleh: J. Marsello Ginting

Menarik sekali kalau Anda membaca penemuan Andrias Harefa. Beliau menemukan fakta ini dari di sekolah kehidupan di Indonesia. Dia mengatakan: "Orang-orang yang paling kaya di negeri ini ternyata bukanlah mereka yang suka berbicara tentang cara-cara cepat menjadi kaya. Dan mereka bukan orang yang sering beriklan di media massa menawarakan gagasan brilian untuk menjadi kaya. Ternyata tidak satu pun yang termasuk dalam daftar 150 orang terkaya di Indonesia." Tiga nama teratas adalah Fadel Muhammad, Gubernur Gorontalo, dengan kekayaan 16,6 juta dollar AS, disusul dengan Fahma Idris,...dst.

Harefa menyimpulkan bahwa kelompok yang paling kaya tidak terbiasa dan enggan mengajarkan tentang ilmu menjadi kaya. Bahkan, mereka tidak suka berbicara tentang cara-cara cepat menjadi kaya. "Sebagian," tulis Harefa, "mereka tidak fasih berbicara dan acap kali menghindari kesempatan berbicara di muka umum. Dengan alasan tetentu, malah mereka menghindar dari pemberitaan media massa sebagai orang kaya."

Pertanyaannya, kalau begitu lebih tepat Anda belajar kaya dari orang mana? Dari penulis inovator bestseller? Tetapi, penulis itu juga hidupnya biasa-biasa saja. Tidak kaya, juga tidak miskin. Dari motivator terhebat Indonesia, juga sama halnya. Mereka bukan dari kalangan yang terkaya. Bukankah Anda pernah mendengar pepatah yang mengatakan: "Jangan dengarkan nasihat penjual celana yang tidak bercelana!"?

Harefa menyimpulkan, jalan menuju kaya dari 150 orang terkaya tersebut di atas adalah jalur bisnis, perdagangan. Tidak berarti mereka berasal dari lulusan Sekolah Tinggi Bisnis ternama di Indonesia. Mereka juga bukan bekas peserta seminar tiga hari dari motivator bertaraf internasional. Mereka bukan pula bekas pakar bisnis ternama. Mereka jadi kaya juga tidak dari membaca buku Ilmu Menjadi Kaya.

Untuk menjadi kaya raya, menurut Robert T. Kyosaki, orang harus menjadi pebisnis. Berbisnis bagi Kyosaki berarti berani mengambil risiko, berani menjadi anak jalanan. Turun dan praktik di lapangan. Bergaul dengan masyarakat dengan bermacam golongan dan latar belakang. Berkomunikasi, negosiasi, diplomasi, lihat sana lihat sini, tanya ini dan itu. Selaras dengan perkataan Bob Sadino, yang dikutip Edy Zaqeus di Pembelajar.com:

"Kalau saya mau bisnis, saya tidak perlu mikir kayak orang pintar. Bikin rencana begini-begitu. Kalau mau bisnis ya bisnis saja, tidak usah terlalu banyak mikir. Kalau terlalu banyak mikir kayak orang-orang pintar itu, percayalah, nanti ndak bakalan jadi berbisnis!"

Dari data di atas, satu pun tidak menyebutkan bahwa orang terkaya tersebut pernah belajar kaya dari tulisan, atau mengikuti seminar motivator tertentu. Namun, ini tidak berarti bahwa di antara 150 orang tersebut tidak pernah membaca buku Ilmu Menjadi Kaya. Mungkin, pernah membaca atau belajar ilmu jadi kaya, namun mereka dengan alasan tertentu tidak mengakuinya atau bisa juga sudah melupakannya.

Tulisan ini tidak bermaksud menyelidiki siapa yang mengajarkan atau memberi mereka ilmu menjadi kaya, tetapi apakah yang dikatakan orang tentang bagaimana menjadi kaya. Membaca tulisan tentang ilmu menjadi kaya, membaca biografi orang terkaya, mendapatkan informasi sekecil apa pun dari tabloid bisnis orang kaya tentulah sangat berguna. Tetapi lebih penting lagi, orang itu melakukan seperti apa yang telah dikatakan mereka. Dan mulai bertindak, itu mahapenting.

Tepat yang dikatakan Andrie Wongso dalam salah satu artikelnya "Action Is Power". Beliau mengatakan, "Kita mungkin punya sebongkah impian indah, segudang rencana, setumpuk ide cemerlang, tetapi semua itu tidak akan menghasilkan apa pun, jika kita tidak berani memulai dengan langkah pertama." Pendapat ini selaras dengan apa yang diuraikan Johanes Lim dalam bukunya Just Duit. Dengan lembut dia menulis, "Karena itu saudaraku, jika Anda sudah mengerti (ilmu menjadi kaya yang dia uraikan—pen), DO IT NOW.Jangan menunggu besok, apalagi lusa, karena ‘Tomorrow is nothing, Now is everything and our BEING’".

Apakah makna dari kata "berbisnis", "turun ke jalan", "tidak perlu mikir", "Action is Power", "DO IT NOW" dari para tokoh di atas? Sudah sering kita mendengar ucapan: "Ujung tombak perusahaan berada di tangan marketingnya." Para marketinglah yang selalu bertindak, telepon si A dan si B. Mereka yang mengadakan kunjungan sana-sini, berbicara ini dan itu. Dengan tegas Yakobus mencatat bahwa iman (kepercayaan) tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati! "Kalau terlalu banyak mikir, terlalu banyak pertimbangan, mendengarkan terlalu banyak pendapat, percayalah, akhirnya tidak bakalan jadi pebisnis," kembali ditegaskan Sadino.

Belajar dari uraian para tokoh di atas, ada dua kata kunci yang harus dilakukan untuk menjadi hidup kaya raya, hidup berkelimpahan, atau hidup sejahtera, yaitu: Berpikir dan Bekerja. Dua kata ini tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.Tentu orang akan berkata, "Bukankah semua orang juga berbuat demikian?" Tukang pikul di pelabuhan, tukang becak, tukang pangkas, petani di desa pedalaman pergi ke kebun pagi dan pulang sore, karyawan kantor, supir bus, nakhoda kapal, pilot pesawat, dan banyak lagi. Semua melakukan hal yang sama, berpikir dan bekerja. Kenyataannya hidup mereka “senen-kemis”. Di mana rahasianya menjadi kaya tersebut?

Kiranya ada satu kata lagi yang harus ditambahkan pada dua kata tersebut, yaitu "s m a r t" alias cerdas. Mereka tidak cukup hanya berpikir dan bekerja, tetapi harus berpikir cerdas dan bekerja cerdas. Dengan istilah kerennya: Think and Work Smart! Ilmu berpikir cerdas dan bekerja cerdas menjadi tema pokok program yang harus banyak diajarkan oleh para pakar motivator, para guru, dan dosen di perguruan tinggi bisnis.

Selain dua kata kunci di atas, kata "bekerja", "berbuat", "bertindak" memiliki makna kata yang lebih dalam. Kata "bekerja" atau "Do it" dalam arti "bertindak" merupakan dasar dari segalanya. Artinya, berpikir sendiri adalah pekerjaan.

Bahkan di antara sekian banyak pekerjaan, "berpikir" adalah salah satu pekerjaan yang tersulit. Akibatnya, banyak orang menunda, bahkan sedikit melakukan pekerjaan berpikir. Secara keseluruhan program Etos Kerja yang dilahirkan oleh Bapak Etos Kerja Indonesia , Jansen H. Sinamo, menjadi penting dalam terminologi "berpikir" termasuk salah satu aspek bekerja.

Mempelajari bagaimana berpikir dan bekerja cerdas merupakan salah satu pengetahuan dan program yang tidak kalah menarik. Fungsi penggunaan otak merupakan salah satu kunci utama Kyosaki. Di dalam bukunya Retire Young Retire Rich, Gramedia hal. 419, Kyosaki mengatakan: "Kalau Anda ingin pensiun muda dan pensiun kaya, dan Anda tidak mempunyai banyak uang, pendidikan, atau pengalaman, mulailah menggunakan OTAK Anda." Lebih lanjut dia mangatakan, "Dalam realitas saya, tidak diperlukan uang untuk menjadi kaya. Dalam realitas saya diperlukan kekuatan mental dan emosi."

Kemudian, di halaman 442 pada buku yang sama, dia menuliskan: "Kita sering diajarkan bahwa hanya orang atau makhluk yang paling dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang akan terus hidup dan kalau kita tidak menyesuaikan diri, kita tidak dapat hidup. Itulah cara berpikir narapidana! Banyak orang merupakan narapidana finansial dari ketakutan mereka. Itu sebabnya mereka mempertahankan jaringan pengaman, menjadi tamak, dan berjuang untuk memperoleh sedikit uang seperti anjing-anjing lapar yang berebut tulang tanpa daging, bukan mencari kebebasan finansial."

Senada dengan Kyosaki, Johanes Lim menguraikan rumus sukses dan kaya lebih cepat diperlukan dua hal. Pertama, mengadakan perubahan dan perbaikan cara berpikir tentang bagaimana mendeteksi dan mengelola kesempatan dalam program aksi memperoleh uang dan dalam cara mengelola uang. Yang kedua, keluar dari confort zone dan status quo, serta berhenti mencari alasan untuk tidak bertindak, dan menempatkan diri kita kepada suatu situasi di mana kita tidak ada jalan balik kecuali maju. Dengan kata lain, "Burn the bridge behind you!"

Jelas, dari pendapat para pakar ini semakin terlihat bahwa pikiran dan tindakan harus bekerja sama secara erat dan berkesinambungan. Setelah Anda banyak mengetahui dan menghapal metode, tahapan, sistem untuk menjadi kaya dalam pikiran, seterusnya Anda harus mengambil tindakan segera. Tindakan yang terarah kepada satu titik sasaran yang Anda sudah dapatkan.

Mungkin Anda bertanya dalam hati, "Dapatkah tulisan ini mejadi acuan untuk saya jadikan pelajaran jadi kaya? Bukankah seharusnya saya lebih tepat belajar jadi kaya dari antara 150 orang terkaya di atas?" Saya tidak tahu persis apakah Robert T. Kyosaki termasuk sama kaya dengan salah satu di antara 150 orang terkaya di Indonesia. Dari bukunya terbitan pertama, saya baca bahwa banyak sekali Kyosaki belajar dari kisah orang miskin alias orang gagal dalam kehidupan. Bahkan dia mengaku pintar mendengarkan keluhan cerita mengapa orang gagal dalam kehidupan. Artinya, di sana dia belajar "mengapa orang gagal dan mengapa orang sukses ". Mungkin itu pula yang menjadi alasan mengapa judul bukunya yang pertama dia sebut Rich Dad and Poor Dad alias "Bapa Kaya dan Bapa Miskin".

Bukan dari siapa orang belajar, melainkan lebih penting apa yang Anda lakukan setelah belajar. Sebagai perbandingan, Anda dapat belajar dari perangkat komputer. Dalam perangkat komputer ada dua elemen dasar komputer yang sangat penting, yaitu hardware dan software, perangkat keras dan perangkat lunak.

Semua program (perangkat lunak), dari yang sederhana hingga yang kompleks, dapat Anda instal pada perangkat keras komputer Anda. Setelah diinstal, Anda dapat menggunakan komputer tersebut sehingga sesuai dengan kehendak pemakainya. Hardware itu dapat diumpamakan sebagai tubuh Anda secara keseluruhan. Sebut saja di antaranya lima pancaindra, yaitu mata, telinga, hidung, kulit dari ujung kaki hingga ujung rambut, dan lidah. Sedangkan perangkat lunaknya adalah jiwa, yang di dalamnya terdiri dari pikiran, kehendak, dan emosi Anda.

Dalam setiap pribadi manusia yang ingin sukses atau kaya telah ada dua elemen dasar, yaitu Tubuh dan Jiwa. Untuk menjadi hidup sukses atau kaya raya, Tubuh dan Jiwa itu harus melakukan suatu tindakan, action. Setelah pikiran dalam otak menerima informasi ilmu jadi makmur atau kaya, selanjutnya lakukan tindakan. Artinya melakukan sesuatu sesuai dengan arah tujuan Anda. Program secanggih apa pun tidak akan menghasilkan apa pun tanpa mengaktifkan komputer Anda. Setelah mengisi program tertentu, Anda harus menghidupkan serta melakukan sesuatu dengan komputer itu. Mungkin berupa tulisan atau gambar ini atau itu yang berguna untuk kehidupan.

Jadi, kalau ada sementara hasil penelitian para pakar ilmu jiwa mengatakan bahwa manusia rata-rata hanya menggunakan lima persen dari kemampuan otaknya yang ada dalam kepalanya, mungkin itu ada benarnya. Berapa persen komputer pribadi di rumah-rumah yang sungguh-sungguh menghasilkan uang? Malahan bukannya menghasilkan, bahkan rusak karena terlalu lama tidak digunakan, kurang dipanaskan, atau kabel digigit tikus, karena terlalu lama tidak disentuh oleh kehidupan.

Demikian juga halnya, pikiran dalam otak manusia itu perlu dihidupkan. Hardware, tubuh manusia itu, perlu dibersihkan, dipanaskan, digunakan agar tidak rusak atau karatan. Demikian Anda telah mengisi pikiran Anda dengan program kemakmuran atau kaya raya. Semuanya sudah tersusun rapi dalam otak anda. Bila anda tidak mengatifkannya, tidak akan pernah menghasilkan kekayaan. Semakin diaktifkan, reaksinya semakin bagus. Jalan pikiran yang bercampur-baur dengan setiap wujud perasaan akan membentuk suatu tenaga "magnetik".

Jalan pikiran yang bercampur baur dengan emosi dapat dibandingkan dengan sebuah "BENIH" yang jatuh di tanah yang subur, bertumbuh dan berlipat kali ganda secara berulang kali, sampai biji benih yang pertama itu menghasilkan jutaan biji baru yang coraknya sama.

Banyak orang mengatakan orang kaya itu semakin mudah tambah kaya. Mungkin hal itu ada benarnya,karena mereka banyak BERPIKIR dan banyak "DO IT".[jmg]

* J. Marsello Ginting lahir di Sibolangit Deli Serdang, Sumatera Utara, pada 19 April 1958. Penghobi bacaan, traveling, dan koleksi buku-buku, khusus tentang motivasi dan pengembangan diri. Telah dikaruniai empat anak, hasil perkawinannya dengan Henny Helena. Marsello Ginting memiliki pengalaman kerja yang beragam, mulai dari percetakan di Pangkal Pinang, Bangka, Social Worker for Galang Island Refugees, guru SMA negeri dan swasta di Bandung. Setelah menyelesaikan pendidikan di Fakultas Filsafat Unpar Bandung (1988) ia kemudian hijrah ke Jakarta dan bekerja di Departemen Agama Pusat Jakarta. Karena tidak betah, ia kemudian bekerja sebagai Building Waterproofing Contractor. Ia pernah juga menjabat posisi manajerial di sejumlah perusahaan di Jakarta. Dua tahun terakhir ini ia dan beberapa rekannya telah mendirikan Yayasan Pondok Gede, Great House Management, untuk membantu masyarakat yang terkena PHK dan jobless. Ia dapat dihubungi di email: gintingshow@yahoo.com.

Alasan lelaki menunda pernikahan



http://rubyherman.multiply.com

Judul di atas akan memicu banyak anggukan kepala perempuan. Memang benar, dibanding perempuan yang umumnya siap berkomitmen ketika menjalani hubungan, lelaki cenderung menikmati masa menjadi lajang dan menunda untuk menjalin komitmen serius alias pernikahan dengan perempuan selama mungkin.

Perilaku lelaki ini kemudian menimbulkan anggapan dari kaum perempuan bahwa lelaki cenderung tidak suka menjalin komitmen serius. Atau lelaki baru terpikir tentang hal tersebut saat usia telah mencapai pertengahan tiga puluh dan saatnya untuk memiliki keturunan dan mencari sosok perempuan untuk merawat mereka.

Apakah benar begitu? Apa yang menyebabkan lelaki sekarang tidak seperti zaman dulu yang bersedia menikah setelah lulus kuliah? Apa yang membuat lelaki jaman sekarang tidak terlalu terburu-buru untuk mencari pasangan hidup dan membina keluarga? Peter Hector pengarang buku Love is No Guarantee memberikan sedikit gambaran sudut pandang lelaki tentang hal ini.

1. Tekanan sosial masyarakat akan pernikahan kepada kaum lelaki tidak sebesar kepada kaum perempuan. Selain itu, budaya yang berkembang saat ini memungkinkan para lelaki mendapatkan seks tanpa harus menjalin komitmen atau menikahi seorang perempuan.

2. Secara alamiah lelaki cenderung menjauhi hal-hal yang mengancam kebebasan. Mereka menunda selama mungkin untuk menikah karena mereka belum siap untuk keluar dari zona nyaman dan masuk pada kehidupan berkomitmen yang dipandang sebagai kehidupan penuh kompromi, tanggung jawab dan pengorbanan.

3. Memiliki rumah sendiri. Ketika seorang lelaki memutuskan untuk menikah, ia ingin membina kehidupan berkeluarga yang tenang tanpa kecemasan finansial atau tanpa direcoki pihak ketiga. Ini adalah alasan yang paling sering dikemukakan lelaki.

4. Mereka ingin memastikan bahwa mereka telah membuat keputusan tepat dan tidak menyesalinya.

Bagaimana mendorong lelaki agar berkomitmen?

Mengetahui hal yang diinginkan lelaki dan peka pada ketakutan yang dihadapinya tentang komitmen adalah langkah pertama membuat lelaki memahami visi yang sama dengan Anda saat menjalani sebuah hubungan. Seorang lelaki tidak akan siap untuk berkomitmen kecuali dia yakin mendapatkan kebutuhannya, seperti cinta, kepercayaaan, dukungan emosional dan komitmen. Hal yang sama seperti keinginan perempuan pada umumnya.

Berikut beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk meyakinkan dia:

1. Menyakinkan dirinya bahwa ia adalah lelaki yang Anda inginkan sebagai pasangan hidup.

Sebelum Anda berbicara tentang komitmen, Anda harus yakin bahwa ia memang pasangan yang tepat bagi Anda. Dia memiliki kepercayaan dan integritas serta mencintai Anda.

2. Selalu menjadi diri sendiri.

Sebuah data statistik menyebutkan 99% lelaki mengatakan salah satu sebab utama dari perceraian adalah perubahan karakter pasangan. Menurut lelaki, perempuan cenderung menuntut dan berubah menjadi sosok yang berbeda setelah menikah. Pasangan Anda masih menginginkan malam minggu berdua atau bercanda di depan TV bahkan berdebat dengan Anda sama seperti saat pacaran dulu. Sementara Anda mungkin merasa asing dengan kejadian itu.

3. Jadilah sosok mandiri.

Lelaki tidak menyukai perempuan yang duduk dan menunggu mereka memenuhi kebutuhan hidup Anda. Perlihatkan kalau Anda mampu melakukan banyak hal tanpanya. Misalnya Anda ingin membeli sesuatu, tidak perlu bergantung apakah dia suka atau tidak pada hal itu. Atau jika Anda berencana tentang pernikahan, infokan kepadanya agar dia tahu, tanpa ada paksaan dia harus menjalin komitmen itu dengan Anda.

4. Tunjukkan bahwa Anda membutuhkan kasih sayangnya.

Meskipun mandiri, tunjukkan kepadanya bahwa Anda membutuhkan kasih sayang darinya. Mungkin hal ini tidak pernah Anda dengar secara langsung dari penuturan seorang lelaki, tapi lelaki menganggap perempuan yang mandiri tidak membutuhkan lelaki dalam hidup mereka dan tidak memerlukan cinta. Jadi, tanpa menanggalkan sikap mandiri, tunjukkan bahwa Anda juga membutuhkan cintanya.

5. Perlihatkan Anda menyukai dia apa adanya.

Lelaki juga ingin dicintai karena kepribadiannya, bukan karena dia seorang manajer atau memiliki wajah tampan atau warisan banyak. Seorang lelaki akan lebih bahagia jika tahu perempuan yang ia pilih mencintainya karena ia bisa menjadi sahabat baik dan seseorang yang bisa diandalkan. Caranya: berikan perhatian Anda pada kesukaannya. Membicarakan kehidupan karier dan pribadinya. Anda juga bisa berkata-kata manis, seperti: "Ada sesuatu yang menarik perhatian saya ketika kamu tersenyum."

6. Tunjukkan bahwa Anda tidak berniat 'mengubah'nya.

Lelaki merasa berkomitmen dengan perempuan akan mengubah gaya hidupnya secara total. Ia akan menolak untuk menjalani komitmen walaupun mencintai Anda. Menjalin komitmen bukan berarti Anda berdua harus selalu sependapat atau selalu bersama. Jelaskan padanya bahwa Anda tidak keberatan ia menghabiskan waktu sesekali bersama teman-temannya.

GOOD INVESTMENT IN YOU LIFE



http://www.haryantokandani.com

Saya mau Share tentang apa saja investasi yang harus kita miliki dalam pekerjaan dan kehidupan kita

*Spritual Investment: *
Tuhan Menjadikan segala sesuatu Indah pada Waktunya dan apa yang kita harus lakukan dengan bersyukur dan melakukan kehendakNya.

*Health Investment:*
Tanpa kesehatan kita tak bisa beraktifitas, berproduksi dan menghasilkan, mari kita menjaga kesehatan kita dengan berolahraga, hidup sehat.

*Time Investment : *
Setiap manusia diberikan waktu yang sama yaitu 24 jam, yang bedanya yaitu bagaimana kita memanfaatkan waktu yang ada tersebut, orang-orang sukses tidak menghabiskan waktunya duduk di depan TV selama 5 Jam perhari tanpa ada sesuatu pertambahan nilai dari kita.

*Network Investment : *
Teman, Rekan adalah segalanya bagi kita, krn kita bisa sukses juga karena dukungan teman, bangun terus hubungan dengan setiap orang yang anda baru kenal.

*Customer First Investment :*
Dalam pekerjaan kita, apa yang kita jual baik produk atau jasa semua bisa sama, yang membedakan yaitu sentuhan kita, bagaimana kita menghargai customer kita, sehingga mereka puas membeli produk dan jasa dari anda.

*Karakter Investment : *
Dengan karakter yang benar dan baik , kita dapat memenangkan hati pelanggan, teman, keluarga.

Dengan Investasi ini kita percaya apa yang kita kerjakan dapat berhasil dan seimbang.

Anda tidak bisa melawan arus ombak yang kencang, tapi anda bisa melakukan Surfing di atas ombak tersebut.


Ruby Herman
www.rubyherman.com

ORANG KAYA BELAJAR "ACTION"

Oleh: J. Marsello Ginting

Menarik sekali kalau Anda membaca penemuan Andrias Harefa. Beliau menemukan fakta ini dari di sekolah kehidupan di Indonesia. Dia mengatakan: "Orang-orang yang paling kaya di negeri ini ternyata bukanlah mereka yang suka berbicara tentang cara-cara cepat menjadi kaya. Dan mereka bukan orang yang sering beriklan di media massa menawarakan gagasan brilian untuk menjadi kaya. Ternyata tidak satu pun yang termasuk dalam daftar 150 orang terkaya di Indonesia." Tiga nama teratas adalah Fadel Muhammad, Gubernur Gorontalo, dengan kekayaan 16,6 juta dollar AS, disusul dengan Fahma Idris,...dst.

Harefa menyimpulkan bahwa kelompok yang paling kaya tidak terbiasa dan enggan mengajarkan tentang ilmu menjadi kaya. Bahkan, mereka tidak suka berbicara tentang cara-cara cepat menjadi kaya. "Sebagian," tulis Harefa, "mereka tidak fasih berbicara dan acap kali menghindari kesempatan berbicara di muka umum. Dengan alasan tetentu, malah mereka menghindar dari pemberitaan media massa sebagai orang kaya."

Pertanyaannya, kalau begitu lebih tepat Anda belajar kaya dari orang mana? Dari penulis inovator bestseller? Tetapi, penulis itu juga hidupnya biasa-biasa saja. Tidak kaya, juga tidak miskin. Dari motivator terhebat Indonesia, juga sama halnya. Mereka bukan dari kalangan yang terkaya. Bukankah Anda pernah mendengar pepatah yang mengatakan: "Jangan dengarkan nasihat penjual celana yang tidak bercelana!"?

Harefa menyimpulkan, jalan menuju kaya dari 150 orang terkaya tersebut di atas adalah jalur bisnis, perdagangan. Tidak berarti mereka berasal dari lulusan Sekolah Tinggi Bisnis ternama di Indonesia. Mereka juga bukan bekas peserta seminar tiga hari dari motivator bertaraf internasional. Mereka bukan pula bekas pakar bisnis ternama. Mereka jadi kaya juga tidak dari membaca buku Ilmu Menjadi Kaya.

Untuk menjadi kaya raya, menurut Robert T. Kyosaki, orang harus menjadi pebisnis. Berbisnis bagi Kyosaki berarti berani mengambil risiko, berani menjadi anak jalanan. Turun dan praktik di lapangan. Bergaul dengan masyarakat dengan bermacam golongan dan latar belakang. Berkomunikasi, negosiasi, diplomasi, lihat sana lihat sini, tanya ini dan itu. Selaras dengan perkataan Bob Sadino, yang dikutip Edy Zaqeus di Pembelajar.com:

"Kalau saya mau bisnis, saya tidak perlu mikir kayak orang pintar. Bikin rencana begini-begitu. Kalau mau bisnis ya bisnis saja, tidak usah terlalu banyak mikir. Kalau terlalu banyak mikir kayak orang-orang pintar itu, percayalah, nanti ndak bakalan jadi berbisnis!"

Dari data di atas, satu pun tidak menyebutkan bahwa orang terkaya tersebut pernah belajar kaya dari tulisan, atau mengikuti seminar motivator tertentu. Namun, ini tidak berarti bahwa di antara 150 orang tersebut tidak pernah membaca buku Ilmu Menjadi Kaya. Mungkin, pernah membaca atau belajar ilmu jadi kaya, namun mereka dengan alasan tertentu tidak mengakuinya atau bisa juga sudah melupakannya.

Tulisan ini tidak bermaksud menyelidiki siapa yang mengajarkan atau memberi mereka ilmu menjadi kaya, tetapi apakah yang dikatakan orang tentang bagaimana menjadi kaya. Membaca tulisan tentang ilmu menjadi kaya, membaca biografi orang terkaya, mendapatkan informasi sekecil apa pun dari tabloid bisnis orang kaya tentulah sangat berguna. Tetapi lebih penting lagi, orang itu melakukan seperti apa yang telah dikatakan mereka. Dan mulai bertindak, itu mahapenting.

Tepat yang dikatakan Andrie Wongso dalam salah satu artikelnya "Action Is Power". Beliau mengatakan, "Kita mungkin punya sebongkah impian indah, segudang rencana, setumpuk ide cemerlang, tetapi semua itu tidak akan menghasilkan apa pun, jika kita tidak berani memulai dengan langkah pertama." Pendapat ini selaras dengan apa yang diuraikan Johanes Lim dalam bukunya Just Duit. Dengan lembut dia menulis, "Karena itu saudaraku, jika Anda sudah mengerti (ilmu menjadi kaya yang dia uraikan—pen), DO IT NOW.Jangan menunggu besok, apalagi lusa, karena ‘Tomorrow is nothing, Now is everything and our BEING’".

Apakah makna dari kata "berbisnis", "turun ke jalan", "tidak perlu mikir", "Action is Power", "DO IT NOW" dari para tokoh di atas? Sudah sering kita mendengar ucapan: "Ujung tombak perusahaan berada di tangan marketingnya." Para marketinglah yang selalu bertindak, telepon si A dan si B. Mereka yang mengadakan kunjungan sana-sini, berbicara ini dan itu. Dengan tegas Yakobus mencatat bahwa iman (kepercayaan) tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati! "Kalau terlalu banyak mikir, terlalu banyak pertimbangan, mendengarkan terlalu banyak pendapat, percayalah, akhirnya tidak bakalan jadi pebisnis," kembali ditegaskan Sadino.

Belajar dari uraian para tokoh di atas, ada dua kata kunci yang harus dilakukan untuk menjadi hidup kaya raya, hidup berkelimpahan, atau hidup sejahtera, yaitu: Berpikir dan Bekerja. Dua kata ini tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.Tentu orang akan berkata, "Bukankah semua orang juga berbuat demikian?" Tukang pikul di pelabuhan, tukang becak, tukang pangkas, petani di desa pedalaman pergi ke kebun pagi dan pulang sore, karyawan kantor, supir bus, nakhoda kapal, pilot pesawat, dan banyak lagi. Semua melakukan hal yang sama, berpikir dan bekerja. Kenyataannya hidup mereka “senen-kemis”. Di mana rahasianya menjadi kaya tersebut?

Kiranya ada satu kata lagi yang harus ditambahkan pada dua kata tersebut, yaitu "s m a r t" alias cerdas. Mereka tidak cukup hanya berpikir dan bekerja, tetapi harus berpikir cerdas dan bekerja cerdas. Dengan istilah kerennya: Think and Work Smart! Ilmu berpikir cerdas dan bekerja cerdas menjadi tema pokok program yang harus banyak diajarkan oleh para pakar motivator, para guru, dan dosen di perguruan tinggi bisnis.

Selain dua kata kunci di atas, kata "bekerja", "berbuat", "bertindak" memiliki makna kata yang lebih dalam. Kata "bekerja" atau "Do it" dalam arti "bertindak" merupakan dasar dari segalanya. Artinya, berpikir sendiri adalah pekerjaan.

Bahkan di antara sekian banyak pekerjaan, "berpikir" adalah salah satu pekerjaan yang tersulit. Akibatnya, banyak orang menunda, bahkan sedikit melakukan pekerjaan berpikir. Secara keseluruhan program Etos Kerja yang dilahirkan oleh Bapak Etos Kerja Indonesia , Jansen H. Sinamo, menjadi penting dalam terminologi "berpikir" termasuk salah satu aspek bekerja.

Mempelajari bagaimana berpikir dan bekerja cerdas merupakan salah satu pengetahuan dan program yang tidak kalah menarik. Fungsi penggunaan otak merupakan salah satu kunci utama Kyosaki. Di dalam bukunya Retire Young Retire Rich, Gramedia hal. 419, Kyosaki mengatakan: "Kalau Anda ingin pensiun muda dan pensiun kaya, dan Anda tidak mempunyai banyak uang, pendidikan, atau pengalaman, mulailah menggunakan OTAK Anda." Lebih lanjut dia mangatakan, "Dalam realitas saya, tidak diperlukan uang untuk menjadi kaya. Dalam realitas saya diperlukan kekuatan mental dan emosi."

Kemudian, di halaman 442 pada buku yang sama, dia menuliskan: "Kita sering diajarkan bahwa hanya orang atau makhluk yang paling dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang akan terus hidup dan kalau kita tidak menyesuaikan diri, kita tidak dapat hidup. Itulah cara berpikir narapidana! Banyak orang merupakan narapidana finansial dari ketakutan mereka. Itu sebabnya mereka mempertahankan jaringan pengaman, menjadi tamak, dan berjuang untuk memperoleh sedikit uang seperti anjing-anjing lapar yang berebut tulang tanpa daging, bukan mencari kebebasan finansial."

Senada dengan Kyosaki, Johanes Lim menguraikan rumus sukses dan kaya lebih cepat diperlukan dua hal. Pertama, mengadakan perubahan dan perbaikan cara berpikir tentang bagaimana mendeteksi dan mengelola kesempatan dalam program aksi memperoleh uang dan dalam cara mengelola uang. Yang kedua, keluar dari confort zone dan status quo, serta berhenti mencari alasan untuk tidak bertindak, dan menempatkan diri kita kepada suatu situasi di mana kita tidak ada jalan balik kecuali maju. Dengan kata lain, "Burn the bridge behind you!"

Jelas, dari pendapat para pakar ini semakin terlihat bahwa pikiran dan tindakan harus bekerja sama secara erat dan berkesinambungan. Setelah Anda banyak mengetahui dan menghapal metode, tahapan, sistem untuk menjadi kaya dalam pikiran, seterusnya Anda harus mengambil tindakan segera. Tindakan yang terarah kepada satu titik sasaran yang Anda sudah dapatkan.

Mungkin Anda bertanya dalam hati, "Dapatkah tulisan ini mejadi acuan untuk saya jadikan pelajaran jadi kaya? Bukankah seharusnya saya lebih tepat belajar jadi kaya dari antara 150 orang terkaya di atas?" Saya tidak tahu persis apakah Robert T. Kyosaki termasuk sama kaya dengan salah satu di antara 150 orang terkaya di Indonesia. Dari bukunya terbitan pertama, saya baca bahwa banyak sekali Kyosaki belajar dari kisah orang miskin alias orang gagal dalam kehidupan. Bahkan dia mengaku pintar mendengarkan keluhan cerita mengapa orang gagal dalam kehidupan. Artinya, di sana dia belajar "mengapa orang gagal dan mengapa orang sukses ". Mungkin itu pula yang menjadi alasan mengapa judul bukunya yang pertama dia sebut Rich Dad and Poor Dad alias "Bapa Kaya dan Bapa Miskin".

Bukan dari siapa orang belajar, melainkan lebih penting apa yang Anda lakukan setelah belajar. Sebagai perbandingan, Anda dapat belajar dari perangkat komputer. Dalam perangkat komputer ada dua elemen dasar komputer yang sangat penting, yaitu hardware dan software, perangkat keras dan perangkat lunak.

Semua program (perangkat lunak), dari yang sederhana hingga yang kompleks, dapat Anda instal pada perangkat keras komputer Anda. Setelah diinstal, Anda dapat menggunakan komputer tersebut sehingga sesuai dengan kehendak pemakainya. Hardware itu dapat diumpamakan sebagai tubuh Anda secara keseluruhan. Sebut saja di antaranya lima pancaindra, yaitu mata, telinga, hidung, kulit dari ujung kaki hingga ujung rambut, dan lidah. Sedangkan perangkat lunaknya adalah jiwa, yang di dalamnya terdiri dari pikiran, kehendak, dan emosi Anda.

Dalam setiap pribadi manusia yang ingin sukses atau kaya telah ada dua elemen dasar, yaitu Tubuh dan Jiwa. Untuk menjadi hidup sukses atau kaya raya, Tubuh dan Jiwa itu harus melakukan suatu tindakan, action. Setelah pikiran dalam otak menerima informasi ilmu jadi makmur atau kaya, selanjutnya lakukan tindakan. Artinya melakukan sesuatu sesuai dengan arah tujuan Anda. Program secanggih apa pun tidak akan menghasilkan apa pun tanpa mengaktifkan komputer Anda. Setelah mengisi program tertentu, Anda harus menghidupkan serta melakukan sesuatu dengan komputer itu. Mungkin berupa tulisan atau gambar ini atau itu yang berguna untuk kehidupan.

Jadi, kalau ada sementara hasil penelitian para pakar ilmu jiwa mengatakan bahwa manusia rata-rata hanya menggunakan lima persen dari kemampuan otaknya yang ada dalam kepalanya, mungkin itu ada benarnya. Berapa persen komputer pribadi di rumah-rumah yang sungguh-sungguh menghasilkan uang? Malahan bukannya menghasilkan, bahkan rusak karena terlalu lama tidak digunakan, kurang dipanaskan, atau kabel digigit tikus, karena terlalu lama tidak disentuh oleh kehidupan.

Demikian juga halnya, pikiran dalam otak manusia itu perlu dihidupkan. Hardware, tubuh manusia itu, perlu dibersihkan, dipanaskan, digunakan agar tidak rusak atau karatan. Demikian Anda telah mengisi pikiran Anda dengan program kemakmuran atau kaya raya. Semuanya sudah tersusun rapi dalam otak anda. Bila anda tidak mengatifkannya, tidak akan pernah menghasilkan kekayaan. Semakin diaktifkan, reaksinya semakin bagus. Jalan pikiran yang bercampur-baur dengan setiap wujud perasaan akan membentuk suatu tenaga "magnetik".

Jalan pikiran yang bercampur baur dengan emosi dapat dibandingkan dengan sebuah "BENIH" yang jatuh di tanah yang subur, bertumbuh dan berlipat kali ganda secara berulang kali, sampai biji benih yang pertama itu menghasilkan jutaan biji baru yang coraknya sama.

Banyak orang mengatakan orang kaya itu semakin mudah tambah kaya. Mungkin hal itu ada benarnya,karena mereka banyak BERPIKIR dan banyak "DO IT".[jmg]

* J. Marsello Ginting lahir di Sibolangit Deli Serdang, Sumatera Utara, pada 19 April 1958. Penghobi bacaan, traveling, dan koleksi buku-buku, khusus tentang motivasi dan pengembangan diri. Telah dikaruniai empat anak, hasil perkawinannya dengan Henny Helena. Marsello Ginting memiliki pengalaman kerja yang beragam, mulai dari percetakan di Pangkal Pinang, Bangka, Social Worker for Galang Island Refugees, guru SMA negeri dan swasta di Bandung. Setelah menyelesaikan pendidikan di Fakultas Filsafat Unpar Bandung (1988) ia kemudian hijrah ke Jakarta dan bekerja di Departemen Agama Pusat Jakarta. Karena tidak betah, ia kemudian bekerja sebagai Building Waterproofing Contractor. Ia pernah juga menjabat posisi manajerial di sejumlah perusahaan di Jakarta. Dua tahun terakhir ini ia dan beberapa rekannya telah mendirikan Yayasan Pondok Gede, Great House Management, untuk membantu masyarakat yang terkena PHK dan jobless. Ia dapat dihubungi di email: gintingshow@yahoo.com.

Hujan Uang Tung Desem Waringin



by JalanSutera.com





Jangan beli buku Marketing Revolution karya Tung Desem Waringin!


Tung Desem Waringin, motivator yang belum pernah saya ikuti seminar maupun bukunya, kemarin menyebar uang Rp100juta di atas kota Serang, Banten. Dari sebuah pesawat Cessna yang melintas, motivator berkepala botak separo ini mengucurkan uang kertas pecahan Rp1000, Rp5000 dan Rp10.000. Mengapa dia melakukan itu? Intinya adalah promosi bukunya yang tidak akan saya beli: Marketing Revolution.

Di tengah kegalauan masyarakat yang terhimpit kenaikan harga BBM dan juga harga kebutuhan pokok, hujan uang adalah mimpi yang diharapkan oleh banyak orang. Kemarin Achmad Zaini Suparta sudah memberikan sinar benderang di tengah kegelapan. Bualannya yang mengatakan dia punya duit yang besarnya 20 kali APBN Indonesia jelas omongan kosong yang tidak perlu kita dengarkan.

Kali ini, seorang motivator menyebarkan uang Rp100juta dari langit seolah-olah dia adalah dewa penolong bagi masyarakat. Padahal, aktivitasnya ini tidak lebih daripada kegiatan marketing yang lain seperti: memasang iklan di media massa, memasang umbul-umbul di pinggir jalan, membuat happening art di perempatan jalan, membagikan sample produk di pasar becyek dekat pangkalan ojyek dan seterusnya.

Saya pikir kegiatan Tung Desem Waringin yang membagikan uang itu adalah bentuk kesombongan orang kaya saja. Apakah hujan uang ada manfaatnya? Well, bagi orang seperti Tung Desem Waringin pasti ada. Namanya kini berkibar-kibar di media massa. Aktivitasnya diliput dengan biaya yang minimal sekali. Dibandingkan biaya pememasangan iklan reguler, liputan hujan uang tentu jauuuuuuuh lebih murah. Tapi, apakah hujan uang berguna bagi orang-orang yang ada di bawah?

Menurut saya aktivitas itu tidak ada gunanya sama sekali bagi orang bawah. Hujan uang membuat nenek-nenek lari-lari lintang pukang tak tentu arah. Di tengah kegirangan banyak orang, seorang nenek yang meninggalkan barang dagangannya untuk merebut uang adalah kesia-siaan semata. Dia pasti akan kalah bersaing dengan preman pasar, pemuda gagah, sopir angkot, dan ibu-ibu muda. Yah, begitulah jadinya jika hujan uang ada di depan mata: kekacaubalauan!

Kalau memang Tung Desem Waringin ingin mendapatkan liputan media massa dengan “modal” Rp100juta, masih banyak aktivitas lagi yang pasti akan diliput media. Misalnya: Tung Desem Waringin memanjat menara telekomunikasi tanpa mengenakan baju, tanpa tali pengaman. Lho, bagaimana kalau jatuh? Aha, bukankah liputannya akan semakin luas? Bagaimana kalau dia terpeleset lalu keseleo? Nah, apakah Tung Desem juga memikirkan ada nenek-nenek yang keseleo gara-gara berebut uang?

Apakah saya mau membeli buku Marketing Revolution karya Tung Desem Waringin? Wow, diberi pun saya tidak akan baca! Nggak usah pula mengeluarkan uang untuk membeli sebuah buku yang memicu aktivitas gila berbentuk hujan uang di tengah rakyat miskin. Kelaut saja deh

Profil Pujiono http://jalansutera.com



http://jalansutera.com, seorang pekerja media yang tinggal di Tangerang. Meskipun bekerja di perusahaan yang menerbitkan majalah, koran dan punya situs berita, saya bukanlah seorang wartawan. Beberapa orang pernah menyangka saya adalah seorang juruwarta. Oalah, bukan! Saya bukan wartawan. Jadi jangan heran jika saya juga bukanlah orang yang punya krenteging ati untuk secara teratur menuliskan pikiran dan ide lewat blog. Bagi Anda yang belum tahu apa itu krenteging ati, cobalah tanya teman yang bertutur-kata asli Jawa. Namun, seandainya dia juga tidak tahu apa itu krenteging ati, lebih sulit bagi saya untuk menerangkannya kepada Anda.

Well, krenteging ati itu menyangkut rasa cinta yang mendalam pada sesuatu, dalam hal ini blog. Krenteging ati juga berhubungan dengan keteguhan dalam ngeblog secara teratur, memeliharanya, mengurusinya dari hari ke hari. Orang Inggris bilang krenteging ati itu sebagai passion. Nah, passion itulah yang saya tidak punya dalam ngeblog. Maka, jangan berharap ada postingan yang berkualitas di blog ini. Tidak perlu menantikan ada entri yang bernas di sini. Tidak usah menunggu ada pencerahan yang hadir di blog ini. Semua yang bermutu tidak akan ada di sini. Lalu, ada apa di blog ini?

Di sini adalah tempat saya bersenang-senang. Lewat tulisan di blog ini saya bisa menulis semau saya semua. Di sini saya bisa memasang foto/gambar yang saya suka. Blog adalah tempat paling nyaman bagi saya di muka bumi ini. Asyik, khan?

Bagaimana jika Anda merasa kesasar telah masuk ke blog ini?

Pertama, tentu Anda akan merasa kecewa bahwa ternyata blog ini tidak lebih daripada blog abal-abal semata. Anda merasa tertipu, khan? Hihihi… Tenang saja. Bukan hanya Anda yang merasa tertipu. Sudah ada lusinan orang dari berbagai ujung bumi yang keblasuk masuk ke sini dan akhirnya misuh: “S**t, cuma gini aja! Saya juga bisa!”. Aha, saya senang jika Anda misuh seperti itu ketika masuk ke blog ini. Kalau Anda bisa membuat blog yang lebih bermutu, lebih berisi, lebih berkualitas daripada blog ini, saya tentu senang sekali. Saya dukung Anda seratus sembilan puluh persen, deh…

Kedua, jika Anda salah masuk ke sini, silakan klik back di browser Anda. Tinggalkanlah segera blog ini sebelum Anda merasa menyesal seumur hidup. Jika Anda berharap blog ini berisi informasi kuliner seperti milik Bondan Winarno itu, Anda salah besar. Jika Anda mencari informasi jalan-jalan seperti di blog travel, Anda jelas kesasar. Anda mungkin akan bertanya: kok domainnya mirip dengan JalanSutra? Saya paling-paling dengan ringan akan berkata,”Ah, itu khan hanya mirip nama domain saja. Lagi pula mereka pakai kata Sutra (kek merk kondom, ya?) sedangkan saya pakai kata Sutera.” Sampai detik ini saya belum mengecek Kamus Besar Bahasa Indonesia: sutra atau sutera yang benar.

Benar atau salah tentang bagian nama domain ini, biarlah itu menjadi bagian integral (ceileh… pakai kata-kata canggih, sok keminter) blog ini. Juga tentang isinya, benar atau salah tidak ada hubungannya dengan tempat saya bekerja. Blog ini adalah blog pribadi, tidak ada sangkut pautnya dengan perusahaan tempat saya mengabdi.

Blog ini seringkali berisi informasi personal tentang saya. Ah, narcis, ya? Biarlah toh ini blog pribadi saya. Jadi, apa salahnya saya menulis tentang si cantik Anya, atau tentang betapa manisnya Dharma. Well, Anda pasti tidak mengenal dua nama itu karena mereka adalah bagian nyata dari hidup saya, bukan bagian hidup Anda. Begitu.

Tentang instalasi blog ini
Blog ini dibangun menggunakan WordPress.com. Dulunya blog ini ngendon di peladen (ini bahasa Indonesianya SERVER) milik Dreamhost. Tapi, karena hosting impian itu sirik sama saya, maka blog saya ini sempat mampus beberapa kali. Kemudian saya memutuskan untuk hengkang saja ke WordPress.com. Tentu saja saya tidak install apapun di server ini. Aplikasi WP terbaru selalu disediakan oleh Automattic. Plugin yang keren pun sudah tersedia. Saya tinggal pakai saja. Pasti akan ada yang komentar,”Yah, cuma gitu saja juga saya bisa!” Nah, memang begitulah saya adanya. Sepanjang ada jalan yang lebih mudah, buat apa menempuh jalan terjal berliku penuh onak dan duri? Kalau WordPress.com menyediakan segalanya dengan instan, cepat, keren dan bermanfaat, lalu buat apa saya harus setup file wp-config.php dan kemudian mengupload file WordPress satu per satu? Cap cay deh….

Saya memang memilih WordPress.com daripada membangun blog sendiri di server yang saya sewa. Mengapa? Jawabannya ada dua. Pertama adalah karena saya tidak mahir dalam urusan HTML, PHP, CSS dan MySQL. Duh, lebih baik tanya ke para blogger yang ahli saja deh mengenai mahluk bernama HTML, PHP, CSS dan MySQL itu. Saya sama sekali tidak mengerti bahasa pemrograman yang rumit bin ruwet itu. “Ah, bilang saja kalau malas!” Yup, itu sebenarnya adalah jawaban to the point yang ingin saya ungkapkan. Syukurlah kalau Anda tahu bahwa saya adalah seorang pemalas. Hihihi…

Kedua, adalah karena WordPress sering sekali memperbaharui aplikasinya. Biasanya dalam waktu kurang dari dua bulan pasti sudah ada versi baru WordPress. Bayangkan jika tiap 60 hari saya harus menghapus file WordPress di server, kemudian mengupload file yang baru dan melakukan upgrading. Oh my God…! Nggak deh! Nah, dengan adanya installer itu, saya cukup mengarahkan mouse ke DreamHost dan klik upgrade. Ya, semudah itu saja, kok. Ngapain repot? Dasar pemalas! Klik!

Theme blog ini saya pilih karena bagi saya ini yang paling cocok. Makanya saya menganggap inilah yang paling keren buat saya. Inilah enaknya pake WP.com, theme sudah disediakan. Saya tinggal klik sana dan sini saja untuk memilih. Makanya, ayo pake WP.com dong!

Gambar unta yang ada di header blog ini saya comot dari situs National Geographic. Ini adalah foto karya Gordon Gahan yang muncul di Exploring Your World: The Adventure of Geography, 1989Pakai ijin atau tidak? Terus terang saya tidak meminta ijin kepada mereka. Kenapa nggak minta ijin? Khan Anda sendiri sudah tahu kalau saya pemalas. Kalau mereka menuntut agar foto itu tidak digunakan sebagai header blog abal-abal ini, bagaimana? Ya langsung akan saya copot begitu perintah itu ada. Ngapain repot.

Jika ada yang membaca about ini sampai kalimat ini, saya harus mengucapkan terima kasih. Anda pasti sudah berjuang sekuat tenaga untuk mencerna informasi narcis yang tidak ada gunanya ini. Anda hebat! Sebagai penulis halaman ini, saya bahkan tidak membaca ulang apa yang sudah saya ketik. Saya benar-benar terharu jika Anda mempunyai tekad membaja untuk membacanya sampai sejauh ini.

Saya akan lebih terharu lagi jika ada orang yang meninggalkan komentar usai membaca bagian yang paling tidak penting dalam blog saya ini. Oh, saya pasti tidak bisa menahan air mata karena saking tersentuhnya.

Huhuhuhu…

http://jalansutera.com

ADA CINTA DI BALIK HURUF

Oleh: J.I. Michell Suharli

Salam Winner,

Mozes tidak pernah mengerti, mengapa ia begitu bersemangat kuliah Pengantar Akuntansi 1. Padahal, sesi ini adalah dosen keempat untuk mata kuliah yang sama. Padahal , pelajaran akuntansi adalah pelajaran terberat sejak Mozes di SLTA. Padahal, ia selalu tidak suka dengan pengajar akuntansi, kecuali dosen yang saat ini menguliahinya. Dosen ini tergolong unik, menyenangkan, dan membuat Mozes begitu penasaran tentang akuntansi dan akuntan. Ia ingat benar, betapa kurang ajarnya dosen ini, ketika menyindirnya di awal kuliah. Dosen ini bilang, “Lulusan kita memang terpercaya kualitasnya. Bagaimana tidak? Satu mata kuliah bisa tiga sampai lima kali ambil… Ilmu yang didapat lebih dari satu dosen dan lebih dari satu edisi buku.” Sejak itu, Mozes bertekad tidak pernah mau absen selama mengikuti kuliah dosen tersebut.

KEKECEWAAN MOZES
Akhir semester Mozes kecewa berat! Dosen yang mengubah hidupnya itu, yang membuat dirinya mengerti ilmu yang ia paling tidak bisa, yang paling menarik dalam mengajarnya, serta yang ia harapkan memberi angka bagus, ternyata hanya memberikan nilai C.

Bukan cuma Mozes yang kecewa. Banyak senior dan teman baik, yang ia tahu belajar keras karena dosen ini, hanya mendapat nilai D dan E. Baginya, dosen ini bukan sekadar mengajar materi, tapi mendidik untuk hidup yang lebih nyata, lebih baik, dan lebih penuh harapan. Sejak nilai “pelit” itu, Mozes memutuskan tidak pernah kenal lagi dengan dosen kesayangannya tadi.

KEKECEWAAN DOSEN
Ternyata sang dosen juga punya kekecewaan terhadap Mozes dan teman-temannya. Ia bergegas ke kelas agar tidak terlambat untuk menjelaskan materi membosankan yang ia ajar lebih dari lima tahun. Ia harus lepaskan peluang ketemu rekan bisnis, atasan, kolega, dan pihak lain yang mungkin membawanya ke karier lebih baik. Ia harus menunda bertemu dengan orang-orang kesayangannya di rumah demi bertemu anak orang lain, yang mungkin mengharapkan dirinya absen mengajar.

Dalam keadaan letih, ia tetap tampil penuh semangat agar mahasiswa tidak menguap mendengar ocehannya. Sering kali ia melucu, yang justru ditangkap “jayus” oleh mahasiswa. Ia menguraikan materi plus pengalamannya sesuai persiapan yang dilakukan di tengah kesibukannya. Suaranya tetap ia jaga jelas meski emosi di dalam hati bercampur aduk.

Namun, betapa kecewanya sang dosen ini. Meski selalu berbaik hati, setiap kuis ada saja mahasiswa yang menyontek. Sudah mempersiapkan materi semenarik mungkin dan berusaha tampil sebaik mungkin, tetap hasil ujian mahasiswa banyak yang jelek—termasuk Mozes. Ia kenal betul bagaimana apresiasi Mozes di kelasnya. Apa yang benar-benar mengecewakannya saat melihat Mozes ”tidak kenal lagi” dengan dirinya?

SEPULUH TAHUN KEMUDIAN
Mozes melihat jam dan menyetir mobil sekencang-kencangnya. Ia lupa marahan dengan klien karena menunda rapat sore itu. Ia cuma bisa janji datang lebih cepat kepada istri dan anak di rumah. Ia tidak berani berjanji pada kawan baiknya yang mengajak membicarakan peluang bisnis di kafe dekat kantornya. Sering ia merelakan dua anak muda yang tak dikenalnya duduk di mobilnya yang mewah karena aturan 3 in 1. Akhirnya, Mozes tiba di almamaternya 5 menit sebelum jadwal mengajar. Ia ber-hahahehe dengan orang tak dikenal yang ditemuinya sepanjang jalan ke kelas. Sampai di kelas, tampak wajah-wajah idealis dan lugu menyambutnya dengan bersinar-sinar. Tentu saja sebagian lagi bersungut-sungut. Tapi, ia tetap mengajar materi akuntansi yang dulu dibencinya sebagaimana yang dipersiapkan saat istirahat lunch tadi. Ia tetap membagikan pengalaman hidup dan kiat-kiat sukses kepada mahasiswa yang ”bersinar” dan ”bersungut”. Di depan kelas, sering kali ia mengkritik almamater dan kualitas mahasiswa saat ini. Untuk menghibur diri, sesekali ia membanggakan prestasi dan keluarganya. Begitu terus rutinitas Mozes dalam hidupnya yang sangat sukses.

Sampai suatu saat, Mozes memeriksa ujian mahasiswanya. Ia sedih, ada yang nyontek dan banyak yang jelek. Ia sedih harus memberi huruf D atau E kepada mahasiswa yang ”bersinar” maupun ”bersungut” menyambutnya. Namun, ia juga tidak kuat hati meluluskan anak yang memasukkan perkiraan accounts receivable dalam laporan laba/rugi. Mozes tahu benar bahwa huruf yang ditulisnya dapat memperkuat atau menjauhkannya dengan mahasiswa.

Mozes tetap menulis huruf untuk setiap nama mahasiswa dengan segenap hati. Baginya, huruf itu adalah wujud cinta yang terdalam. Huruf itu adalah kristalisasi cintanya sebagai pendidik, bukan sekadar pengajar. Cinta itu mengalir begitu deras, bahkan menembus ruang dan waktu. Mozes belajar hal itu dari hidupnya sendiri. Mozes belajar dari yang terbaik, yaitu sang dosen yang sepuluh tahun lalu ”tidak dikenalnya lagi”.

Sang dosen adalah seorang pendidik yang penuh cinta. Dosen yang punya visi meluluskan semua mahasiswanya. Dosen yang berkeinginan mahasiswanya mengerti dan kelak menjadi sukses. Dosen yang tidak rela membiarkan mahasiswa menunggu lebih dari 15 menit. Dosen yang membuat materi sulit menjadi mudah dipahami. Dosen yang rela memberi nilai ”A” ataupun ”E” sesuai prestasi mahasiswanya, meski tiada dikenal lagi. Mengapa? Karena, hati manusia adalah cinta. Cinta akan mampu menembus ruang dan waktu untuk mengenali cinta dari sesamanya. Hati mahasiswa akan mengenali cinta dosennya, apa pun hurufnya – bahkan ketika harus menunggu sepuluh tahun![jims]

* J. I. Michell Suharli adalah seorang writer, inspirator, dan eduitainner dari WINNER Institute Training & Education. Ia adalah penulis buku “Winning Strategy for Winning People” dan dapat dihubungi melalui email: jimsmichell@yahoo.com.

10 JURUS AMPUH MENJADI PEMIMPIN

Oleh: Khrisna Pabichara

“Orang pertama yang Anda pimpin adalah diri sendiri.”
~ Hasan Al-Banna

Hanya ada dua pilihan dalam hidup ini: memimpin atau dipimpin. Menjadi bawahan atau atasan. Jika Anda memilih untuk jadi pemimpin, berarti Anda ingin diikuti. Sebaliknya, ketika Anda secara sadar memilih menjadi bawahan, maka Anda secara otomatis akan menjadi pengikut. Jadi, bagaimana? Tentukan pilihan Anda sekarang juga. Karena, jika Anda enggan jadi pemimpin, orang lain yang akan maju. Jika Anda enggan ke depan, orang lain yang akan memimpin. Karena itu, segeralah jadi kepala. Jika tidak, Anda akan menjadi ekor seumur hidup.

Masalahnya,"Menjadi pemimpin itu tidak mudah," pikir sebagian orang. Atau, "Memimpin diri sendiri saja susah, apalagi memimpin orang lain?" keluh sebagian orang lainnya. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda juga berpikir demikian? Jika tidak, selamat! Anda layak untuk maju. Jika jawaban Anda ya, sebaiknya Anda bergegas untuk membenahi diri. Pilihan menjadi bawahan seumur hidup, bukanlah alternatif terbaik bagi Anda. Lantas, bagaimana menjadi pemimpin yang baik? Ayo, mari kita saling berbagi. Anda boleh mencoba 10 jurus ampuh menjadi pemimpin. Boleh jadi, Anda tidak cocok dengan jurus-jurus yang saya tawarkan. Coba saja! Toh, jika Anda gagal, setidaknya Anda sudah mencoba. Teddy Rosevelt pernah menyatakan, "Ia yang tidak membuat kekeliruan, tidak akan membuat kemajuan."

So, coba saja! Jangan takut salah. Jangan takut jadi pemimpin. Tidak perlu sibuk bertanya kiri-kanan, "Apakah saya punya bakat jadi pemimpin?" Ingat, tidak ada satu pun orang yang terlahir sebagai pemimpin. Nah, ini dia 10 jurus ampuh menjadi pemimpin.

1. Berani Belajar. Menjadi seorang pemimpin, berarti memilih secara sadar untuk terus belajar. John Wooden, seorang pelatih basket ternama, berpesan kepada kita, "Yang penting adalah apa yang Anda pelajari setelah mengetahui semuanya." Bagaimana jika seseorang telah meraih posisi puncak di perusahaannya, masihkah harus tetap belajar? Jawabannya singkat: ya. Boleh jadi, Anda masih perlu belajar tentang bagaimana meningkatkan pendapatan Anda, atau tentang bagaimana memimpin bawahan yang gemar menantang atasan. Jadi, meskipun Anda telah mencapai posisi yang diinginkan, sekalipun Anda telah mendapatkan kedudukan yang didambakan, Anda harus tetap belajar. Termasuk belajar dari bawahan Anda, atau belajar dari orang-orang yang Anda pimpin.

2. Belajar berinisiatif. Tanpa inisiatif, Anda tak akan berkembang. Tak akan ke mana-mana. Tak akan mencapai puncak. Boleh jadi Anda sudah mapan, sudah nyaman pada posisi yang Anda duduki saat ini. Tapi, jika Anda terus-terusan berpuas diri, Anda bisa digusur orang lain. Jadi, teruslah mengasah inisiatif Anda.

3. Belajar disiplin. Telisik diri Anda. Apakah Anda selalu datang ke kantor tepat waktu? Apakah Anda termasuk tipe orang yang menghargai waktu? Apakah Anda sering menepati janji? Ya, disiplin adalah kunci sukses menjadi pemimpin. Ingat, orang pertama yang Anda pimpin adalah diri sendiri. Jika Anda gagal memimpinnya, bagaimana mungkin Anda memimpin orang lain?

4. Belajar membangun kompetensi. Orang yang memiliki kompetensi yang tinggi, akan melangkah lebih jauh. Untuk menjadi seorang pemimpin, Anda harus memiliki jurus ini: Kompetensi. Jika Anda membangun, Anda akan mendapatkannya. Untuk memilikinya, Anda harus terus belajar, terus tumbuh, dan terus memperbaiki diri. Willa A. Fester mencerahkan kita dengan pesannya, "Kualitas tidaklah pernah merupakan suatu kebetulan. Kualitas merupakan hasil dari tekad yang bulat, upaya yang tulus, dan kerja keras."

5. Belajar berkomunikasi. Anda tidak mungkin mengungkapkan kebutuhan perusahaan, jika Anda tidak bisa mengomunikasikannya. Anda tidak mungkin menyuruh, jika Anda susah menyuarakannya. Anda tidak mungkin meminta, jika Anda tidak sanggup menyuarakannya. Demikianlah, Anda butuh komunikasi. Karena, Anda tidak bisa menjalankan perusahaan yang Anda pimpin, menggerakkan orang-orang yang Anda pimpin, jika Anda tidak terampil berkomunikasi.

6. Belajar membangun integritas. Saya yakin, Anda memiliki integritas diri sebagai karakter, kepribadian, dan gaya hidup Anda. Kejujuran, keteguhan hati, ketulusan, dan keramah-tamahan adalah integritas Anda. Karenanya, Anda pantas menjadi pemimpin. Anda layak menjadi panutan. Karena pemimpin yang baik adalah sekaligus bisa menjadi teladan.

7. Belajar membangun hubungan yang harmoni. Menjadi pemimpin tidak berarti menguasai. Malah, bisa jadi, berarti melayani. Menjadi pemimpin tidak selalu memaki-maki. Malah, kalau perlu, memberikan motivasi dan menyuntikkan semangat. Meminjam istilah Mawell, "Orang tidak peduli seberapa banyak yang Anda ketahui, hingga mereka tahu seberapa jauh Anda peduli." Atau, mungkin Anda perlu menyimak fatwa Ma'ruf Mushthofa Zurayq, "Kita sering dipisahkan oleh batasan, karena kita lebih rajin membangun dinding, bukan jembatan."

8. Belajar mendengarkan. Suatu ketika, Wodrow Wilson, mantan Presiden Amerika Serikat, menyatakan bahwa, "Telinga seorang pemimpin harus mampu menangkap suara orang banyak." Jika Anda berniat menjadi pemimpin yang baik, maka jadilah pendengar yang baik. Buka telinga Anda. Simak baik-baik. Jika Anda mendengarkan bisikan-bisikan karyawan Anda, maka Anda tidak akan mendengarkan teriakan-teriakan mereka.

9. Belajar bertanggung jawab. John C. Maxwell, pada satu kesempatan menuturkan, "Seorang pemimpin dapat melupakan apa pun, kecuali tanggung jawab akhir." Ya, seorang pemimpin adalah penanggung jawab. Ketika anak buahnya melakukan kesalahan, bahkan yang berakibat fatal, ia tidak akan menumpahkan semua kesalahan kepada karyawannya itu. Alih-alih mencari kambing hitam, pemimpin yang baik malah sibuk introspeksi: Mengapa karyawan saya melakukan banyak kesalahan? Pemimpin yang bijak adalah biasa merangkul. Bukan menyudutkan!

10. Belajar menyelesaikan masalah. Masalah bukan untuk dihindari, melainkan untuk diselesaikan. Ukuran sukses Anda ditentukan oleh seberapa hebat Anda menuntaskan persoalan yang menimpa. Takaran kehebatan Anda memimpin ditentukan oleh seberapa dahsyat Anda menyelesaikan masalah yang Anda hadapi.

Nah, jika Anda telah menguasai jurus-jurus di atas, tunggu apalagi? Saatnya Anda beraksi. Anda bisa. Do it now![kp]

KIAT PLAGIAT CERDIK

Oleh: Fani Kartikasari

Bagi kalangan marketer dan pebisnis, prinsip ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) sudah menjadi makanan sehari-hari. Tapi tahukah Anda, bahwa prinsip tersebut juga menjadi rahasia sukses di banyak bidang lain, yang selama ini masih tersembunyi? Salah satu contohnya adalah di dunia perkuliahan!

Bagaimana caranya mendapat IPK (indeks prestasi kumulatif) nyaris sempurna? Bagaimana supaya bisa mendapat nilai A di semua mata kuliah? Apakah kita harus menjadi ahli di semua pelajaran?

Ternyata caranya mudah! Dengan menjadi ’plagiat cerdik’ lewat prinsip ATM!

Amati. Perhatikan sekeliling kita, teman-teman kuliah yang tampak menonjol dalam mata kuliah tersebut. Amati juga senior yang sudah lebih dulu lulus dengan nilai A dan perhatikan cerita sukses orang-orang yang sudah lulus lebih dulu dengan nilai sempurna. Mengapa mereka bisa sukses? Apa yang mereka lakukan? Bagaimana cara mereka melakukannya?

Tiru. Orang yang sudah sukses selalu punya kiat untuk keberhasilannya. Misalnya, si X dapat nilai A untuk presentasi mata kuliah Z. Mengapa? Oh, ternyata ia banyak memberi ilustrasi foto dalam presentasinya. Bagaimana caranya? Ilustrasi foto itu didapat lewat internet. Kita tinggal tiru saja langkah-langkah si X ini untuk mata kuliah Z!

Modifikasi. Eiiit... tunggu! Belum berhenti sampai di situ saja! Hingga tahap ’tiru’ ini, kita baru sampai pada level ’plagiat’. Kunci keunggulan kita untuk menjadi ’plagiat cerdik’, yaitu: MODIFIKASI sesuai kondisi kita, dan lakukan LEBIH dari yang kita tiru! Maksudnya, kalau si X menggunakan foto-foto dari internet untuk presentasinya, coba pikirkan apa yang bisa kita lakukan sebagai NILAI LEBIH? Salah satu idenya, bisa saja kita menambah dengan ilustrasi foto asli hasil observasi langsung. Pokoknya, kita harus selalu berpikir kreatif untuk melakukan LEBIH DARI YANG LAIN. Di sinilah letak keunggulan kita untuk sukses!

Dan yang paling penting, sst... jangan khawatir, ’kiat plagiat cerdik’ ini sah-sah saja kok untuk dilakukan![fk]

* Fani Kartikasari adalah penulis buku ”Ingin Cumlaude Harus Smart” (Elexmedia, 2008). Ia dapat dihubungi melalui website: www.FaniKartikasari.com. Sumber Inspirasi: Financial Revolution oleh Tung Desem Waringin

THE FUTURE HAS ARRIVED

Oleh: Agus Setiawan

The future has arrived
the future has arrived today
the future's alive
the future is alive today….

Masa depan telah tiba
Masa depan telah tiba hari ini
Masa depan telah hidup
Masa depan sudah hidup hari ini….

Begitu bunyi lirik salah satu lagu soundtrack dari film Meet The Robinsons. Masa depan sudah tiba saat ini, sekarang.

Banyak orang yang merasa khawatir dengan masa depan. Mereka selalu berpikir: “Bagaimana masa depan saya nanti?”, “Apa yang akan terjadi nanti?”, dan berbagai kekhawatiran lainnya yang menyangkut masa depan. Seperti judul tulisan ini, sebenarnya masa depan sudah tiba sekarang ini. Masa depan telah hidup. Masa depan telah hidup hari ini.

Sekarang ini adalah masa depan dari masa lalu. Di masa lalu, sekarang (masa depan dari masa lalu) ini masih menjadi sesuatu yang kebanyakan orang khawatirkan. Tetapi sekarang ini (masa depan dari masa lalu) telah tiba. Bagaimana kehidupan Anda sekarang? Apakah yang Anda khawatirkan di masa lalu itu terjadi sekarang? Apakah sekarang Anda hidup dalam kekhawatiran seperti yang Anda khawatirkan dulu?

Lalu, apa hubungannya antara kekhawatiran akan masa depan dengan sukses?

Untuk sukses, kita perlu melakukan sesuatu saat ini, sesuatu yang bisa membawa kita ke masa depan yang kita masing-masing inginkan. Tidak ada yang perlu kita khawatirkan perihal masa depan. Jadi, kuncinya adalah bagaimana kita dapat mengerahkan sebagian besar energi kita untuk berada di masa sekarang dan di sini.

Waktu bisa kita bagi menjadi tiga bagian besar. Masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Jika Anda hidup di masa lalu, maka yang biasanya Anda bawa adalah kemarahan, kekecewaan, dan perasaan tidak adil. Jika energi Anda banyak Anda letakkan di masa depan, maka yang akan terjadi pada Anda adalah kekhawatiran. Jika Anda fokuskan energi pada saat sekarang dan di sini, maka Anda akan hidup berbahagia.

Kalau Anda perhatikan orang-orang di sekitar Anda, apakah mereka banyak hidup di masa sekarang atau masa lalu, atau masa depan?

Misalnya, seseorang memberikan energinya sebanyak 80 persendi masa lalu dan 10 persen di masa depan, sementara di masa sekarang hanya 10 persen. Maka, orang ini akan selalu mengungkit-ungkit apa yang terjadi di masa lalu. Jika kejadian di masa lalu itu negatif, maka semua kesalahan yang pernah terjadi itu akan dikeluarkan semua. Dan bukan hanya sekali, namun berkali-kali. Tapi bila yang terjadi adalah kejadian positif, maka dia akan selalu menceritakan kejadian masa lalu yang selalu memberikannya kebanggaan dan kesuksesan. Apakah ini selalu buruk? Tidak juga. Yang penting adalah berapa persen energi yang kita fokuskan di sana.

Jika seseorang memberikan energinya sebesar 80 persen ke masa depan, maka dia selalu memikirkan masa depannya. Jika negatif, maka yang akan muncul adalah rasa khawatir, rasa takut apa yang akan terjadi di masa depan, soal apakah dia siap menghadapinya, atau apakah dia memiliki uang yang cukup untuk masa depannya. Semua rasa khawatir dan takut bisa muncul. Kalau perasaan itu sedikit positif, maka ada kemungkinan orang ini akan melamun, mengkhayal tentang masa depannya yang indah, dan bagaimana dia menikmati masa depannya. Apakah ini tidak boleh? Tidak juga. Sekali lagi, tergantung berapa persen yang Anda tuangkan pada masing-masing masa ini.

Kita perlu memberikan sedikit energi ke masa lalu jika diperlukan. Untuk apa? Untuk belajar dari pengalaman. Apakah itu pengalaman positif atau negatif, semua bisa kita jadikan sebagai guru. Demikian juga di masa depan, kita perlu memberikan energi ke sana sebagai sebuah patokan ke mana kita akan tiba suatu saat nanti. Berapa persentase yang ideal? Menurut saya pribadi, minimal 80 persen harus kita tuangkan di masa sekarang dan di sini, kemudian masing-masing 10 persen untuk masa depan dan masa lalu.

Kunci dari sukses adalah berbahagia. Karena, kesuksesan yang kita cari ujung-ujungnya adalah kebahagiaan. Jadi, bagaimana membawa kesuksesan yang ingin kita raih di masa depan dengan lebih mudah? Hidup di saat ini dan di sini, dan putuskanlah untuk selalu berbahagia.

Kemudian apa yang harus kita lakukan? Apakah dengan hidup di masa kini saja kita bisa bahagia? Jelas tidak. Hanya dengan hidup di sini dan sekarang saja tidak akan membawa kita ke masa depan yang kita inginkan. Jadi bagaimana? Ya, seperti yang saya tulis di atas, kita perlu melakukan sesuatu. Sekarang simak lirik lanjutan dari lagu di atas.

It’s time to create
time to grow
if you're feeling right
the world yeah she's changing
don't it make you feel alive?
The future has arrived

Sekarang waktunya untuk menciptakan
Waktu untuk berkembang
Jika Anda merasakannya sekarang
Dunia ini, ya, dunia sedang berubah
tidakkah itu membuat Anda lebih hidup?
Masa depan sudah tiba

Dengan memutuskan untuk memberikan sebagian besar energi Anda di sini dan sekarang, Anda telah membuat kehidupan Anda berasa lebih hidup. Dan, dunia menjadi berubah, berubah menjadi sebuah tempat yang kita idamkan selama ini.

Terus? Terus Anda perlu menciptakan masa depan Anda sekarang. Inilah saatnya untuk menciptakan, saatnya untuk bertumbuh, bertumbuh menyambut masa depan yang kita inginkan.

Fokuskan sebagian energi Anda untuk belajar dari pengalaman masa lalu, sebagian energi untuk membuat impian, sebagian besar untuk masa sekarang dan di sini supaya menjadi dan melakukan yang terbaik, sehingga masa depan Anda menjadi kenyataan.[as]

* Agus Setiawan adalah manajer pemasaran Sinotif Education Center, seorang hipnoterapis, dan alumni workshop SPP Cara Gampang Menulis Buku Bestseller Angkatan ke-4. Ia dapat dihubungi di email: agus@sinotif.com.

DISIPLIN DAN KOMITMEN

Oleh: Tan Bonaventura Andika Sumarjo

Setiap orang pasti pernah bertemu dengan kata disiplin. Baik dalam sosial, kantor, maupun di rumah. Kesan yang ditangkap saat mendengar ucapan kata disiplin adalah aturan maupun hukuman yang akan diterima. Terutama jika kita tidak melakukan pekerjaan atau tugas yang akan dijalani. Mengapa orang mempunyai pikiran seperti itu? Karena, paradigma yang salah mengenai arti disiplin telah mereka peroleh dari kecil. Untuk itu kita perlu meluruskan kembali arti disiplin.

Disiplin adalah tentang bagaimanan kita mengatur diri sendiri untuk tegas terhadap apa yang boleh atau apa yang tidak boleh dilakukan. Dan, apa konsekuensinya? Kita tidak bisa melakukan suatu tugas atau pekerjaaan dengan baik dalam kehidupan bisnis maupun profesional.

Kita bisa lihat orang-orang sukses, yang berhasil dari segi harta duniawi (aset), harta rohani, harta jiwani, dan khususnya harta hubungan. Mereka sangat tegas terhadap dead line atau tenggat waktu yang mereka tetapkan. Sehingga, ketegasan itu bisa membuat mereka berhasil sampai saat ini, baik sebagai pengusaha maupun profesional top. Mereka ini berani membayar harga untuk arti sebuah kata disiplin. Baik pengorbanan dalam waktu, tenaga, pikiran, biaya, serta perasaan untuk mencapai sesuatu yang mereka inginkan.

Sementara, komitmen adalah sesuatu yang mereka lakukan dan kerjakan. Jika ucapan sudah keluar dari mulut para pemimpin maupun orang-orang yang sukses, yang pasti adalah tindakan pasti yang akan mereka lakukan. Mereka tidak pernah mau tahu apakah hal ini dapat berjalan dengan baik atau tidak. Yang pasti, dijalankan saja lebih dahulu. Setelah suatu periode, mereka akan mencoba mengoreksi dan mengevaluasi apakah hal ini dapat berjalan sesuai kehendak mereka. Butuh ketegasan untuk mengatakan komitmen, bukan sekadar komat-kamit seperti jampi-jampi ahli sihir/dukun.

Disiplin dan komitmen sangat dibutuhkan oleh setiap orang yang ingin mengubah hidupnya menjadi lebih baik serta lebih punya tantangan. Ada kebahagian sendiri setelah apa yang mereka tetapkan dapat tercapai, dan itu berkat disiplin serta komitmen yang mereka canangkan.

Pertandingan di lapangan kehidupan apa pun akhirnya akan dimenangkan oleh orang-orang yang punya disiplin, komitmen tinggi, serta berani membayar harganya. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda sudah mengambil suatu tindakan untuk mulai belajar disiplin dalam segala hal yang kecil saja? Ada pepatah berbunyi, small is beautiful, sedikit-sedikit lama-lama akan menjadi bukit. Itulah pesan orangtua kita.[tbas]

* Tan Bonaventura Andika Sumarjo lahir di Teluk Betung. Saat ini menjabat Head Corporate Sungai Budi Group. Ia adalah alumni workshop SPP “Cara Gampang Menulis Buku Bestseller” Angkatan Ke-4. Ia dapat dihubungi di: bas_andika@yahoo.com

MENDAHULUI TAKDIR



Oleh: Muhammad Alidin

Pernahkah Anda berkendaraan di malam hari? Walaupun perjalanan Anda di malam hari puluhan atau bahkan ratusan kilometer jauhnya, sadarkah Anda bahwa lampu kendaraan Anda paling jauh hanya mampu menerangi jalan sejauh 10 meter ke depan, setelah itu, gelap. Namun, begitu kendaraan anda bergerak maju, maka jangkauan lampu penerang kendaraan Anda pun maju menerangi jalan untuk 10 meter ke depan lagi, hingga akhirnya seluruh perjalanan yang puluhan atau ratusan kilometer itu dapat Anda selesaikan.

Analogi lampu kendaraan ini dapat kita pakai jika kita tengah mengejar suatu impian atau cita-cita. Walaupun kita telah mempunyai gambaran yang jelas tentang target atau “end” yang hendak kita capai, namun kita tidak mampu melihat dengan jelas dan pasti seluruh situasi maupun kondisi yang akan kita hadapi selama perjalanan mengejar impian tersebut. Namun, begitu kita mengambil suatu tindakan permulaan, maka situasi dan kondisi selanjutnya sedikit demi sedikit mulai terkuak. Dan, kita pun secara alamiah bertindak sesuai dengan kondisi aktual yang kita hadapi. Tindakan-tindakan berikutnya, selanjutnya membuka pula situasi dan kondisi yang harus kita hadapi secara lebih jelas, kita pun bertindak lagi, sehingga akhirnya seluruh perjalanan itu kita selesaikan.

Banyak di antara kita—dalam mengejar suatu impian—ingin memastikan semua hal yang akan dihadapi. Karena ini merupakan sesuatu yang tidak mungkin, akhirnya banyak yang tidak pernah memulai perjalanannya. Mereka begitu takut dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan mereka hadapi. Padahal, kemungkinan-kemungkinan itu hanya bisa dipastikan kalau kita sudah berada di sana dan berhadapan langsung dengannya. Banyak ketakutan yang kita cemaskan ternyata tidak pernah terjadi. Namun, karena kita sudah memastikan dalam pikiran kita, bahwa apa yang kita takutkan itu akan terjadi, akhirnya kita menjadi korban ketakutan itu sendiri. Inilah yang dikatakan para bijak, bahwa apa yang seharusnya kita takutkan adalah rasa takut itu sendiri.

Apakah suatu impian atau cita-cita pasti akan tercapai? Tidak seorang pun bisa memastikannya. May be yes… May be no…. Namun, jika Anda tidak bertindak, maka Anda sendirilah yang telah memastikan bahwa impian Anda tidak akan tercapai. Dalam kondisi ini, Anda tanpa sadar sesungguhnya telah mendahului takdir. Padahal, takdir adalah ujung dari tindakan dan doa. Jadi, sebelum bertindak, berdoalah terlebih dahulu, kemudian bertindak dan berdoalah lagi. Setelah itu, baru Anda mengetahui apa takdir yang menunggu Anda.[ma]

* Muhammad Alidin bekerja di sebuah perusahaan tambang di Balikpapan, Kalimantan Timur. Ia menggemari buku-buku yang berkaitan dengan bidang pengembangan diri. Ia juga menulis beberapa artikel lepas yang dimuat di harian lokal. Mulai 2008, ia menuangkan tulisan di blog pribadi yang beralamat di www.muhammad-alidin.blogspot.com. Alidin dapat dihubungi melalui email: muh.alidin@yahoo.com.

MENCOBA APA YANG DITAKUTKAN



Hari ini hari pertama saya membuka “tulisan” ,artinya ini merupakan benar-benar tulisan pertama saya,saya mencoba apa yang selama ini saya takutkan, takut kaidah penulisan saya salah, takut pemenggalan kata salah, takut berbau provokasi negative dan takut mendapat cibiran dingin dari penulis-penulis yang lebih “jago”.
Lalu apa gunanya saya menbaca selama ini dan mempelajari tulisan dari orang lain,kutipan pedas dari seorang penulis yang sepintas lalu saya dapatkan dan yang sangat dalam mengenai hati saya adalah “jika kamu berpikir untuk membuat tulisan lalu kapan kamu akan mulai menulis”.Dari hal tersebut sebenarnya ketakutan terbesar dalam hidup adalah dimana kita belum berusaha untuk suatu hal tetapi kita sudah menyimpulkan hasilnya.




Garis besarnya memang seperti itu, kita ada di suatu sisi dimana kita akan memperbaharui bahkan ingin memajukkan kemampuan kita (katakanlah secara umum memajukkkan hidup kita) , tetapi kita terbentur prosedur bahkan memikirkan syarat teknis untuk bisa melakukan perubahan tersebut.Namun, apa salahnya jika kita mendapat jalan pintas tanpa prosedur , kenapa tidak kita lakukan segera?? Apalagi jika jalan pintas itu berbuah hasil yang sama.
Dari setiap yang kita lakukan pasti ada resikonya,”semua hal” menghasilkan resiko, mau tak mau kita harus menghadapinya,sekarang ataupun besok,semakin tidak berani menghadapi resiko tersebut, berarti anda akan menumpuk ketakutan anda dan tidak akan pernah belajar memahaminya.Kebalikannya, semakin cepat ada mengambil sikap semakin siap anda akan kemungkinan resiko yang akan datang,dengan kritik yang semakin membangun dari setiap sandungan masalah, diri anda akan semakin siap untuk menempuh pembaruan berikutnya dan menuju masa-masa dimana anda akan dapat memberi solusi terhadap masalah dan resiko yang akan orang lain terima.
Saya tak berbekal apa-apa dalam menulis ini, pengetahuan motivasi saya pun juga masih mendasar,lalu kenapa saya berani mengambil sikap??.Pertama, mulai hari ini dan seterusnya saya hanya ingin menyakinkan bahwa diri saya berani,dalam artian saya siap memulai perubahan dan membangun diri saya. Kedua,Saya ingin tahu “Benarkah masih ada yang saya takutkan dalam hidup saya( eksplorasi diri )??”, Ketiga , membangun motivasi besar dalam hidup saya ,seperti ungkapan“dia saja bisa kenapa saya tidak” ( dia = binatang yang bertahan hidup ).
Jadi inilah hal yang besar yang harus kita mulai, belajar memahami rasa takut dan memanfaatkannya menjadi suatu pengetahuan.

SELAMAT, ANDA TELAH GAGAL!

Oleh: Victor Asih

Suatu ketika, seorang mahasiswi pernah berkeluh kesah kepada saya mengenai berbagai kegagalan yang dialaminya saat menyelesaikan tugas kuliah yang saya berikan pada minggu sebelumnya. Dia merasa sangat sedih serta kecewa dengan kegagalannya itu dan merasa putus asa.

Saya menanggapi dengan tersenyum sambil menyodorkan tangan kanan untuk menjabat-tangannya sambil berkata, “Selamat, Anda sudah gagal !” Respon saya menanggapi keluhannya sungguh sangat di luar dugaan. Dia spontan terkejut dan hampir tak percaya.

“Lho, kok Bapak berkata seperti itu ...?” tanyanya dengan nada heran dan hampir menangis. Mungkin dia pikir saya mengejek kegagalannya.

Kemudian saya jelaskan kepada mahasiswi tersebut mengenai kegagalan. “Selama proses pencapaian impian, mungkin Anda harus mengalami berbagai kegagalan atau terhempas pada suatu kondisi yang sangat tidak menyenangkan. Yang perlu Anda kuasai untuk menghadapi kegagalan adalah bagaimana Anda mengelola kegagalan, yang kita sebut sebagai manajemen kegagalan atau failure management.” Kegagalan atau kesuksesan sebenarnya adalah kondisi yang sama, seperti koin mata uang yang sama, tetapi dilihat dari sisi yang berbeda. Sisi yang satu berisi angka dan sisi yang lain berisi gambar. Sebagai contoh, saat seorang pemuda ditolak cintanya oleh gadis pujaan hatinya. Pemuda itu boleh menganggap penolakan itu sebagai kegagalan cintanya. Kegagalan itu pasti membuat hatinya sangat sedih dan hancur.

Tetapi pemuda pemuda itu juga boleh menganggap penolakan itu sebagai keberhasilan, yaitu berhasil mengetahui bahwa gadis itu bukanlah jodoh yang tepat baginya. Sehingga, dia bisa mencari gadis lain yang lebih baik, yang telah disediakan Tuhan baginya. Pemikiran ini akan membuat hati pemuda tersebut tetap berbahagia, karena memiliki kesempatan untuk menemukan gadis yang lebih tepat untuk menjadi pasangan hidupnya. Gadis yang lebih baik daripada gadis yang telah menolak cintanya tersebut.

Dua pandangan yang berbeda untuk kondisi yang sama, yaitu ditolak cintanya. Pandangan yang pertama (pandangan negatif) menggunakan kegagalan sebagai “batu sandungan” yang membuatnya jatuh terjerembab sehingga menghancurkan hatinya sendiri. Sedangkan pandangan yang kedua (pandangan positif) menggunakan kegagalan sebagai “batu loncatan” untuk mencapai kesuksesan yang lebih tinggi.

Seperti bila kita mendaki puncak gunung demi puncak gunung. Setelah mencapai satu puncak gunung, kita akan dapat melihat gunung lain yang lebih tinggi. Untuk mencapai puncak gunung yang lebih tinggi tersebut, kita harus terlebih dahulu turun ke lereng gunung. Bahkan mungkin kita harus turun ke lembah dan jurang yang dalam, sebelum kita dapat mulai mendaki menuju puncak gunung yang lebih tinggi.

Mungkin suatu hari Anda terjebak dalam situasi yang paling buruk yang pernah terjadi dalam hidup Anda. Anda mungkin merasa sudah berada di “dasar jurang terdalam” dari kesengsaraan Anda. Kalau memang Anda telah berada di dasar jurang terdalam, kabar baiknya adalah tidak ada lagi tempat yang lebih dalam. Berikutnya hanya ada satu jalan, kalau tidak sama datarnya pasti menuju ke tempat yang lebih tinggi.

Berarti tidak akan ada lagi kondisi yang lebih menyengsarakan daripada yang Anda sedang alami saat ini. Esok hari pasti lebih baik. Jadi, berjuang dan bertahanlah. Berusaha terus untuk dapat keluar dari kondisi malang tersebut.

Dalam keadaan kalut, tertekan, kecewa, marah, sakit hati, stres, dan depresi, Anda akan mengalami banyak godaan untuk bersikap destruktif atau menghancurkan. Sebagai pelampiasan kekecewaan, mungkin saja Anda terdorong untuk menghancurkan diri Anda sendiri atau orang lain disekitar Anda. Tetapi Anda harus tetap mempertahankan pikiran yang positif. Memang ini adalah proses yang harus Anda alami untuk meningkat kepada puncak gunung kesuksesan yang lebih tinggi.

Jangan sampai Anda terbujuk bisikan setan, “Minumlah bayxxx chayank...”, seperti plesetan iklan salah satu obat nyamuk cair terkenal. Di media massa, sempat saya membaca beberapa kisah mengenai orang-orang yang sangat menderita menjelang ajal karena sesaat terbujuk bisikan setan ini. Menyesal pun tidak ada gunanya lagi, jika sudah terlanjur terjadi.

Anda juga jangan pernah mencoba belajar menjadi Superman, terjun bebas meloncat dari lantai atas gedung tinggi. Kalau Anda mau menjadi seperti Superman, biasakan dulu gaya busana sehari-hari Superman. Superman selalu pakai celana kolor (celana dalam) di luar, bukannya di dalam.

“Ya, iyalah…,” tukas seorang teman. “Kalau pakai celana kolor di dalam sih namanya Suparman, bukannya Superman.” Jangan pula sekali-kali mencoba bermain ayunan dengan tali yang menjerat leher Anda. Bermain ayunan dengan cara ini bisa dipastikan tidak akan dapat menghibur kesedihan Anda. Paling banter Anda akan menjadi tontonan warga, menjadi konsumsi berita di media massa, dan menakut-nakuti anak kecil.

Semua cara yang pernah dicoba beberapa orang itu tidak akan membuat Anda berhasil mengatasi kegagalan. Paling banter hanya berhasil menambah satu orang lagi pengikut setan, yaitu Anda! “Jangan bikin neraka tambah penuh,” kata teman saya, yang sering merasa khawatir akan masuk ke neraka kalau meninggal dunia nanti.

Sekacau apa pun keadaan Anda saat ini, tenangkan pikiran Anda dan bersyukurlah kepada Tuhan. Masih banyak orang yang bernasib jauh lebih malang dari pada Anda. Kalau Anda masih bisa bernapas dan masih bisa bergerak, sementara banyak orang di rumah sakit tergeletak tak berdaya. Bahkan untuk bernapas pun harus dibantu peralatan khusus. Anda masih memiliki banyak keberuntungan dan anugerah dari Tuhan yang mengasihi Anda.

Anda bisa mencari teman sejati untuk berbagi perasaan kecewa Anda. Kalau tidak bisa menemukan teman yang bisa diajak berbagi (curhat), Anda bisa mencari lembaga-lembaga konseling. Atau Anda meminta referensi teman untuk diperkenalkan pada orang-orang yang dapat membantu Anda.

Saya teringat pada sebuah lagu yang sering saya nyanyikan sewaktu masih kecil dulu. Liriknya adalah sebagai berikut:

“ Hati yang gembira...a...a.... adalah obat...
Seperti obat, hati yang senang...
Tapi semangat yang padam, keringkan tulang...
Hati yang gembira.... Tuhan senang...”

Di kala saya merasa sedih atau kecewa, saya sering menyanyikan lagu ini saat kecil dulu. Sambil bernyanyi, saya meresapi kata demi kata dalam lagu itu dengan keluguan. Hati saya menjadi terhibur, dan berangsur merasakan bahagia kembali ditengah berbagai penderitaan yang sedang saya alami waktu itu. Pada masa kecil, saya memang banyak mengalami kekecewaan, sakit hati, dan penderitaan. Tidak seperti yang dialami oleh anak-anak kecil sebaya saya pada umumnya.

Hati yang gembira adalah obat. Banyak testimoni orang sembuh dari berbagai penyakit karena hati yang selalu gembira. Dan banyak juga orang yang mengalami penyakit parah (kanker) karena kesedihan hatinya yang berlarut-larut. Jadi sumbernya adalah hati. Seperti lirik lagu salah seorang Kyai kondang di Tanah Air, “Jagalah hati, jangan kau nodai. Jagalah hati, lentera hidup ini....”

Bagaimana cara menjaga perasaan hati ? Perasaan hati dipengaruhi oleh pikiran. Pikiran negatif akan membuat perasaan menjadi tidak nyaman. Sebaliknya pikiran positif akan membuat perasaan nyaman dan bahagia. Jadi, jagalah pikiran Anda supaya tetap positif supaya perasaan hati Anda terjaga tetap tenang dan merasa bahagia.[va]

* Victor Asih dapat dihubungi di victorasih@yahoo.co.id atau bagi Anda yang ingin sekolah bisnis gratis, silakan klik www.usbschool.com

MENGUBAH BATU JADI PATUNG

Oleh: A. Asep Syarifuddin

SUATU hari seorang pematung datang membawa sebuah batu yang bukup besar berukuran sekitar panjang 2 meter dan lebarnya setengah meter. Batu itu diambil dari pegunungan yang dekat dengan rumahnya. Bentuknya sama saja dengan batu-batu biasa yang dapat kita lihat di sungai. Pematung itu membeli sebongkah batu hanya dengan harga Rp 100.000.

Setelah itu pematung mulai memahat batu tersebut. Mulai dari membentuk kepala, wajah, leher, badan, tangan, kaki sampai jari-jari kaki. Pekerjaan itu dilakukan dari waktu ke waktu dari hari ke hari dengan penuh rasa gembira. Orang yang sempat lewat di depan pematung itu tidak begitu menghiraukan apa yang tengah diperbuat olehnya.

Enam bulan kemudian bongkahan batu tersebut sudah berubah total menjadi sebuah patung yang sangat indah. Bahkan sudah ada orang yang menawar patung tersebut dengan harga yang cukup tinggi. Berapa patung tersebut ditawar? Mereka berani menawar Rp 50 juta. Berapa kali lipatkah harga antara pembelian pertama yang masih sebongkah batu dengan sesudah menjadi patung yang indah? Berlipat-lipat. Pertanyaannya, apa yang menjadikan batu itu berbeda. Dilihat sepintas, patung itu masih juga batu, tetapi mengapa nilainya menjadi lebih tinggi.

Semua orang mengetahui, perubahan nilai bisa kita peroleh apabila terjadi gesekan, benturan, pahatan bahkan bantingan. Batu yang diukir akan memiliki nilai berbeda bila dibandingkan dengan batu apa adanya. Bagaimana halnya dengan manusia? Apakah manusia juga sama memiliki nilai lebih apabila dibenturkan, ditempa, "dipahat", digosok?

Tidak semua orang menyadari bahwa perjalanan hidup yang kadang terasa pahit, membosankan, menjengkelkan, penuh dengan problematika, pusing, kadang-kadang agak stres, tidak bisa tidur, dll. Semua itu adalah proses untuk mencapai keadaan tertentu. Bila kita bandingkan dengan kasus tukang batu di atas, persoalan sehari-hari tersebut ibarat pahat yang sedang membentuk diri kita supaya memiliki nilai lebih dari sebelumnya. Apabila kita memiliki konsistensi dalam memahat diri, baik dengan belajar secara terus menerus, menghadapi persoalan dengan positive thinking dan positive feeling, tanpa disadari kualitas dan nilai diri kita dari waktu ke waktu terus berubah.

Ada hukum proses yang mesti kita jalani, di sana butuh waktu dan butuh action untuk sampai pada satu tujuan tertentu. Kebanyakan manusia lupa akan hukum proses pembentukan sesuatu. Inginnya cepat mencapai sesuatu, cepat kaya, cepat sukses, cepat menduduki posisi tertentu. Bisa saja itu terjadi. Seseorang dalam kurun waktu satu tahun bisa kaya mendadak dengan menjual seluruh warisan orangtuanya. Tapi karena kekayaan yang dia miliki tidak berbasis mental kaya, maka bisa ditebak ujungnya. Orang tersebut tidak perlu menunggu waktu terlalu lama, dia akan menjadi miskin kembali.

Mengapa menjadi miskin kembali? Karena secara mental dia tidak siap untuk menjadi kaya. Yang muncul adalah sikap konsumtif yang mendorong dirinya membelanjakan seluruh kekayaannya untuk memenuhi gaya hidupnya. Dia sama sekali lupa bahwa kekayaan yang dimilikinya mestinya diinvestasikan dengan cara tertentu, sehingga kekayaannya dari waktu ke waktu semakin bertambah.

Patung adalah salah satu contoh bahwa ada proses dan tempaan yang harus kita hadapi untuk mencapai perubahan yang lebih bernilai. Kita juga bisa menengok contoh kasus lain yang sering terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya seekor ulat ingin menjadi kupu-kupu harus menempuh waktu tidak kurang dari tujuh hari. Selama di dalam kepompong ulat tersebut berdiam diri, tidak makan tidak minum dan pada saatnya dia keluar menjadi kupu-kupu yang sangat indah, terbang ke sana kemarin.

Bagaimana kalau sebelum tujuh hari kepompong tersebut dibuka oleh seseorang? Misalnya saja, seorang anak kecil iba melihat ulat di dalam kepompong. Maka dibukalah kepompong tersebut padahal baru tiga hari. Ulat itu keluar dan masih berbentuk ulat. Tapi satu hari kemudian ulat tersebut mati dan tidak bisa mewujudkan impiannya untuk menjadi kupu-kupu yang indah. Niat baik anak kecil tadi melawan hukum alam yang ada. Sehingga akibatnya jauh lebih fatal terhadap ulat tadi, tidak menjadi kupu-kupu malah mati.

Demikian halnya manusia, apabila menghadapi persoalan hidup yang ruwet, susah, dll, itu adalah proses untuk mencapai kualitas manusia yang lebih tinggi. Bahasa orang tua dulu, kalau Anda hidup prihatin, maka Anda akan mencapai apa yang dicita-citakan. Percaya atau tidak percaya, kehidupan telah memberikan jawaban yang lengkap atas seribu satu pertanyaan manusia yang belum juga sadar akan hukum-hukum tersebut.[aas]

* A. Asep Syarifuddin adalah seorang jurnalis. Ia dapat dihubungi di email:

PEMIMPIN YANG BERINTEGRITAS

Oleh: Saumiman Saud

Jawab mereka: "Engkau tidak memeras kami dan engkau tidak memperlakukan kami dengan kekerasan dan engkau tidak menerima apa-apa dari tangan siapapun.”
~ Alkitab, 1 Samuel 12:4

Apabila seseorang tidak berbuat salah, maka ia tidak perlu merasa takut. Selama pemerintah di dunia menjalankan pengawasan yang benar, maka orang-orang benar tidak perlu merasa takut. Sebab, yang benar tetaplah benar; kecuali dipersalahkan dengan cara yang diselewengkan. Di kota Gilgal kira-kira 3.000 tahun yang lalu ada seorang yang sungguh berani mempertaruhkan hidupnya di hadapan orang banyak. Orang itu bernama Samuel. Samuel menyampaikan pidato yang bukan sekadar muluk-muluk.

Samsudin Berlian seorang Magister Etika dan Sosial juga seorang Sarjana Teologi di dalam Harian Kompas menuliskan bahwa pada waktu itu Samuel itu tidak berjanji tentang kemajuan ekonomi, politik, dan keamanan. Ia bukan pula mengucapkan berbagai perbaikan diri atas kegagalan yang telah diperbuatnya. Namun, ia justru berkata demikian, “Di sinilah aku berdiri, berikanlah kesaksian menentang aku di hadapan Tuhan. Lembu siapakah yang telah kuambil? Keledai siapakah yang telah kuambil? Siapakah yang telah kuperas? Siapakah yang telah kuperlakukan dengan kekerasan? Dari tangan siapakah telah kuterima sogok sehingga aku harus tutup mata? Aku akan mengembalikannya padamu?”

Mengapa Samuel begitu berani secara gamblang menantang rakyatnya? Apa rahasianya? Mulanya orang Israel mendesak Samuel agar mereka boleh memiliki seorang raja seperti negeri-negeri lain. Sebenarnya, selama ini Samuel sendiri memiliki dua jabatan. Ia sebagai hakim yang memimpin orang Israel sama seperti raja, dan ia juga sebagai nabi. Negeri Israel berlaku sistem pemerintahan theokrasi, artinya Allah sendiri yang memimpin umat Israel secara langsung melalui Samuel.

Pasal 8:1, di sana mencatat bahwa ketika Samuel telah tua, maka anak-anaknya Yoel dan Abia menggantikannya menjadi hakim. Tetapi sayang sekali, anak-anaknya tidak hidup seperti ayahnya. Mereka senantiasa mengejar laba, menerima suap, dan memutarbalikkan keadilan. Itu sebabnya maka tua-tua Israel berkumpul, mereka datang pada Samuel di Roma, dan berkata kepadanya, “Engkau sudah tua, dan anak-anakmu tidak hidup seperti engkau, maka angkatlah sekarang seorang raja atas kami untuk memerintah kami seperti pada segala bangsa lain.”

Kalimat ini sangat mengesalkan hati Samuel. Itu sebabnya Samuel datang kepada Tuhan. Lalu, Tuhan memberikan penghiburan kepadanya, “Bahwa sesungguhnya yang mereka tolak itu bukan engkau tetapi Aku.” Dengan demikian maka Samuel diminta Tuhan untuk mengurapi seorang raja manusia bagi orang Israel . Waktu itu yang terpilih adalah Saul.

Nah, pidato yang disampaikan oleh Samuel justru tatkala ia tidak lagi memegang jabatan. Saat itu Samuel sudah menjadi masyarakat biasa. Ia datang menantang di muka umum. Samsudin Berlian menambahkan bahwa seorang pemimpin yang licik akan menantang rakyatnya pada saat ia sedang berkuasa, sebab saat itu rakyatnya pasti tidak berani menyalahkannya. Sering kita mendengar ABS, Asal Bapak Senang, jadi walaupun sang pemimpin bobrok, brengsek, lebih baik diam saja. Salah berkomentar malah jabatan sendiri terdepak. Samuel tidak demikian, saat ini justru ia tidak berkuasa lagi; jadi terbuka kesempatan bagi rakyat untuk menyelidikinya. Saul raja yang terpilih juga hadir di sana, dan ia bertindak sebagai saksinya.

Memang Samuel bukan orang yang sempurna seratus persen, sebab anak-anaknya tidak menjadi teladan yang baik sebagai hakim. Itu sebabnya di dalam 1 Samuel 12:2 Samuel berkata “Anak-anakku laki-laki ada di antara kamu.” Banyak penafsir yang mengartikan bahwa Samuel itu telah mencabut kedudukan anak-anaknya dengan tegas. Sehingga saat ini anak-anaknya bukan lagi sebagai hakim lagi namun masyarakat biasa yang ada bersama-sama orang Israel. Samuel tidak kompromi, ia juga tidak KKN atau tutup sebelah mata seperti para pemimpin masa kini. Pemimpin masa kini AAUSB? Apa itu? Asal Ada Uang Semua Beres? Berbeda dengan Imam Eli, ia terlalu lemah bertindak terhadap anak-anaknya. Sehingga kesalahannya berlarut-larut.

Satu tantangan bagi setiap orang dan keluarga orang percaya yang memiliki anak-anak. “Berkat Tuhan, kalau tidak dijaga dan dipelihara serta dipakai baik-baik. Akan menjadi malapetaka.” Kecantikan dan uang adalah berkat, bila tidak dipakai secara baik-baik maka akan menimbulkan malapetaka. Demikian juga kepandaian (otak cemerlang) bahkan anak-anak kita. Bila kepandaian tidak terkendali dan mengarah pada takut akan Tuhan, maka malapetaka akan terjadi.

Tahun lalu saya sempat mengunjungi sebuah College di San Jose. Kami membuka stan di sana untuk menyambut anak-anak Indonesia yang baru datang sekolah di San Jose. Dalam rangka itu secara tidak langsung kami juga memperkenalkan pelayanan kaum muda di GII San Jose tentunya. Melalui perbincangan dengan seorang bapak yang kebetulan mengantar anaknya ke sekolah; kami sempat berbicara banyak tentang masalah kehidupan. Memang saya ada bertanya apa usahanya, namun beliau tidak sempat memberitahukan. Tetapi, dari pembicaraan itu saya mengetahui bahwa beliau tinggal di Kalimantan dan memiliki rumah di Surabaya.

Anaknya ada tiga orang, namun semua sudah di Amerika. Dia merasa kesepian sekali, sebab istrinya juga lebih sering di Amerika ketimbang di Indonesia. Setiap Sabtu ia terbang dari Kalimantan ke Surabaya, hanya berkumpul dengan teman-teman, kongkow-kongkow, dan berolahraga. Dia katakan di dunia ini walaupun uangnya banyak, namun tidak bisa berbuat banyak. Dahulu ia berpikir kalau uang banyak maka ia boleh setiap hari berpesta. Namun, kenyataannya uang banyak makan malah harus ditakar dan banyak pantangan. Salah makan maka darah tinggi kambuh.

Saya sempat makan siang bersama dengannya, namun karena keterbatasan waktu saya hanya katakan kalimat singkat padanya, “Bahwa Tuhan Yesus adalah sahabat Anda yang sejati.” Uang banyak akan menjadi malapetaka kalau tidak dipergunakan dengan penuh hikmat dari Tuhan, bukan?

Lihat Amsal 13:24, “Siapa yang tidak menggunakan tongkat, benci kepada anak-anaknya tetapi siapa yang mengasihi anaknya menghajar dia pada waktunya.” Amsal 19:18, “Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya.” Amsal 23:13-14, “Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan. Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati.“

Pada ayat 3 Samuel menantang mereka: Lihatlah tantangannya, “Lembu/keledai siapa yang pernah kuambil? Siapakah yang pernah kuperas/kuperlakukan dengan kekerasan? Dari siapa aku telah merima sogok atau suap?” Saya mengutip apa yang dikatakan Budi Asali yakni kata sogok (bribe) terjemahan hurufiah a covering (penutup adalah sogok/suap untuk menutupi mata hakim terhadap kesalahan seseorang sehingga membenarkan yang salah.

Tantangan Samuel dalam ayat 3 ini mirip dengan tantangan Tuhan Yesus dalam Injil Yohanes 8:6a, “Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?” Ternyata tidak ada seorang pun yang berani menerima tantangan itu. Jawab mereka, “Engkau tidak memeras kami, dan engkau tidak memeperlakukan kami dengan kekerasan dan engkau tidak menerima apa-apa dari tangan siapa pun.” Umat Israel tetap memuji integritas kepemimpinan Samuel. Ia bersih, ia bebas dari kesalahan. Jadi benar sekali apa yang Tuhan katakan bahwa umat Israel bukan menolak Samuel, tetapi mereka menolak Tuhan.

Apa yang bisa kita pelajari dari Samuel ini? Kehidupan manusia itu sifatnya sementara. Pengkhotbah mengatakan semua itu ada waktunya. Saya coba dengan bahasa saya sendiri menguraikannya. Ada waktu untuk bertemu dan ada waktu untuk berpisah. Ada waktu untuk naik dan ada waktu untuk turun. Ada waktu untuk sukses dan ada waktu untuk gagal. Ada waktu untuk hidup dan ada waktu untuk mati. Jadi bukan seberapa lanjutnya usia kita lalu menentukan kita ini hidup berkualitas; tetapi dalam kurun waktu yang diberikan Tuhan untuk kita boleh hidup di dunia ini. Apa yang kita isi di dalam hidup ini?

Salah seorang pemuda di San Francisco, Jumat lalu, bersaksi demikian. Senin siang ia makan di sebuah restoran di downtown. Baru saja ia meneguk segelas Coke, tiba-tiba ia merasa sesak dan dengan cepat ia jatuh tergeletak. Kepalanya bocor karena terbentur meja marmer dan saya lihat oleh dokter dijepretkan beberapa steples. Dalam kesaksiannya ia berkata, waktunya berlangsung cepat sekali, ia tidak sempat bekata-kata, tidak ada pilihan lain kecuali jatuh. Saya coba menyimpulkan bahwa hidup kita yang rentan ini butuh hikmat supaya setiap kita memakai kesempatan yang ada. Hidup bukan mainan yang dapat dimain-mainkan.

Beranikah kita menantang orang-orang sekitar untuk mengecek dan menilai hidup kita? Adakah salahku? Adakah orang-orang yang pernah aku rugikan? Adakah orang yang pernah kusakiti hatinya? Adakah orang-orang yang pernah merasa terhina olehku? Adakah orang-orang yang menemukan kesalahanku? Apakah Anda juga ditemukan seperti Samuel yang bersih dan bebas dari kesalahan? Lalu kita tingkatkan lagi, mungkin kepada manusia kita tidak bersalah, karena kepandaian kita menutupi kesalahan kita. Namun bagaimana di hadapan Tuhan? Beranikah kita bertanya juga pada Tuhan Yesus? Lihat, dan ingat Ia begitu megasihi kita. Ia rela mati untuk kita di atas kayu salib. Ia menyelamatkan kita dari dosa-dosa. Beranikah kita datang padanya dan manantang? Tuhan Yesus, apakah aku setia pada-Mu? Tuhan Yesus apakah dalam pelayananku masih ada motivasi buruk yang terselubung? Tuhan Yesus apakah aku lebih mengutamakan engkau atau hal-hal lain?[sas]

* Saumiman Saud adalah penulis buku-buku rohani, pemerhati, dan pendeta yang saat ini berdomili di kota Lynnwood, Washington. Dapat dihubungi via email saumiman@gmail.com.

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman