Senin, 22 September 2008

BELAJARLAH UNTUK SELAMANYA

“Learning is like rowing against the current, as soon as you stop, you are swept back. – Belajar layaknya berenang melawan arus. Bila Anda berhenti seketika itu pula Anda akan terdorong ke belakang.”
~ Confucius

Ungkapan Confucius menegaskan agar kita tidak berhenti belajar. Seseorang yang berpotensi besar mempunyai masa depan cerah di era globalisasi modern ini adalah mereka yang menguasai ilmu pengetahuan. Hanya dengan belajar atau selalu memperbanyak bendahara ilmu pengetahuan maka proses pertumbuhan dalam kehidupan kita dapat terus berlangsung. “Meski miskin seorang yang berilmu akan tetap berharga,” demikian tandas Iukuzawa Yukichi (1835-1901) yang hidup di zaman Sakoku (Isolasi). Untuk itu coba kita perhatikan beberapa langkah agar semangat dan kemauan belajar kita terus berkobar.

Yang pertama adalah menanamkan dalam pikiran kita bahwa ilmu pengetahuan itu sangat penting berapapun usia dan bagaimanapun keadaan kita. Seiring dengan perubahan sebagai hasil dari inovasi tehnologi, maka masalah juga akan terus berkembang. Karena itulah kita perlu belajar untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan agar dapat mengatasi persoalan-persoalan yang terus berkembang tersebut dengan lebih baik.

Dari sebuah berita di media cetak saya membaca kisah tentang seorang tokoh lansia bernama Plaut. Meskipun sudah berusia 88 tahun tetapi ia tidak kehilangan semangat untuk belajar teologi, sejarah dan bahasa Perancis di Universitas Toronto. Selama 12 tahun menempuh pendidikan, ia dinyatakan lulus pada tanggal 11 Juni 1990, di usianya yang ke 100 tahun. Saat diwisuda, ia dinyatakan sebagai alumni berusia tertua.

Dari sebuah media elektronik nasional diberitakan tentang Mansur yang mengikuti ujian kesetaraan paket B pada tanggal 26 Juni hingga 28 Juni 2007. Dengan kendaraan pinjaman tetangga, Mansur, ayah dua anak itu, bersama rekan yang lain berangkat ke pusat belajar-mengajar Bintang Terang Jagakarsa, Jakarta Selatan. Mansur dan 238 peserta ujian lainnya bertekad untuk mengubah hidup.

Berita lain juga menyebutkan tentang para narapidana yang masih bersemangat menuntut ilmu. Di Lembaga Pemasyarakatan Parepare, Sulawesi Selatan, terdapat 38 narapidana baru-baru ini mengikuti ujian paket A atau setara sekolah dasar. Belasan penghuni LP Sukabumi, Jawa Barat juga serius saat mengikuti ujian paket A. Di Lapas Muara Padang, Sumatara Barat terdapat sekitar 28 napi mengikuti ujian paket B atau setara sekolah menengah pertama. Bagi mereka, tidak ada kata terlambat untuk belajar.

Semangat mereka masih tinggi untuk terus belajar, karena mereka merasa perlu untuk meningkatkan ilmu pengetahuan. Semangat untuk belajar juga dapat terus kita pupuk bila kita memiliki kerendahan hati. Contohnya Confucious pada 2.500 tahun yang lalu menyatakan, “Di antara 3 orang berkumpul pasti ada seorang yang bisa menjadi guruku.” Dunia sudah mengakui dirinya sebagai seorang filosof yang jenius, tetapi ungkapan tersebut menunjukkan kerendahan hatinya yang masih merasa perlu untuk terus belajar.

Sementara itu, kesediaan belajar tanpa tujuan yang jelas justru menyia-nyiakan waktu dan mengurangi antusiasme belajar. Karenanya tetapkan fokus untuk mempelajari bidang tertentu dalam rentang waktu tertentu pula. Misalnya jika tahun ini Anda ingin mendalami ilmu pengetahuan tentang kepemimpinan, maka Anda akan berusaha mencari sumber informasi tentang segala hal yang berkaitan dengan ilmu kepemimpinan entah melalui internet, buku, seminar dan lain sebagainya.

Dengan demikian, Anda akan mengetahui banyak hal secara mendalam tentang materi yang sedang Anda pelajari. Semakin banyak yang Anda ketahui akan membuat Anda termotivasi untuk menggali informasi lebih dalam lagi. Sebagaimana sebuah pepatah bijak menyebutkan, “The more you know, the less you get. – Semakin Anda mengetahui, maka Anda semakin merasa tidak mengerti.”

Selanjutnya miliki sikap konsisten dengan apa yang sudah dipelajari. Sebuah ilmu pengetahuan sebaik apapun hanya akan menjadi wacana yang sia-sia dan tidak berpengaruh terhadap semangat belajar jika tidak kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jim Rohn mengemukakan tentang pentingnya menerapkan ilmu pengetahuan yang kita ketahui.

“We must learn to apply all that we know so that we can attract all that we want. – Kita harus belajar untuk menerapkan apa yang kita ketahui, sehingga kita dapat menarik segala sesuatu yang kita inginkan,” ungkapnya.

Demikian pula kata Confucius, “The essence of knowledge is, having it, to apply it; not having it, to confess your ignorance. – Nilai ilmu pengetahuan adalah dengan memiliki dan menerapkannya, bukan sekedar memilikinya untuk memenuhi ketidaktahuan saja.”

Kita akan mencapai kemajuan pesat di segala bidang bila kita konsisten menerapkan ilmu pengetahuan yang kita miliki. Ilmu pengetahuan tentang mode, politik, keagamaan, tehnik, dan lain sebagainya tak hanya menjadi wacana di pusat-pusat pendidikan. Dengan melaksanakan semua ilmu pengetahuan yang kita miliki kedalam kehidupan sehari-hari, maka semangat belajar kita akan terus meningkat.

Selain cara-cara yang saya uraikan di atas, sebenarnya masih banyak cara lain yang dapat kita tempuh untuk menjaga semangat belajar kita. Yang terpenting adalah tetap mengupayakan belajar kapanpun dan bagaimanapun kondisi kita agar ilmu pengetahuan atau wawasan dan kualitas berpikir kita senantiasa lebih baik. Dengan demikian, kita tak hanya mampu melakukan tindakan-tindakan yang relevan dengan perubahan yang terus terjadi tetapi juga mampu menjangkau cita-cita tertinggi.[aho]

* Andrew Ho adalah seorang pengusaha, motivator dan penulis buku-buku bestseller. Kunjungi websitenya di : www.andrewho-uol.com.

MENJADI PEMIMPIN SEJATI

“Seorang pemimpin adalah seseorang yang melihat lebih banyak dari pada yang dilihat orang lain, yang melihat lebih jauh dari pada yang dilihat orang lain, dan yang melihat sebelum yang lainnya melihat.” Levoy Eims, penulis buku Be The Leader You Were Meant To Be.

Levoy Eims mencoba memberikan gambaran tentang seorang pemimpin sejati. Kita semua sangat membutuhkan seorang pemimpin sejati guna membangun budaya positif, kemajuan dan prestasi dalam berbagai bidang kehidupan; misalnya dalam bisnis, organisasi atau sosial masyarakat. Melalui kisah tentang dua orang penjelajah kutub selatan berikut ini kita akan mencoba meneladani bagaimana sosok pemimpin sejati yang sesungguhnya.

Dikisahkan bahwa kutub utara telah berhasil ditahklukkan pada tanggal 6 April 1909 oleh kelompok penjelajah pimpinan Robert E. Peary (1856-1920) asal Amerika. Berita tentang keberhasilan penjelajahan tersebut segera tersebar ke seluruh penjuru dunia. Dua orang diantaranya tertarik untuk menahlukkan kutub selatan, yaitu Roald Amundsen (1872-1928) dari Norwegia dan seorang pejabat angkatan laut Inggris, Kapten Robert Falcon Scott.

Kedua orang tersebut berkeinginan untuk mencapai kutub selatan dari rute yang berbeda. Dikisahkan bahwa tim penjelajah dibawah pimpinan Roald Amundsen berhasil mencapai kutub selatan pada tanggal 14 Desember 1911, atau satu bulan lebih cepat dari tim penjelajah pimpinan Robert Falcon Scott. Selanjutnya tim penjelajah pimpinan Amundsen berhasil kembali pulang dengan selamat. Sedangkan berita menyedihkan datang dari tim penjelajah pimpinan Scott, karena semua anggota tim termasuk dirinya sendiri tewas dalam perjalanan pulang dari kutub selatan.

Mengapa dapat terjadi, dua tim yang sama-sama menghadapi tantangan berat selama menembus kutub selatan mencapai hasil yang bertolak belakang? Banyak kalangan menilai bahwa kegagalam tim Scott maupun keberhasilan tim Amundsen sangat ditentukan oleh pola kepemimpinan masing-masing diantara mereka. Dari sanalah kita mencoba mencermati bagaimanakah pola kepemimpinan masing-masing diantara mereka untuk mengetahui apakah mereka termasuk pemimpin yang ideal atau tidak.

Di Inggris, Scott dikenal mempunyai kemampuan memimpin yang luar biasa. Visi dan misi yang ingin ia capai bersama tim penjelajah juga jelas, yaitu mencapai kutub selatan dan pulang dengan membawa keberhasilan. Untuk mencapai visi dan misi tersebut ia juga melakukan berbagai persiapan.

Diceritakan bentuk persiapan Scott antara lain adalah menyediakan sebuah kereta luncur bermesin ditambah dengan beberapa ekor anak kuda. Ia bersama timnya juga menyediakan pos-pos persediaan makanan di sepanjang rute yang akan mereka lalui. Tetapi bagaimana kelanjutan kisah mereka dan penyebab utama sehingga semua anggota tim termasuk Scott sendiri tewas dalam perjalanan pulang dari kutub selatan?

Semua kisah dan kendala yang harus mereka hadapi terungkap dalam surat-surat tulisan Scott yang diketemukan di dalam tubuhnya beberapa bulan setelah kematiannya. Surat-surat tersebut kemudian disimpan oleh Philippa Scott, putra tunggal Scott. Philippa Scott yang meninggal dunia pada tahun 1989 itu menghadiahkan surat-surat milik Scott kepada Scott Polar Research Institute di Universitas Cambridge.

Scott Polar Research Institute di Universitas Cambridge memamerkan surat-surat Scott kepada khalayak umum pada tanggal 17 Januari 2007. Dalam surat tersebut diketahui bahwa kendala serius mulai muncul ketika kereta luncur bermesin itu rusak pada hari ke-5 penjelajahan dimulai. Scott menulis bahwa cadangan tenaga dari anak-anak kuda tak lagi dapat diandalkan. Pasalnya, anak-anak kuda itu tak mampu bertahan dalam cuaca dingin, sehingga anggota tim Scott terpaksa membunuh anak-anak kuda itu di kaki gunung Transantarctic.

Setelah itu semua anggota tim terpaksa bahu-membahu menarik kereta luncur seberat 200 pon. Sementara pos-pos persediaan makanan yang sudah dipersiapkan ternyata lokasinya sangat sulit dijangkau. Tim Scott benar-benar kesulitan menemukan pos-pos makanan itu. Sehingga tenaga mereka terkuras.

Sedangkan cuaca yang sangat dingin menyebabkan stamina tim penjelajah pimpinan Scott menurun drastis. Terlebih mereka kurang memperhitungkan kesiapan peralatan penjelajahan, terutama kaca mata. Tak mengherankan jika dalam penjelajahan tersebut anggota tim Scott mengalami kendala kesehatan serius, misalnya; dehidrasi, mata hampir buta, kedinginan, kelaparan, dan keracunan dalam darah.

Di sisi lain, Amundsen sebagai pemimpin juga mempunyai visi yang jelas dan tidak berbeda dengan visi yang ingin dicapai tim Scott. Bedanya, Amundsen melakukan perencanaan yang sangat teliti dan persiapan yang matang, termasuk mempelajari metode-metode kaum Eskimo serta penjelajah Arctic lain yang sudah berpengalaman. Salah satu bentuk persiapan mereka antara lain adalah kereta luncur yang ditarik oleh beberapa ekor anjing. Kekuatan anjing-anjing itu dalam sehari maksimal hanya 6 jam atau sekitar 20 mil perjalanan.

Tim pimpinan Amundsen juga menyiapkan pos-pos yang menyediakan makanan dan minuman cukup banyak dan lokasinya mudah dijangkau. Dengan demikian, tim Amundsen tidak kesulitan mendapatkan persediaan makanan di sepanjang perjalanan. Lagipula mereka tak perlu membawa beban terlalu berat. Selain itu, Amundsen melengkapi timnya dengan peralatan penjelajahan terbaik dan lengkap.

Dari sana kita dapat melihat bahwa sudah menjadi tugas pemimpin untuk menentukan arah tim atau organisasi yang ia pimpin. John C. Maxwell mengatakan, “Ibaratnya siapapun dapat mengemudikan kapal, namun hanya pemimpin yang dapat menentukan arahnya.” Sosok pemimpin seperti Amundsen maupun Scott sebenarnya sudah mampu memainkan peran mereka sebagai pimpinan, terbukti mereka berdua sudah mampu merumuskan visi dan misi yang hendak mereka capai.

Tetapi seorang pemimpin tak hanya perlu menciptakan visi dan misi, melainkan merumuskan realita yang ada, termasuk kekurangan dan kekuatan yang ada dalam tim, organisasi, negara dan lain sebagainya. Selain itu, seorang pemimpin ideal akan sangat menghargai perbedaan maupun kekurangan masing-masing fungsi sekaligus menciptakan harmonisasi sehingga elemen-elemen yang ada saling mensinergi kemajuan. Seorang pemimpin juga dituntut untuk peka dan mampu memperhitungkan segenap potensi yang ada untuk menciptakan pertumbuhan dan merealisasikan visi dan misinya menjadi kenyataan.

Scott tidak mempunyai kualitas sebagai pemimpin ideal sebagaimana disebutkan di alenia di atas. Ia tidak peka dan tidak mampu mengharmoniskan potensi yang ada di dalam timnya untuk mencapai visi dan misi. Dikisahkan sesaat sebelum berangkat, Scott secara sepihak memutuskan menambah satu orang, yaitu rekannya sendiri, kedalam tim penjelajahan menjadi 5 orang. Padahal bekal ketersediaan bahan makanan tim tersebut hanya cukup untuk 4 orang.

Meskipun mereka berhasil mencapai kutub selatan pada tanggal 17 Januari 1912, tetapi kondisi kesehatan para anggota tim Scott sangat lemah dan kelaparan. Melihat kondisi seperti itupun Scott masih berkeras agar timnya membawa pulang 30 pon spesimen geologi. Tindakan Scott itu jelas semakin membebani para anggota timnya, sekaligus membuktikan bahwa ia bukanlah pemimpin yang cukup peka. Padahal kepekaan terhadap kerinduan, keinginan, harapan dan kemauan para anggota tim merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam memimpin.

Tindakan Scott yang tidak peka benar-benar fatal hingga menewaskan semua anggota tim termasuk dirinya sendiri. Dalam sebuah cacatan harian, Scott menuliskan penyesalannya, “It is a terrible disappointment, and I am very sorry for my loyal companions. – Ini merupakan kekecewaan yang begitu dalam, dan saya sangat menyesalkan tindakan saya terhadap rekan-rekan yang sudah begitu setia (para anggota dalam tim penjelajahannya).” Tragedi yang menimpa semua anggota tim diakibatkan Scott lebih mengutamakan egonya sendiri. Hal itu mencerminkan ketidakmampuan Scott menjadi pemimpin sejati.

Kesimpulan tentang kualitas pemimpin ideal sebenarnya senada dengan pendapat Patricia Patton, seorang konsultan profesional. “It took a heart, soul and brains to lead a people ……, - Untuk memimpin orang lain dibutuhkan totalitas pengabdian dengan segenap hati, jiwa, dan pikiran,” katanya. Dengan demikian seorang pemimpin sejati tak hanya harus memiliki kecerdasan intelektual, melainkan kecerdasan emosional.

Daniel Goleman kemudian mengelompokkan tipe pemimpin kedalam 6 golongan, yaitu visionary (memiliki visi), coaching (mendidik), affiliate (mengedepankan keharmonisan dan kerja sama), democratic (menghargai pendapat orang lain), pacesetting (memberikan contoh dan tindakan), commanding (tegas dan berani mengambil resiko). Namun tipe pemimpin paling ideal menurutnya adalah mereka yang mampu menerapkan ke-6 tipe tersebut sesuai dengan kebutuhan secara benar dan tepat.

Selama ini kualitas pemimpin sejati dianggap sebagai bakat yang tumbuh dalam diri seseorang secara alamiah. Tetapi sebenarnya kemampuan menjadi pemimpin sejati dapat dilatih, khususnya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi, berpikir dan bertindak positif, membangun jaringan dan kerjasama, menetapkan target-target, berempati, dan lain sebagainya. Artinya, siapapun dapat tampil sebagai pemimpin sejati yang menjadi dambaan semua orang dan berperan siginifikan sebagai pelopor untuk membangun kehidupan kita semua, asalkan ada kemauan dan upaya yang sungguh-sungguh untuk melatih diri misalnya melalui seminar, pelatihan, belajar dari pemimpin yang sukses maupun sejarah kebijakan mereka dan lain sebagainya.[aho]

* Andrew Ho adalah penulis buku bestseller, motivator, dan pengusaha.

CARA MUDAH MENJALANI KEHIDUPAN

“We spend too much time making a living and too little time making and living. – Kita menghabiskan terlalu banyak waktu untuk memenuhi tuntutan kehidupan tetapi terlalu sedikit waktu untuk menikmati hidup dan menjadikannya lebih berarti.”
~ Rachei Dillon

Kita memang sering terjebak dengan bermacam kesibukan dan tak sempat menikmati kehidupan ini atau menjadikannya lebih berarti. Sehingga hidup ini serasa melelahkan. Untuk itu saya menulis sebuah buku yang membahas solusi mempermudah kehidupan, berjudul Simplify Your Life With Zen. Tidak saya sangka, para pembaca menyambut hangat kehadiran buku tersebut.

Kemudian muncul banyak pertanyaan. Intinya mereka menanyakan apakah mungkin kita menjalani kehidupan dengan mudah di jaman yang serba sulit ini? Jawabnya kita sangat mungkin menjalani hidup dengan mudah, asalkan kita memahami dan mengerti caranya.

Langkah pertama untuk menjalani kehidupan dengan mudah adalah sesering mungkin bersyukur kepada Tuhan YME atas segala karunia yang sedang kita nikmati saat ini. Jangan selalu berkeluh-kesah tentang apa-apa yang tidak kita miliki. Banyak bersyukur kepada Tuhan YME akan membantu kita mendapatkan optimisme dan semangat untuk menjangkau impian yang belum berhasil kita wujudkan.

Rasa syukur terhadap Tuhan YME adalah sumber aura positif yang akan tercermin dalam sikap dan kalimat-kalimat kita. Aura positif tersebut merupakan magnet yang akan menarik segala sesuatu yang positif pula. Sehingga hal itu akan sangat mempengaruhi tingkat mudah dan tidaknya kita menjalani kehidupan ini.

Langkah kedua yang dapat memudahkan kita dalam menjalani kehidupan ini adalah tidak memaksakan diri seperti orang lain. Berbesarlah hati menerima bagaimanapun kondisi kita dengan segala tanggung jawab yang harus kita jalankan. Itu bukan berarti kita tak berusaha untuk mencapai hidup yang lebih baik, melainkan agar kita lebih mudah memfokuskan diri hanya untuk menunaikan tanggung jawab sebaik mungkin agar dapat menuai hasil semaksimal mungkin.

Sementara itu, sebagai manusia yang tak lepas dari kesalahan dan kekurangan, dalam kehidupan sehari-hari sering pula terbersit pikiran negatif. Jika hal itu terjadi, segeralah mengenyahkan pikiran negatif yang terlintas di dalam benak kita, agar kita senantiasa melihat sisi positif atau manfaat dibalik kejadian atau situasi yang sedang kita hadapi. Karena pikiran negatif itu hanya akan membebani langkah kita dalam menjalani kehidupan ini.

Kemudian belajarlah untuk ikhlas melepaskan apa yang sudah pernah kita miliki, setelah kita puas berupaya maksimal. Hidup akan terasa lebih ringan jika kita menerima penurunan kondisi fisik akibat bertambahnya usia, penurunan omset bisnis akibat berbagai gejolak krisis, berkurangnya respon dari orang lain karena sudah memasuki masa pensiun, dan lain sebagainya. Hiduplah dalam realitas diri kita dengan lapang dada, dan jangan menganggapnya sebagai coban hidup yang berat. Dengan cara itu, hidup kita akan terasa lebih ringan dijalani.

Segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang abadi, kecuali perubahan itu sendiri. Sehingga kita harus mempunyai kemauan untuk terus belajar banyak hal melalui berbagai cara, misalnya lewat internet, orang lain, seminar, buku dan lain sebagainya. Jika kita mempunyai ilmu atau wawasan yang lebih luas, maka sikap kita akan lebih terbuka dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan. Sehingga kita tak hanya mudah menjalani kehidupan, melainkan menjadikan segala sesuatu dalam kehidupan kita menjadi jauh lebih baik.

Faktor lain yang dapat meringankan langkah kita dalam menjalani kehidupan ini adalah memiliki hubungan sosial yang baik dan luas. Bahkan dikatakan bahwa dalam jaringan sosial yang baik dan luas tersimpan berbagai peluang yang menguntungkan dan memungkinkan kita untuk mewujudkan bermacam impian. Sehingga langkah lain yang harus kita tempuh agar lebih mudah menjalani kehidupan ini adalah menciptakan hubungan sosial yang baik dengan siapa pun dan tanpa tendensi apa pun.

Sementara itu, luangkan waktu untuk bersama dan memberikan perhatian kepada orang-orang tercinta. Curahan kasih sayang bersama orang-orang tercinta dalam berbagai aktifitas sederhana sekalipun, misalnya; saat makan, berkebun, bermain dengan anak-anak, membantu pasangan menyelesaikan tugas, merupakan sumber kedamaian dan keteduhan. Pengalaman menyenangkan selama beraktifitas dengan orang-orang tercinta akan menjadi inspirasi dan semangat baru yang meringankan langkah-langkah kita dalam menjalani kehidupan ini.

Jangan pula membiarkan stres atau depresi menggangu kesehatan dan ketentraman hidup kita. Hal itu akan menjadikan kehidupan kita serasa berat dan sulit. Oleh sebab itu, luangkanlah waktu untuk beribadah mendekatkan diri kepada Tuhan YME atau bermeditasi untuk introspeksi diri atau mengevaluasi langkah-langkah yang sudah kita lakukan. Kekuatan spiritual merupakan sumber kedamaian dan kebahagiaan hakiki, sehingga kita mampu bersikap lebih tabah, sabar, tenang dan optimis dalam menjalani kehidupan dengan langkah-langkah yang lebih baik.

Sebenarnya masih banyak langkah-langkah memudahkan kita menjalani kehidupan ini, yang secara garis besar menekankan pada keseimbangan kekuatan intelegensi, emosional dan spiritual serta keseimbangan pemenuhan kebutuhan materi, kesehatan, maupun hubungan sosial. Tetapi bila kita konsisten hanya dengan melaksanakan ke-9 langkah di atas, dipastikan kita dapat menjalani kehidupan ini dengan mudah. Lakukan saja tanpa menunda, dan rasakan dalam waktu relatif singkat kehidupan ini terasa jauh lebih mudah.[aho]

* Andrew Ho adalah seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku best seller.Kunjungi websitenya di : www.andrewho-uol.com.

MENYIKAPI ERA DAN KEBUTUHAN INFORMASI

“We are drowning in information and starved for knowledge. – Kita tenggelam dalam informasi dan haus akan ilmu pengetahuan,”
~ Anonymous

Di zaman yang penuh gerak ini, perubahan dapat terjadi dalam waktu sangat cepat. Informasi menjadi sesuatu yang sangat penting. Tanpa informasi, berupa data, info atau pengetahuan dan lain sebagainya sesuai dengan kebutuhan masing-masing, maka kita akan kesulitan menentukan keputusan paling tepat. “As a rule, he or she who has the most information will have the greatest success in life. – Sudah menjadi aturan main, siapapun yang mempunyai informasi terbanyak akan mencapai kesuksesan besar dalam hidupnya,” kata Benjamin Disraeli.

Karena itu informasi terus diburu sebagai upaya menciptakan solusi. Saya pun selalu berusaha mendapatkan informasi terbaru dalam hampir setiap aktivitas yang saya lakukan. Contohnya dalam aktivitas berolah raga di atas treadmill di sebuah pusat kebugaran. Saat itu di depan saya terpampang 10 buah televisi yang menyiarkan program tayangan dari 6 channel televisi Indonesia. Selama ini saya memperhatikan tayangan televisi lokal kurang berkualitas. Saya sangat prihatin karena mayoritas tayangan-tayangan tersebut tidak bersifat mendidik, tidak memberikan inspirasi yang mencerahkan paradigma berpikir dan berperilaku.

Contohnya banyak sekali tayangan sinetron yang tidak layak untuk dikonsumsi terus menerus, karena sering menampilkan konflik, kekerasan dan gaya hidup serba mewah dan lain sebagainya yang tidak bersifat menyejukkan dan memotivasi. Jelas tayangan-tayangan tersebut tak hanya dikonsumsi orang dewasa, melainkan anak-anak dan remaja. Lalu bagaimana dengan nasib generasi muda kita?

Sebuah pepatah bijak menyebutkan, “Dari kondisi lalu lintas di ibu kota sesuatu negara dan program televisinya, maka kita sudah dapat menerka bagaimana masa depan bangsanya.” Keprihatinan saya muncul karena masa remaja adalah periode yang sangat penuh dengan gejolak dan tidak memiliki konsep diri yang kuat. Informasi dari tayangan-tayangan yang tidak bermutu dapat mempengaruhi pikiran bawah sadar mereka. Lambat laun sistem kepercayaan dan nilai hidup mereka dapat terpolusi, menjadi rapuh dan tidak kreatif.

Padahal banyak sekali informasi positif yang dapat digunakan untuk membangun kualitas mental kita dan para generasi muda di era informasi yang serba cepat ini. Contohnya menonjolkan tayangan-tayangan yang menampilkan keharmonisan, kekeluargaan, semangat, maupun menampilkan kisah nyata bagaimana para anak bangsa itu mempersiapkan diri hingga berhasil berprestasi di bidang tertentu. Saya kira tayangan-tayangan seperti itu lebih menarik dibandingkan prestasi tokoh fiktif di sinetron.

Menyikapi hal itu, alangkah baiknya jika kita bersikap lebih selektif dalam memilih informasi. “The most successful people in life are generally those who have the best information. – Orang-orang yang sukses umumnya adalah mereka yang mempunyai informasi terbaik,” kata Benjamin Disraeli. Jangan menelan semua informasi secara mentah-mentah. Pilihlah informasi dari media cetak maupun elektronik yang betul-betul bermanfaat bagi kita untuk meningkatkan keunggulan.

Keunggulan adalah modal keberhasilan kita. Seiring pertambahan manusia dan berinovasi yang terus menerus, maka persaingan akan semakin ketat. Jika kita tidak terus menerus mengembangkan bidang keunggulan yang kita miliki, maka kita akan tergilas oleh perubahan yang serba cepat dalam era informasi itu sendiri.

Menyikapi informasi yang sangat bebas bergerak di dunia cetak maupun elektronik, sebagai orang tua kita harus berusaha menciptakan hubungan yang dekat bersama anak-anak. Hanya dengan kedekatan dengan anak-anak yang akan membantu kita untuk mengarahkan mereka menyikapi berbagai informasi yang ada secara lebih jernih atau mengarahkan mereka mendapatkan informasi paling tepat sesuai dengan kebutuhan.

Secara garis besar saya ingin menyimpulkan agar kita lebih berhati-hati atau selektif dalam memilih informasi betapapun kita sangat membutuhkannya. “In your thirst for knowledge, be sure not to drown in all the information – Dalam hasratmu yang begitu besar untuk menguasai ilmu pengetahuan, pastikan untuk tidak tenggelam dalam semua informasi yang ada,” kata Anthony J. D'Angelo. Pilihlah informasi hanya yang bermanfaat untuk meningkatkan keunggulan kita. Jika mayoritas masyarakat sudah sangat selektif dan menghendaki perubahan, tentu kualitas tayangan atau informasi yang ada sekarang ini akan ikut berubah. Bukankah masyarakat pada dasarnya adalah juri yang sangat menentukan?[aho]

*Andrew Ho adalah seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku best seller.Kunjungi websitenya di : www.andrewho-uol.com.

MENJADI PEMASAR SUKSES DENGAN 3P

“He who reigns within himself, and rules passions, desires, and fears, is more than a king. – Mereka termasuk orang-orang yang lebih baik dibandingkan raja, karena dapat mengontrol diri mereka sendiri, mampu mengarahkan keinginan ke arah yang positif, dan pandai mengendalikan ketakutan mereka.”
~ John Milton

John Milton menandaskan bahwa kesuksesan benar-benar membutuhkan kesiapan mental dan optimisme, meliputi semangat, keuletan dan kesabaran. Ketiga hal itu dapat dipupuk melalui berbagai cara, misalnya melalui keluarga, lingkungan sosial yang kondusif, maupun dari berbagai sarana misalnya dari film. Dua film berikut ini berasal dari kisah nyata dan telah menjadi inspirasi banyak orang untuk meraih keberhasilan khususnya di bidang pemasaran.

Dalam sebuah film berjudul Door To Door (2002) dikisahkan tentang seorang tokoh bernama Bill Porter. Ia dilahirkan dengan cacat bawaan bernama cerebral palsy, di antaranya ia mengalami gangguan fungsi tangan kanan dan berjalan pincang. Ia pun sulit berbicara, dan kalaupun dapat berbicara selalu meneteskan air liur. Tetapi dengan penuh kasih sayang ibunya selalu memberikan motivasi. Alhasil, meskipun tumbuh menjadi pemuda yang cacat, tetapi Bill Poter mempunyai ketekunan, kesabaran, dan semangat yang tinggi.

Hanya bermodal semangat, Bill Poter memberanikan diri melamar pekerjaan sebagai seorang pemasar di sebuah perusahaan terkenal, The Watkins. Dengan tegas pihak perusahaan menolak lamarannya. Mereka menjadikan keterbatasan fisik Bill Poter sebagai alasan.

Tak ingin mengecewakan sang ibu, Bill Poter berusaha menawarkan diri menjadi pemasar di wilayah yang tidak diinginkan pemasar lainnya. “Apalah ruginya jika Anda memberi saya lokasi yang tidak berpotensi?” katanya pada saat menawarkan diri. Pihak perusahaan melihat semangat dalam diri Bill Poter, sehingga ia pun diterima bekerja di perusahaan tersebut.

Dengan penuh kesabaran, ketekunan dan semangat ia menekuni profesinya. Setiap hari Bill Porter naik bus menuju wilayah pemasaran yang dimaksud. Kemudian ia berusaha mencari dan melayani konsumennya, meskipun untuk itu ia harus berjalan kaki sepanjang 8 sampai 10 mil.

Dalam menjalankan tanggung jawab sebagai seorang pemasar, ia pun berusaha menjalin hubungan baik dengan penduduk di wilayah pemasarannya. Kesabaran dalam menjalin hubungan baik menjadikan dirinya semakin mengenal penduduk di wilayah tersebut. Dengan mudah pula ia mendapatkan akses informasi, misalnya tentang Peter yang sudah pindah ke kota lain, anak perempuan Stephen yang sudah menikah dengan putra keluarga John dan lain sebagainya.

Tak nampak sedikit pun rasa lelah di wajahnya. Meskipun ia dihadapkan pada berbagai bentuk tantangan, misalnya berupa penolakan, kritik, cemooh, dan kerasnya persaingan. Ia menjalani semua itu dengan senang hati, seperti yang telah diajarkan oleh ibunya.

Ia begitu tekun, sabar dan bersemangat menjalankan profesinya. “I like to be a salesman. – Saya senang menjadi salesman!” kata Bill Poter. Pada saat ia dirawat di sebuah rumah sakit pun, Bill Porter masih berusaha menawarkan produk kepada seorang pasien di sebelah ranjangnya.

Ada sebuah kisah menarik dalam perjuangan Bill Poter memasarkan produk. Seorang calon konsumen memberinya sebuah hadiah sebagai bentuk rasa iba atas kondisinya. Tetapi, dengan halus Bill Poter menolak pemberian tersebut. “Saya adalah seorang salesman bukan pengemis yang sedang meminta belas kasihan,” katanya. Dapat kita lihat bahwa cacat fisik yang ia derita sama sekali tidak membuatnya mengurangi ketekunan dan semangat juang Bill Poter atau berusaha meminta belas kasihan orang lain.

Dengan modal ketekunan, kesabaran, dan semangat juang yang sangat tinggi ia berhasil menjadi pemasar yang cukup sukses. Ia mendapatkan sebuah penghargaan The Best Salesman of The Year dari The Watkins sebagai sales terbaik. Ia juga mendapatkan penghargaan dari The National Council on Communicative Disorders yang saat itu disampaikan oleh John Glenn pada tahun 1998. Kisahnya bahkan pernah dimuat dalam majalah The Readers’ Digest.

Tak ada yang istimewa dalam diri Bill Poter, selain kekurangan pada fisiknya yang cacat. Tetapi ia memiliki ketekunan, kesabaran dan semangat yang begitu besar untuk terus mencoba, dan telah menjadi modal utama keberhasilannya. “Most of the important things in the world has been accomplished by people who have kept on trying when there seemed to be no hope at all. – Sebagian besar hal-hal penting di dunia ini diciptakan oleh orang-orang yang terus mencoba meskipun realitas semula tak menampakkan harapan sama sekali,” kata Dale Carnegie. Bahkan sampai saat ini, di usianya yang telah mencapai 75 tahun, Bill Poter masih saja aktif menjalankan profesinya melalui internet.

Semangat, ketekunan, dan kesabaran merupakan modal utama kesuksesan Bill Poter. Ketiga faktor itu pula menjadi modal keberhasilan Chris Gardner, seorang tokoh dalam sebuah film berjudul The Pursuit of Happiness (2006). Film yang dibintangi oleh Will Smith dan anak kandungnya sendiri, Jaden, merupakan kisah nyata.

Dikisahkan sumber penghasilan Chris Gardner hanyalah berasal dari keuntungan penjualan produk kesehatan. Tetapi penghasilannya jauh dari cukup, sehingga memicu konflik dengan istrinya. Sang istri meninggalkan Chris Gardner dan putranya untuk mencari pekerjaan di New York. Selanjutnya Chris Gardner terpaksa bekerja sambil mengasuh anaknya.

Kemudian Chris magang di sebuah perusahaan saham. Selama 6 bulan bekerja dalam masa percobaan, Chris sama sekali tidak mendapatkan gaji. Padahal persaingan kerja yang begitu ketat belum tentu memberinya kesempatan menjadi pegawai tetap di perusahaan tersebut.

Tak hanya itu, Chris kerap direndahkan. Atasannya sering meminta Chris melakukan pekerjaan seorang pembantu, misalnya menyediakan kopi dan makanan, atau mencarikan tempat parkir mobil. Tetapi ia menjalani semua itu sebaik mungkin, tanpa keluhan atau rasa letih.

Sementara untuk menghidupi anak dan dirinya sendiri ia terpaksa menjual barang-barang dagangannya berupa alat-alat kesehatan. Tetapi hasil penjualan itu tak dapat menutupi kebutuhan sewa kamar, sehingga ia diusir dan terpaksa bermalam di kamar kecil di stasiun kereta api bersama anaknya yang berusia 5 tahun. Jika sedang mujur, terkadang ia mendapatkan tempat menginap sementara di sebuah rumah singgah milik pemerintah.

Hanya dengan kesabaran, keuletan, dan semangat yang tinggi Chris mampu bekerja dengan baik. Kemudian ia diangkat menjadi salah seorang pialang saham di perusahaan tersebut. Dengan ketiga faktor itu pula ia mencoba merintis karirnya hingga mampu mencapai kesuksesan luar biasa di Chicago, USA.

“You got a dream, you got to protect it. People tell you, you can’t do something, it’s because they can’t do it. You want something, go get it! – Jika kamu mempunyai impian, maka kamu harus menggenggam impianmu itu erat-erat. Orang lain dapat menilai dirimu tak akan mampu melakukan sesuatu, itu karena mereka sendiri tak dapat melakukannya. Jika kamu menginginkan sesuatu, maka segera wujudkan!” begitu kata Chris pada suatu hari kepada anaknya. Chris telah menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat luas di Amerika dan sempat diundang dalam acara Oprah Winfrey Show.

Bill Porter dan Chris Gardner tidak mempunyai kelebihan khusus, kecuali memiliki kualitas 3 P (passion/semangat, patience/kesabaran, dan persistence/keuletan). “You're not obligated to win. You're obligated to keep trying to do the best you can every day. – Anda tidak diminta untuk selalu menang. Tetapi setiap hari Anda hanya bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik,” kata Marian Wright Edelman. Dengan ketiga faktor itu mereka mampu melakukan pekerjaan sebaik mungkin dan mendapatkan hasil maksimal.[aho]

*Andrew Ho adalah seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku best seller.Kunjungi websitenya di : www.andrewho-uol.com.

PENSIUN MUDA DAN WAKTU

“We do not count a man’s years until he has nothing else to count. – Waktu kita tak kan diperhitungkan lagi disaat tak ada kontribusi yang dapat kita berikan.”
~ R.W. Emerson

Selama ini begitu gencar didengungkan motivasi dan teknik pensiun di usia muda. Hal itu mendorong banyak orang berupaya lebih keras untuk meningkatkan kualitas kehidupan mereka. Satu hal yang tentu sangat membahagiakan karena mereka begitu termotivasi untuk mencapai kebebasan waktu dan keuangan dalam usia relatif muda, misalnya di usia 30 – 40 tahun.

Tetapi banyak juga orang-orang yang salah mengartikan makna pensiun muda. Mereka mengira setelah mencapai kebebasan waktu dan keuangan di bidang tertentu dalam usia relatif muda, maka mereka akan pensiun. Dalam artian mereka tidak perlu lagi menjalankan tanggung jawab apa pun. Mereka mengira setelah sebuah standar hidup yang mereka inginkan tercapai, maka mereka tak perlu lagi melakukan aktivitas apa pun selain bersantai ria.

Kiranya kekeliruan tersebut perlu diluruskan kembali. Karena pada dasarnya manusia itu tak ingin terus menerus santai atau hanya melakukan aktivitas yang tidak berarti. Mereka akan cepat bosan atau bahkan kehilangan tujuan hidup. Sebab manusia cenderung senang melakukan tanggung jawab tertentu yang sesuai dengan keinginannya.

Lagipula waktu terlalu mahal untuk disia-siakan apalagi untuk melakukan perbuatan negatif. Begitu mahalnya nilai setiap detik waktu dapat kita tanyakan langsung kepada para pembalap mobil atau motor kelas daerah bahkan dunia sekalipun. Sehingga masa yang kita anggap sebagai masa pensiun bukanlah alasan untuk menyia-nyiakan waktu. Alangkah baiknya jika waktu yang masih kita miliki tetap dimanfaatkan untuk memberikan kontribusi terhadap diri sendiri, orang lain, keluarga, masyarakat, negara, maupun dunia.

Alasan lain agar kita senantiasa memanfaatkan waktu meskipun kita sudah memasuki masa pensiun adalah untuk menghindari berbagai macam penyakit mental, misalnya dementia, alzheimer dan lain sebagainya. Bila kita senantiasa sibuk melakukan berbagai aktifitas untuk berkarya dan berbuat baik, maka kita akan terhindar dari pikiran negatif yaitu penyebab utama berbagai penyakit mental maupun fisik. Karenanya kita harus bertekad untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin.

Dalam realitas kehidupan kita sudah cukup banyak orang menyadari berbagai manfaat dan pentingnya menggunakan waktu secara efektif dan efisien. Mereka memiliki kesadaran yang sangat tinggi akan nilai waktu. Tak mengherankan jika mereka tetap aktif, produktif, dan penuh semangat melakukan berbagai aktivitas meskipun sudah memasuki masa pensiun dan usia mereka telah senja.

Sebut saja, teman saya,Lily Wisuda, di usia 75 tahun beliau masih aktif memberikan pelayanan jasa akupunktur, mengurusi sebuah asosiasi. Beliau selalu menyetir mobilnya sendiri selama melakukan aktivitas yang cukup padat di wilayah Jabotabek. Alhasil meskipun berusia lanjut dan padat aktivitas, tetapi penampilannya masih selalu segar, enerjik dan mengesankan seperti 17 tahun yang lalu sewaktu pertama kali saya bertemu dengan beliau.

Di Amerika Serikat, sebagian besar dari baby boomer (kelahiran antara tahun 1946-1964) diberitakan masih aktif bekerja. Begitupun di Eropa, Australia, Selandia Baru, dan beberapa negara yang pernah saya kunjungi, mereka terlihat masih aktif bekerja di toko, supermarket, kasino, dan lain sebagainya. Salah satunya adalah Prof. John W.F. Dulles kelahiran tahun 1913, yang masih aktif mengajar dan menulis buku. Mereka menyatakan bahwa motivasi untuk tetap bekerja bukan semata-mata karena mencari uang, melainkan ingin tetap mandiri, aktif memberikan kontribusi dan memberi arti bagi kehidupannya.

Kesimpulan yang dapat saya berikan bahwasanya pensiun muda adalah cita-cita mulia, tetapi jangan sia-siakan waktu sedetik pun. Walaupun kita mungkin sudah memasuki masa pensiun, tetapi waktu yang kita miliki tetap berharga. Karena masih banyak aktivitas positif yang dapat kita lakukan dan kontribusi yang dapat kita berikan. Bergegaslah memperbarui visi, memperluas wawasan, dan berusaha memberi arti pada kehidupan kita. Kata John Bunyan, “You have not lived until you have done something for someone who can never repay you. – Kehidupan Anda tidak akan berarti sebelum Anda berbuat baik untuk orang lain yang tak akan pernah dapat membalas kebaikan Anda itu.” [aho]

*Andrew Ho adalah seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku best seller.Kunjungi websitenya di : www.andrewho-uol.com.

MENGAPA LIBURAN PERLU

Beristirahat sejenak menjadikan kita mampu menempuh perjalanan lebih jauh.

Sebuah penelitian tentang perilaku manusia menyatakan bahwa rata-rata manusia menghabiskan waktu 25 tahun untuk tidur. Sedangkan 8 tahun lainnya untuk menyelesaikan pendidikan formal, 6 tahun untuk istirahat atau sakit, 7 tahun untuk liburan dan rekreasi. Sementara, 5 tahun waktu manusia habis untuk berkomunikasi, 4 tahun untuk makan, dan 3 tahun untuk melakukan persiapan semua aktivitas tersebut.

Tetapi pada perkembangan selanjutnya, manusia modern saat ini cenderung lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja. Kecenderungan tersebut terjadi dikarenakan desakan era yang serba cepat dan persaingan yang ketat. Persepsi manusia terpola bahwa kehidupan akan lebih berarti jika setiap detik waktu dimanfaatkan hanya untuk bekerja. Tak ada jeda waktu istirahat dianggap lebih efektif, karena jeda waktu istirahat apalagi berlibur dianggap sebagai pemborosan, membosankan, merugikan, dan persepsi negatif lainnya.

Bagi saya, era yang menuntut kita bergerak serba cepat bukan berarti kita tak membutuhkan jeda waktu untuk istirahat. Manusia memerlukan waktu istirahat untuk mengumpulkan energi supaya dapat menjalankan tugas berikutnya dengan lebih baik. Pada kenyataannya memang saya rasakan bahwa waktu liburan membuat saya lebih segar sehingga bersemangat bekerja dan lebih produktif.

Contohnya liburan pada hari Lebaran tahun ini sengaja saya habiskan bersama keluarga. Kurang lebih 10 hari, saya juga melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan para ibu rumah tangga, di antaranya membersihkan rumah, mencuci piring, membantu istri memasak, dan lain sebagainya. Sementara anak-anak saya memasak makanan favorit mereka. Ternyata mereka juga gemar membuat makanan dan es krim. Saya merasakan suasana dalam keluarga semakin mesra dan hangat.

Selama liburan kami benar-benar menikmati situasi yang berbeda. Kami sekeluarga melakukan berbagai aktivitas di luar rutinitas sehari-hari. Saya setiap pagi berolahraga, bermain bersama anak-anak, mengajak anak-anak bermain air di Waterbom Jakarta, nonton film, makan dan minum kopi di Starbucks. Liburan membuat kami memiliki kesempatan lebih banyak untuk beristirahat dan menyegarkan pikiran

Selama liburan saya juga mempunyai banyak waktu untuk menikmati film-film kesukaan. Banyak sekali manfaat yang saya dapatkan dari aktivitas tersebut, selain menghilangkan penat, saya pun memetik pelajaran hidup, motivasi, ide, ataupun inspirasi. Ternyata banyak nilai-nilai kehidupan yang penting, dan liburan membuat saya memiliki cukup waktu untuk introspeksi diri, belajar, memikirkan dan berusaha lebih baik di masa berikutnya.

Sementara itu, liburan membuat saya memiliki waktu untuk bersantai. Di saat seperti itu tiba-tiba saya kembali mengingat kenangan, kerabat dan teman yang telah lama terlupakan lantaran terlalu sibuk dengan berbagai aktivitas. Saat itulah saya mencoba menjalin kembali kominikasi. Alhasil terjalin lagi persahabatan dan terajut lagi kebahagiaan seperti yang telah kami lalui dulu.

Bagi saya, jeda waktu untuk beristirahat merupakan kesempatan yang luar biasa dalam proses perjalanan kehidupan ini. Saya menganggapnya penting, karena nilai sebuah kehidupan bukanlah sekadar mengejar materi melainkan pentingnya berhenti sejenak untuk menikmati keindahan, introspeksi, dan bersyukur. Sehingga pada tahap selanjutnya, semangat, efektivitas dan produktitas kerja kita meningkat.

Ternyata liburan juga memiliki banyak sekali manfaat unik yang tak hanya kami rasakan. Sudah banyak orang yang melakukan penelitian tentang manfaat liburan dan menyatakan manfaat liburan bagi kesehatan dan keuntungan-keuntungan lain yang bisa kita dapatkan. Salah satunya adalah Linda Hoopes dan John Lounsbury, peneliti Departemen Psikologi Universitas Tennessee, yang menyatakan bahwa kepuasan hidup akan meningkat setelah liburan.

Itulah mengapa liburan selalu menjadi saat yang ditunggu, bahkan banyak orang sengaja menjadwal liburan dalam periode waktu tertentu. Jika Anda merasa penat tidak bersemangat dan kurang produktif, segeralah merencanakan sebuah liburan. Semoga Anda mendapatkan semua manfaat liburan.[aho]

* Andrew Ho adalah seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku best-seller.

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman