Senin, 03 November 2008

SUDAH JATUH TERTIMPA TANGGA
Oleh Riyanto. S

Hampir semua orang tahu dan pernah mendengar peribahasa di atas. Bahkan, mungkin tidak sedikit yang sudah mengalami dan membuktikan sendiri. Dan memang begitulah yang sering terjadi. Ketika seseorang tengah mengalami sebuah kegagalan maka biasanya akan diiringi dengan kegagalan dan kecelakaan berikutnya.

Dalam dunia usaha pun berlaku peribahasa di atas. Ketika seseorang mengalami kegagalan maka yang terjadi selanjutnya adalah rentetan peristiwa buruk yang semakin memperparah keadaan. Ketika seorang pengusaha mengalami kegagalan dalam bisnisnya maka biasanya rekanan, supplier dan pelanggannya akan meninggalkannya. Hutang-hutangnya akan segera ditagih karena si pemberi pinjaman (creditor) khawatir kalau sampai yang bersangkutan bangkrut maka dia tidak akan mampu lagi membayar hutang tersebut.

Kondisi yang lebih parah lagi adalah ketika kemudian si pengusaha ditinggalkan istri dan anak-anaknya, dikucilkan oleh keluarga besarnya, dijauhi oleh kawan-kawannya, dan tidak lagi dipercaya untuk menjalankan dan menjalin hubungan bisnis dengan siapa pun.

Mengapa semua ini bisa terjadi dalam hidup kita? Jawabannya adalah karena mentalitas dan pola pikir kita. Selama ini kita menganggap bahwa segala sesuatu yang sudah menjadi tradisi dan kebiasaan adalah sesuatu yang bersifat rigid dan tidak perlu di pertanyakan kembali. Seperti contoh dan berkaitan dengan peribahasa di atas, maka orang akan percaya dan menyerahkan sepenuhnya semua urusan kepada proses alamiah. Karena, hal tersebut sudah dianggap sebagai sesuatu yang sudah selayaknya dan seharusnya terjadi.

Kemalangan akan menimpa orang yang susah dan sengsara. Orang yang mengalami kegagalan akan menderita karena tekanan selanjutnya akan semakin besar. Inilah mentalitas pecundang yang mudah menyerah kepada keadaan sehingga secara tidak sadar akan menggerakakan energi negatif dan mendatangkan kemalangan berikutnya kepada diri kita.

Demikian halnya dengan pola piker negatif, ketika kita mengalami kegagalan maka kita seringkali menghakimi diri kita sendiri bahwa kita adalah orang yang lemah dan tidak mampu. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Mudah ditebak, kemalangan-kemalangan dan kegagalan akan terus menimpa kita tanpa ampun lagi dan secara simultan dan akumulatif akan mempercepat proses kehancuran kita. Orang lain akan memandang kita sebagai pecundang yang tidak pantas diberi kepercayaan, komitmen bahkan kesempatan untuk membuktikan bahwa kita bisa.

Sekarang bagaimana seandainya peribahasa diatas saya ganti seperti ini, “BIARPUN BERKALI-KALI JATUH TETAP BISA TERTAWA”. Apakah menurut pembaca sekalian akan ada bedanya terhadap mentalitas dan pola piker kita? Biasanya ketika ada orang yang jatuh atau gagal maka yang akan mentertawakan adalah orang lain atau orang yang berada di sekitarnya, dan orang yang ditertawakan secara psikologis akan mengalami kejatuhan mental dan hilangnya kepercayaan diri.

Tetapi di sini menjadi berbeda karena yang menertawakan justru diri kita sendiri. Anda tahu perbedaannya? Ya..ketika kita mampu menertawakan diri dan perilaku bodoh kita maka kita akan bisa menuju kebijaksanaan, mampu berintrospeksi dan memperbaiki keadaan diri. Selain itu yang harus dicatat adalah bahwa dengan tertawa maka energi yang keluar adalah energi positif, sikap dan pola piker kita akan tetap positif dan secara tidak sadar akan menggerakakan seluruh potensi untuk menuju hasil positif.

Dengan sikap seperti ini maka kita tidak memberi kesempatan orang lain untuk merendahkan kita, menghinakan kita dan menurunkan kepercayaan diri kita serta tidak ada celah untuk kemalangan berikutnya menghampiri kita dengan memanfaatkan momen tersebut. Bahkan secara tidak disadari kita telah memberikan suntikan energi positif kepada lingkungan tempat kita berinteraksi sehingga akan menimbulkan kepercayaan kepada kita untuk membuktikan dan mengambil kesempatan kedua yang datang karena kita telah membuatnya datang.

Dalam kasus seperti ini kira-kira orang lain akankah tetap percaya kepada kita? Apakah pelanggan akan meninggalkan kita? Atau istri dan anak kita akan lari dari kita? Apakah kita akan tertimpa tangga? Saya punya keyakinan bahwa tangga pun akan berpikir dua kali kalau mau jatuh kepada orang yang punya mental juara dan pola pikir yang positif, karena alih-alih menimbulkan kesakitan justru akan ditertawakan.(rs)

* Riyanto Suwito adalah praktisi akuntansi dan keuangan, pemerhati kewirausahaan, aktivis PKPEK – Perkumpulan untuk Kajian dan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan, Jogja. Dapat dihubungi di email: rushputty@yahoo.com & HP. 08122712426

IKUTI MOOD ATAU TIDAK!?

Oleh: Joni Liu

Pernahkan Anda merasa ingin melakukan sesuatu yang—menurut Anda—jika dilakukan akan membawa suatu perubahan dalam hidup Anda? Atau mungkin, jika dilakukan akan memberikan hasil yang berbeda pada hari yang akan Anda jalani?

Misalnya, pada malam sebelum tidur, Anda memutuskan bangun pagi dan pergi jogging dengan tujuan agar tubuh menjadi lebih segar. Tetapi, pada keesokan harinya pada saat alarm berbunyi dan Anda harus bangun, rasanya malas sekali untuk beranjak dari tempat tidur.

Sebelum Anda sempat beranjak, ada suara yang terngiang di telinga dan terus berbisik “Bangun!! Bangun!! Tepati janjimu supaya kamu semakin sehat…” Suara itu terus menerus berbisik. Tetapi, selain suara itu juga terdengar suara lain yang berbisik, “Tidak usah hari ini deh, kan masih ada hari lain. Jika bangun hari ini, pasti nanti di kantor ngantuk banget dan pekerjaan menjadi tidak maksimal. Besok saja, karena besok pekerjaan lebih sedikit…”

Kedua suara itu akan saling beradu, memberikan pertimbangan yang paling masuk akal untuk dilakukan oleh pikiran Anda. Sekilas terlihat untuk mengerjakan sesuatu yang simple saja Anda begitu sulit mengambil keputusan. Pada kondisi tersebut, mayoritas orang akan mengikuti suara yang lebih negatif. Mengapa? Karena dengan mendengarkan suara kedua, orang tidak perlu melakukan usaha lebih. Dia bisa nyaman lebih lama di balik selimut yang hangat dan bangun lebih siang. Apalagi tidak ada hukuman atas keputusan yang dibuat. Mengapa mesti melakukannya pada hari ini? Mengapa harus cape-cape bangun lebih pagi sedangkan teman kerja lainnya bisa bangun siang? Hasilnya toh akan sama saja untuk hari ini.

Akan tetapi, bisa saja orang salah dengan keputusan yang dibuat untuk menyenangkan perasaan hati yang sesaat itu. Apabila dia langsung bangun setelah mendengar bunyi alarm, maka otak tidak diberi toleransi untuk berpikir dan membuat pertimbangan. Perasaan dan mood hanya akan mengikuti tingkah laku. Setelah berpakaian dan minum segelas susu, orang bisa langsung turun ke jalanan. Perasaan dan mood hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh fisik. Dan, rasa malas yang kemungkinan pada awalnya ada, akan sirna karena orang mendapatkan suasana yang berbeda dengan bayangan sebelumnya. Dalam bayangan sebelumnya, akan muncul rasa capek setelah jogging, karena tidak ada teman, karena jalanan yang panjang, dan lain sebagainya.

Tapi buktinya, banyak bunga yang lebih indah pada pagi hari. Banyak daun yang masih memiliki tetesan embun di ujungnya dan udara segar yang tidak bisa didapatkan pada siang hari. Semuanya menjadi sangat berbeda dengan bayangan yang ada dalam pikiran sebelumnya.

Maka, jika awalnya kita sudah memiliki suatu tujuan yang jelas ke mana kita akan mengarahkan hidup kita, atau hari kita, jangan sampai tujuan kita tersebut terganggu hanya disebabkan karena perasaan atau mood yang sedang tidak baik. Banyak orang menjadi angin-anginan dan tidak fokus dengan apa yang menjadi tujuannya hanya karena mereka mengikuti perasaan yang kebanyakan akan mengatakan “tidak”.

Hal tersebut membuat orang itu tidak berkembang dengan potensi maksimal yang dimilikinya. Dia tidak pernah tahu apa yang ada di luar bayangannya hanya karena dia tidak pernah mencoba. Banyak hal tidak terduga yang bisa membuat orang menjadi sukses hanya karena faktor kebetulan dan semua itu dimulai dengan suatu langkah yang tidak diperhitungkan sebelumnya. Jadi, lakukanlah sesuatu yang sudah Anda rencanakan dan biarkan mood yang menggangu mengikuti di belakang. Pasti hasil yang akan Anda capai berbeda dengan yang Anda bayangkan.[jl]

* Joni Liu menjabat sebagai President of Bina Nusantara English Club tahun 2005. Ia aktif dalam kegiatan Pertamina Youth Program dan saat ini sebagai sales agent salah satu perusahaan asuransi serta mulai menggeluti bidang investasi. Hobi dan kegiatan yang dijalankan adalah communication skill dan self improvement. Ia dapat dihubungi di: 0856-1139-889 (selular) 021-68502796

FINANCIAL SELF-CONCEPT

Oleh: Stephen Barnabas

ANDA TIDAK AKAN PERNAH DAPAT MEMPEROLEH PENGHASILAN LEBIH BANYAK ATAU LEBIH SEDIKIT DARIPADA TINGKAT PENDAPATAN YANG TERDAPAT PADA SELF-CONCEPT ANDA Anda tidak akan dapat memperoleh penghasilan lebih banyak atau lebih sedikit daripada tingkat pendapatan yang terdapat pada self-concept Anda.

“Di dunia ini, tidak ada yang tidak dapat Anda miliki—begitu Anda secara mental menerima kenyataan bahwa Anda dapat memilikinya.”
~ Robert Collier

Jika harta dibagi rata
Menurut Marshall Sylver dalam bukunya Passion, Profit And Power, maka 95 persen dari jumlah uang yang beredar di planet kita dikendalikan oleh 5 persen penduduknya. Statistik yang jauh lebih mengerikan menyatakan bahwa 50 persen dari semua uang yang beredar di planet kita dikendalikan oleh 1 persen penduduknya.

Lebih mengerikan lagi jika kita termasuk dalam 95 persen penduduk dunia yang berebut untuk bisa menguasai hanya 5 persen uang yang tersisa.

Jika semua harta yang ada di dunia ini dijumlahkan lalu dibagikan secara merata kepada setiap orang yang masih hidup di bumi ini, maka setiap orang akan mendapat bagian sebesar USD 2,400,000.00 atau sekitar Rp24 miliar (Wealth Mastery, Singapore 2001).

Kemudian apa yang akan terjadi setelah semua penduduk bumi mendapat bagian yang sama? Ada teori yang mengatakan bahwa hanya dalam kurun waktu satu generasi bahkan kurang, distribusi harta akan kembali lagi ke posisi seperti sebelum dibagi rata. Dalam beberapa tahun sejak semua orang mendapat bagian yang sama dari uang yang dibagi rata tersebut, komposisi kepemilikan uang akan kembali ke posisi semula yaitu, 1 persen orang akan kembali menguasai 50 persen uang yang beredar, 5 persen orang akan kembali menguasai 95 persen uang yang beredar, dan 95 persen orang kembali akan memiliki hanya 5 persen uang yang beredar.

Anda tidak percaya? Berapa kali kita mendengar tentang seseorang yang mendapatkan hadiah undian atau warisan miliaran rupiah, hanya dalam waktu kurang dari sepuluh tahun akan kembali menjadi miskin. Atau kita ambil contoh para atlet yang berprestasi tinggi dengan bayaran jutaan dolar, hanya dalam beberapa tahun setelah dia tidak berprestasi, kembali menjadi miskin dan akhirnya menjadi pegawai rendahan dengan bayaran upah yang kecil.

Sebagai contoh kita ambil kehidupan Mike Tyson. Dia menghasilkan USD 300 juta sewaktu bertinju, tapi di tahun 2004 dia dinyatakan bangkrut dan masih punya hutang sebesar USD 35 Juta.

Disisi lain kita melihat para pengusaha sukses yang mengalami kebangkrutan berulang kali namun selalu bisa bangkit kembali dan berhasil mendapatkan kekayaan yang bahkan jauh lebih besar daripada sebelumnya.

Jika kita cermat dan rajin membaca buku dan koran serta majalah, maka kita dapat ‘menerima’ bahwa teori di atas memiliki kebenaran.

Kalau kita mengamati perjalanan sebuah bangsa yang baru mendeklarasikan kemerdekaannya, biasanya hampir semua penduduknya berada pada level miskin. Tapi setelah satu generasi, mulailah terlihat perbedaan jelas antara orang yang tetap miskin dan sekelompok lain yang melaju menjadi kaya, bahkan super kaya.

Jelas ada suatu kondisi mental tertentu yang dimiliki oleh sekelompok orang yang menjadi kaya dan tidak dimiliki oleh sekelompok orang lainnya. Kondisi Mental inilah yang saya namakan FINANCIAL SELF-CONCEPT.

Berapa Suhu Keuangan Anda?
Cara kerja konsep diri Anda mengenai keuangan sama seperti cara kerja Thermostat (pengatur suhu) ruangan. Ketika suhu ruangan mencapai batas panas yang telah Anda tentukan, thermostat mengirim sinyal untuk menyalakan atau mematikan perapian atau pendingin ruangan. Sinyal listrik terus bereaksi terhadap perubahan suhu ruangan untuk menjaga kondisi ruangan supaya tetap berada pada batas suhu yang telah ditentukan.

Anda juga punya ‘pengatur suhu psikologis’ yang mengatur tingkat pencapaian Anda di dunia. Pada saat Anda mencapai batas-batas yang berada pada konsep diri Anda, maka pengatur kinerja internal Anda akan menggunakan sinyal ketidaknyamanan untuk mengembalikan Anda kedalam zona kenyamanan Anda. Ketika keadaan atau performansi Anda mulai mendekati ujung zona itu, Anda mulai merasakan ketidaknyamanan. Jika apa yang Anda alami tidak sesuai dengan self-concept Anda (yang secara tak sadar Anda yakini), tubuh Anda akan mengirim sinyal-sinyal ketegangan jiwa dan ketidaknyamanan itu, Anda secara tak sadar menarik kembali diri Anda ke dalam zona kenyamanan Anda.

Self-concept juga bekerja dengan cara serupa pada rekening tabungan Anda. Misalnya beberapa orang akan merasa nyaman selama mereka punya Rp20 juta dalam rekening tabungan mereka. Yang lain lagi merasa tidak nyaman jika saldo rekening tabungan mereka di bawah gaji 32 bulan anggap saja misalnya Rp320 juta. Namun ada juga yang merasa nyaman tanpa tabungan sama sekali dan bahkan punya utang kartu kredit sebesar Rp25 juta.

Jika seseorang yang tingkat zona kenyamanannya dalam memiliki tabungan adalah senilai Rp320 juta, tiba-tiba harus mengeluarkan Rp160 juta untuk biaya pengobatan, ia akan mengetatkan pengeluarannya, bekerja lembur, dan melakukan tindakan apa pun yang diperlukan untuk mengembalikan saldo tabungannya ke posisi Rp320 juta. Demikian juga jika ia tiba-tiba mewarisi uang miliaran rupiah, ia akan memboroskan banyak uangnya sehingga tabungannya kembali ke posisi Rp320 juta.

Mental Hard Drive
Segala yang Anda ketahui tentang diri Anda, semua apa yang Anda percayai, dan apa yang telah terjadi dalam hidup Anda terekam dalam mental hard-drive kepribadian Anda, yaitu di dalam self-concept Anda. Self-concept Anda mendahului dan memprediksi tingkat performa dan efektivitas setiap tindakan Anda. Tingkah laku nyata Anda akan selalu konsisten dengan self-concept yang terdapat di dalam diri Anda. Oleh karena itu, perbaikan di segala bidang kehidupan Anda harus dimulai dari perbaikan di dalam self-concept Anda.

Tiga Bagiam Utama Self-Concept Anda
Menurut Brian Tracy, self-concept Anda memiliki tiga bagian utama yaitu: Self-Ideal (Diri Ideal), Self-Image (Citra Diri), dan Self-Esteem (Jati Diri). Ketiga elemen tersebut merupakan satu kesatuan yang membentuk kepribadian Anda, menentukan apa yang biasa Anda pikir, rasakan, dan lakukan, serta akan menentukan segala sesuatu yang terjadi kepada diri Anda.

Self-Ideal (Diri Ideal)
Self-ideal adalah komponen pertama dari self-concept Anda. Self-ideal Anda terdiri dari semua harapan, impian, visi, dan idaman Anda. Self-idealterbentuk dari kebaikan, nilai-nilai, dan sifat-sifat yang paling Anda kagumi dari diri Anda maupun dari orang lain yang Anda hormati. Self-idealadalah sosok seperti apa yang paling Anda inginkan untuk bisa menjadi diri Anda, di segala bidang kehidupan Anda. Bentuk ideal ini akan menuntun Anda dalam membentuk perilaku Anda.

Self-Image (Citra Diri)
Bagian kedua self-concept Anda adalah self-image. Bagian ini menunjukkan bagaimana Anda membayangkan diri Anda sendiri, dan menentukan bagaimana Anda akan bertingkah laku dalam satu situasi tertentu. Karena kekuatan self-image Semua perbaikan dalam hidup Anda akan dimulai dari perbaikan dalam self-imageself-image Self-Esteem (Jati Diri)
Bagian ketiga self-concept adalah self-esteem. Bagian ini adalah komponen emosional dalam kepribadian Anda, dan faktor yang paling penting dalam menentukan bagaimana Anda berpikir, merasa, dan bertingkah laku. Tingkat self-esteemAnda menentukan banyak hal yang akan terjadi kepada Anda di dalam hidup ini.

Definisi yang paling tepat untuk menggambarkan self-esteemadalah seberapa besar Anda menyukai diri Anda sendiri. Semakin Anda menyukai diri Anda, semakin baik Anda akan bertindak dalam bidang apa pun yang Anda tekuni. Dan, semakin baik performansi Anda, Anda akan semakin menyukai diri Anda.

Bagaimana hubungan selfideal, self-image, dan self-esteem dalam membentuk self-concept Anda?

Tingkat self-esteem Anda ditentukan oleh seberapa cocok self-image Anda yaitu performa dan perilaku Anda saat ini dengan self-ideal Anda yaitu gambaran mengenai tingkah laku Anda jika berada dalam kondisi terbaik. Di tataran alam bawah sadar, Anda akan selalu membandingkan performa aktual dengan performa ideal yang Anda miliki. Setiap kali Anda merasa bahwa Anda sanggup menjalankan sesuatu di tingkat yang paling baik, Anda akan merasa sangat puas terhadap diri Anda sendiri. Pada saat itu, self-esteem Anda akan melejit naik. Anda merasa bahagia dan puas.

Di lain pihak, jika Anda melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan gambaran ideal Anda atau tidak mencapai apa yang menurut Anda terbaik yang Anda dapat lakukan, self-esteem Anda akan merosot turun.

Setel Ulang Konsep Diri Anda untuk Meraih Sukses
Untuk meningkatkan kualitas hidup baik dari segi performansi maupun finansial, kita harus memulai dengan memperbaiki self-concept kita atau meminjam istilahnya Jennie S. Bev dalam buku Rahasia Sukses Terbesar: menyetel ulang (re-setting) dan meng-upgrade mindset kita.

Langkah-langkah yang harus kita lakukan untuk meningkatkan level self-concept yang kita miliki adalah:

1. Tentukan self-ideal Anda dengan standar yang tinggi dengan nilai-nilai dan visi yang jelas (Anda ingin menjadi orang seperti apa? Ingin memiliki apa? Tinggal di mana? Dsb).
2. Secara bertahap sesuaikan self-image Anda untuk bisa sejajar dengan self-ideal Anda. Setiap kali Anda merasa bahwa Anda sanggup menjalankan sesuatu di tingkat yang paling baik (mendekati self-ideal Anda), Anda akan merasa sangat puas terhadap diri Anda sendiri. Pada saat itu, self-esteem Anda akan melejit naik.

Untuk meng-upgrade self-imagesupaya bisa semakin mendekati self-ideal, Anda dapat menggunakan metode pembiasaan otogenik atau reflective-relearning. Metode ini cukup ampuh untuk mengubah self-imagekita karena menggunakan imajinasi kreatif yang merupakan bahasa alam pikiran bawah sadar.

Pada saat Anda mengarahkan daya imajinasi, maka pada saat itu Anda mengundang alam pikiran bawah sadar (yaitu pemikiran / citra-citra otak kanan) untuk memasuki alam kesadaran pada otak sebelah kiri. Dengan menciptakan suatu gambaran mental atas suatu sosok yang Anda inginkan, maka pada saat yang bersamaan Anda tengah mengeliminasi atau mengenyahkan citra-citra negatif yang ditempatkan oleh konsep diri lama yang destruktif, serta mengubahnya menjadi citra diri yang positif dan mendukung. Melalui latihan dan praktik yang berulang-ulang, alam pikiran bawah sadar lambat laun akan menurut dan bergerak ke citra baru yang lebih baik itu.

Berikut saya lampirkan teknik dasar yang sederhana untuk melakukan latihan pembiasaan otogenik atau reflective-relearning (catata: untuk lengkapnya akan saya sertakan pada artikel berikutnya).

1. Mulailah sekarang dengan menentukan “Saya ingin memiliki, melakukan, atau menjadi apa?” Kalau perlu buatlah skrip atau skenario cerita supaya alur visualisasi Anda selalu konsisten.
2. Duduklah dengan nyaman dan pejamkan mata Anda. Buatlah diri Anda serileks dan senyaman mungkin. Tarik nafas dalam-dalam dan setiap kali menghembuskan nafas kendurkan seluruh otot tubuh dan pusatkan perhatian pada alunan nafas. Tak lama kemudian Anda berada pada gelombang otak alpha.
3. Bayangkan diri Anda sebagai sosok yang berhasil (seperti yang telah Anda buat skripnya). Anggaplah semua citra positif itu sebagai sesuatu yang nyata Sekarang hayatilah perasaan seakan-akan Anda telah mencapai keinginan Anda. Anda menghayati perasaan dari sebuah tujuan yang telah tercapai. Anda harus bisa merasakan apa pun yang ingin Anda wujudkan dalam hidup Anda. Anda mungkin melihatnya di pikiran, tetapi sebelum merasakan seolah-olah hal itu telah terpenuhi, Anda akan kehilangan langkah kunci dalam proses perwujudan keinginan Anda itu. Hal ini merupakan langkah yang terlewatkan dalam hampir semua buku self-help dan dalam kebanyakan program pengembangan diri.[sb]

* Stephen Barnabas adalah seorang Finance Accounting Manager di sebuah perusahaan di Jakarta. Ia tinggal di Cikarang, BEKASI, dan dapat dihubungi melalui email: crownedone_stp@yahoo.com, atau di handphone: 0812 811 9595 & 0813 1447 5838

ENERGI CLUBBER

Oleh: Ardian Syam

Lihatlah sebuah berita yang saya baca, dibuka di Rotterdam pada 14 Oktober 2006, Sustainable Dance Club. Konsep ini didukung oleh Enviu, sebuah LSM untuk orang-orang muda, bekerja sama dengan perusahaan arsitektur Döll, menciptakan sebuah sustainable night club. Mereka menggunakan lantai dansa yang dapat menciptakan energi listrik. Sebuah cara yang paling sempurna untuk menyerap beberapa kilowatt dari energi para clubber). Air yang mengalir di toilet berasal dari tampungan air hujan (mungkin kecuali di wastafel). Dinding yang dapat berubah warna sebagai reaksi perubahan temperatur ruangan (terbayangkan bagaimana suhu ruangan ketika para clubber mulai berkeringat dan mengeluarkan panas tubuh masing-masing?). Serta atap yang diberi tanaman (tanaman menyerap karbondioksida di malam hari, kan?) serta elemen lain yang menjaga udara tetap segar.

Bekerja sama dengan Technical University of Delft dan Development Board of Rotterdam, Enviu dan Döll membangun club yang dapat memberikan fun dan laba, tidak merusak lingkungan dan meningkatkan kepedulian sosial pada lingkungan.

Dari semua itu yang paling menarik perhatian saya adalah konsep energy generating yang mereka usung. Lantai dansa mereka dibuat berpegas dan gerakan naik turun pada pegas tersebut akan menggerakkan turbin dan energi dapat disimpan bila tidak terpakai di malam yang sama.

Terbayangkankah Anda ada berapa banyak night club atau diskotik di sebuah kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung? Cukup banyak. Ada berapa banyak energi yang tersimpan setiap malam bila masing-masing diskotik dikunjungi banyak pengunjung, karena energi yang diciptakan lebih besar daripada listrik yang digunakan?

Bagaimana pula bila itu terjadi setiap malam sehingga tidak ada malam yang membutuhkan listrik lebih banyak dari energi yang diciptakan oleh lantai dansa itu? Bukankah simpanan energi listrik tersebut justru bisa dipergunakan untuk keperluan lain? Bila konsep lantai dansa yang diinjak dan pegas yang bergetar naik turun itu dikembangkan lebih jauh, maka akan ada banyak sumber daya listrik lain. Anda pasti pernah berkunjung ke mall? Ada banyak orang yang mengunjungi mall tersebut dan berarti ada banyak orang yang berjalan di jalan di antara dua deretan toko-toko.

Bagaimana bila jalan tersebut diberi lantai yang berpegas? Ada cukup banyak energi yang bisa dihasilkan. Karena setiap mall dikunjungi lebih dari 100 ribu orang per hari. Semua orang dari 100 ribu itu akan menginjak lantai berpegas dan menggerakkan turbin. Itu berarti ada cukup banyak energi yang dihasilkan dan bahkan mungkin dapat dipergunakan untuk kebutuhan kelistrikan mall tersebut.

Pemerintah juga dapat memanfaatkan konsep yang sama, bila konsep tersebut sudah diterapkan di mall. Ada berapa banyak trotoar yang tersebar di seantero masing-masing kota yang saya sebutkan tadi. Lantai berpegas dan menggerakan turbin dapat pula dipasang di trotar yang jelas-jelas milik pemerintah. Maka energi yang diciptakan dapat disimpan dan dipergunakan kemudian.

Pernah Anda perhatikan lapangan-lapangan besar di setiap kota. Setiap pagi dan atau sore hari akan ada orang yang berolahraga. Jalan cepat atau bahkan lari. Bila gerakan tersebut dilakukan di atas lantai berpegas dan menggerakkan turbin, berapa listrik yang tercipta.

Pernah Anda melihat dojo atau tempat latihan kebugaran? Ada berapa banyak gerakan yang dapat menggetarkan lantai berpegas. Ada berapa banyak energi yang tercipta melalui turbin? Ada berapa banyak listrik tercipta?

Itu sebuah ide yang dapat terus dikembangkan ke banyak tempat dan sangat menyenangkan. Tanpa sengaja setiap orang telah menyumbangkan energi mereka untuk dapat menciptakan energi listrik. Hampir semua sendi kehidupan kita membutuhkan listrik. Manusia jaman sekarang hampir tidak dapat hidup tanpa listrik. Maka mengapa bukan kita yang menciptakan listrik untuk kita pergunakan sendiri.

Ketika setiap orang berdansa, maka listrik tercipta. Ketika setiap orang berjalan, listrik tercipta. Ketika orang-orang berlari sehat, listrik tercipta. Ketika orang berlatih bela diri, listrik tercipta. Ketika setiap orang melakukan gerakan, listrik tercipta.

Tertarik?[as]

* Ardian Syam adalah seorang pengajar, praktisi, dan penulis buku bisnis “Kacamata Kuda”. Tinggal di Medan, ia dapat dihubungi di: ardian.syam@gmail.com

MERAIH SUKSES DALAM WAKTU

Oleh: J. Marsello Ginting

"Akan kuhargai setiap detik,menit,dan jam.
Karena tidak sedikit pun dapat ditarik kembali.
Hari ini tidak akan kusia-siakan seperti waktu lalu,yang terbuang percuma.
Akan kupakai waktuku untuk membuat sesuatu yang kuidamkan terjadi."

Demikian empat kalimat syair yang saya dapatkan di internet beberapa hari sebelum menulis tulisan ini. Saya telah membaca beberapa buku yang bercerita tentang penggunaan waktu. Bermacam-macam judul buku. Ada manajemen waktu, penggunaan waktu, pengendalian waktu, dan lain-lain banyak lagi. Pada buku mereka, para pakar telah banyak mengemukakan pendapatnya tentang waktu. Juga, mereka memiliki bermacam-macam sudut pandang yang berbeda.

Allan Lakein, presiden dari satu-satunya perusahaan di AS yang secara khusus mencurahkan perhatiannya pada masalah manajemen waktu mengatakan, "Umumnya orang tidak berpikir dalam kerangka menit-demi-menit". Lebih lanjut dia mengatakan, ”Banyak orang menghabiskan waktu sisa hidupnya dengan melakukan berbabagi hal yang tidak ada kaitannya dengan sasarannya”.

Sedangkan Declan Treachy mencatat ada 10 pencuri waktu yang paling umum, yaitu: 1) Tak menemukan apa yang dicari. 2) Pertemuan. 3) Telepon. 4) Interupsi. 5) Penangguhan. 6) Kertas kerja yang kecil-kecil. 7) Kemelut. 8) Urutan pelimpahan yang terbalik. 9) Ingin segalanya sempurna. 10) Gangguan. Sepintas kelihatannya sepele, namun pencuri ini dapat merenggut waktu setiap orang. Tanpa disadari menelan milik manusia yang berharga itu. G.C.Robinson menyebutkan 'mengulur-ngulur waktu dan kesibukan tak menentu' sebagai pemborosan waktu.

Ternyata waktu sangat erat hubungannya dengan sasaran hidup seseorang. Masa depan merupakan sasaran setiap orang. Demikian sasaran seseorang itu ada di masa depan. Dengak kata lain, bila kita membicarakan waktu tidak terlepas dari sasaran.Kita tidak dapat membuat rencana ke masa lalu tetapi ke masa depan. Jim Dornan & DR. John C. Maxwell, dalam bukunya Strategi Menuju Sukses mengatakan, "Jika Anda menghargai waktu Anda, rencanakanlah lebih dahulu bagaimana Anda akan menghabiskan waktu Anda."

Lebih lanjut, Allan Lakein menjelaskan bahwa kita sering dengan cara serampangan menjalani sisa kehidupan ini. Bergerak tetapi tidak sampai ke tujuan. Hal ini erat sekali dengan apa yang dikatakan Declan Treacy tentang bagaimana kita menggunakan waktu. Kita harus memeriksa Masdep (masa depan) itu.Yang dimaksudkan adalah rencana ke depan. Peter Drucker, Bapak Manajemen Amerika, menegaskan, "Waktu adalah sumber yang paling langka dan tanpa dikelola dengan benar tidak ada hal apa pun yang bisa dikelola lagi."

Saat kita sedang tidur, duduk, atau sedang istirahat, bermalas-malas, waktu tetap berjalan. Waktu tidak pernah beristirahat. Tidak pernah lelah atau capek. Kehebatan lain dari waktu adalah tidak dapat dibeli dengan harga seberapa pun. Ketika seorang penemu, Thomas Alfa Edison ditanya tentang hal yang paling penting di dunia, dia menjawab," Waktu."

Kalau benar waktu tidak dapat dibeli, berarti waktu itu mahamahal. Dia termasuk keluarga maha, Mahakuasa yang selalu hidup dan bergerak ke depan. Kita mustahil dapat melawan yang memiliki predikat sebagai Mahakuasa. Kalau kita tidak dapat melawannya, apalagi kalahkan, sebaiknya kita jalin pertemanan. Kita berdamai dengannya, menjadikan dia sebagai sekutu untuk rencana masa depan. Kita perlu mengenali dan mempelajari sekutu kita.

Sebagai teman sekutu, kita harus mengenal sifatnya dengan baik. Kita tidak dapat mengabaikan waktu dalam gerak pencapaian tujuan. Kalau kita tidak menjadikan waktu itu sebagai sekutu yang baik, maka kita menjadikan dia sebagai lawan kita. Dia dapat menjadi lawan yang menghancurkan rencana masa depan kita. Sebuah penyelidikan para sarjana, dalam buku Dinamis dan Kreatif karangan Carl G. Goeller Cs, mengumumkan bahwa seorang anak menggunakan 12.000 jam di sekolah sepanjang umur hidupnya. Sedangkan, 15.000 jam untuk menonton televisi.

Wow,luar biasa.Ini suatu penelitian tahun 80-an. Tentu penggunaan waktu ini lebih gila lagi setelah seperempat abad belakangan ini. Hal ini sejajar dengan perkembangan media elektronik yang sudah mewabah di setiap pelosok dunia.

Sekali waktu Benyamin Franklin pernah bertanya kepada seseorang, "Apakah Anda mencintai kehidupan? Kalau jawabannya, "Ya" maka Anda jangan membuang-buang waktu. Karena, waktu adalah inti kehidupan. Kehidupan dalam diri kita adalah citra Allah. Sebagai gambar Allah, diri kita sudah ada komponen dasar yang tetap dan baku untuk mencapai kesuksesan. Dalam pemikiran Yunani pribadi atau diri kita, sebagaimana disebutkan Santo Paul memiliki tiga komponen yang satu padu: tubuh, jiwa, dan roh. Komponen ini merupakan gambaran, sekaligus sebagai sumber bahan dasar kesuksesan. Kita dapat mengkopi gambaran kesusksesan ini menjadi bahan pelajaran kesuksesan bagi diri kita masing-masing.

Kesuksesan atau kehancuran diri kita sangat tergantung bagaimana kita mengelola ketiga komponen itu dalam waktu tertentu. Ketiga komponen ini dapat diibaratkan warna dasar cat seorang pelukis, yaitu merah, biru, kuning, dan hitam. Pelukis yang pintar dan bodoh diukur dari waktu dan kemampuan mereka meracik ragam warna dasar pada kanvas.

Kesuksesan dalam memanfaatkan waktu selalu dengan langkah pertama, langkah kedua, langkah ketiga, dan seterusnya. Seperti urutan langkah, kesuksesan penggunaan waktu secara keseluruhan merupakan gambaran baku yang musti dilalui. Seperti Allan Lakein, Declan Treacy, Phil Murray, dan Santo Paul memiliki gagasan yang hampir sama dalam mencapai kesuksesan. Menurut mereka, minimal ada tiga unsur penggunaan waktu yang penting untuk mencapai kesuksesan.

Pertama, menetapkan tujuan. Apakah tujuan hidup Anda? Berdiamlah sejenak. Pikirkan secara mendalam. Tulis apa pun yang terlintas di dalam pikiran Anda, fisik, keluarga, sosial, keuangan, dan lain-lain. Lakein berkata, "Kekuatan yang besar akan timbul bila kita memiliki tujuan hidup yang jelas." Dalam kehidupan sehari-hari sering sesuatu hal yang sesunggungnya penting kelihatan biasa saja. "Kelihatannya", kata Schuller, "Sebagian besar manusia membiarkan hidupnya mengalir begitu saja. Hanya sedikit saja, sangat sedikit, memutuskan apa yang akan terjadi di dalam kehidupan mereka." Demikian Robert H.Schuller, pakar motivasi dan pendiri The Crystal Cathedral, Garden Grove California itu menambahkan.

Selaku teman sekutu, bersama waktu kita harus bergerak menuju sasaran. John Galsworty berkata, "Kalau Anda tidak memikirkan masa depan, Anda tidak akan mempunyai masa depan." Hampir senada dengan pendapat Galsworty, Hellen Keller, gadis buta yang menjamah dunia dengan dengan kisahnya, mengilhami ribuan orang. Ketika seseorang bertanya, "Menurut Anda, apa yang lebih buruk ketimbang menjadi buta? Dia dengan segera menjawab, "Tidak memiliki visi." Visi adalah sasaran yang jelas terlihat oleh mata pikiran kita. Nampaknya, Keller memahami benar betapa pentingnya memiliki suatu penglihatan ke masa depan yaitu tujuan hidup.

Kedua, memperlengkapi rencana-rencana tindakan atau team work.

Seperti sebuah kesebelasan pemain sepak bola harus memiliki tim yang solid. Memiliki kerja sama yang bagus, terarah, dan siap pakai. Membuat penerapan-penerapan gagasan yang mudah untuk mencapainya. Suatu tim kesebelasan sepak bola harus dapat mengukur jangka waktu pertandingan. Jangan sampai terjadi pemborosan waktu. Demikian dalam mencapai sasaran hidup, kita membutuhkan perencanaan waktu.

Susun rencana per hari, per minggu, per bulan dan seterusnya. Tuliskan janji-janji dan laksanakan dengan setia serta tepat waktu. "Membaca sebuah buku mengenai kesuksesan," kata Phil Murray, "Adalah selingan yang membuang-buang waktu bila Anda tidak mempraktikkan secara bijaksana pengetahuan yang baru saja Anda peroleh." Sangat mengesankan apa yang dituliskan oleh Nido R. Qubein. Dalam bukunya Langkah Praktis Menuju Sukses, dia mengatakan, "Rencana-rencana yang dibuat yang terbaik, rencana yang paling rumit dan teragung dari tujuan, tidak ada artinya kecuali seseorang membuatnya jadi kenyataan." Benar apa yang dia utarakan. Kita dapat membaca buku motivasi dan mendengarkan pidato-pidato yang memberi motivasi, dan mendengarkan kaset-kaset hingga ungkapan dengan nada tinggi keluar dari mulut kita seperti air terjun Siguragura. Tetapi tak ada yang berarti akan terjadi, sampai kita berbuat sesuatu tentang apa yang telah kita baca dan dengar itu.

Kebutuhan yang mendesak saat ini, menurut Qubein, bukanlah pengetahuan yang lebih banyak yang disebut "ledakan pengetahuan" yang telah menjamur begitu pesat. Apa yang dibutuhkan dunia adalah tindakan-tindakan yang membangun dengan orang-orang yang pandai dan kemauan baik. Menarik sekali apa yang dituliskan Johanes Lim, dalam bukunya No Pain No Gain bahwa "Ttidak banyak orang yang berjuang keras untuk merealisasikan tujuan hidupnya selangkah demi selangkah secara sadar. Sayang sekali, karena sedikit sekali." Demikian keluhannya. Dan itulah menurut dia salah satu penyebab mengapa orang sukses begitu sedikit sekali. Sedangkan orang marginal alias pinggirian begitu banyak.

Ketiga, kepemimpinan atau leadership. Gambaran, blue print kepemimpinan sebenarnya sudah tercipta dalam diri kita masing-masing atau kelompok saat bergerak menuju kesuksesan.

Diri kita masing-masing merupakan bagian terkecil dari kelompok. Bercermin dari susunan diri kita, yaitu tubuh, jiwa, dan roh tadi, maka terlihat bahwa posisi jiwa terdapat antara tubuh dan roh. Gambaran ini merupakan gambaranan kesuksesan penggunaan waktu. Roh keberhasilan merupakan tujuan. Dia merupakan cita-cita atau tujuan hidup dengan bermacam-macam bentuk dan ungkapan. Sebelum kita melangkah kepada tujuan, kita membutuhkan pemimpin tangguh. Pemimpin tangguh dalam diri kita adalah jiwa. Posisi dan tugas pemimpin dalam diri kita amat sangat menentukan tercapainya suatu tujuan. "Segala sesuatu berawal dan berakhir pada kepemimpinan," kata Jim Dornan & John C. Maxwell.

Sering kali kita terbalik menapaki waktu kesuksesan. Bertindak, kemudian berpikir. Bukan berpikir selanjutnya bertindak. Dua ribu tahun yang lalu Santo Paul sudah mengajarkan urutan sukses penggunaan waktu, yaitu: percaya dibarengi dengan perbuatan. Thomas sebagai duplikat manusia masa kini yang cenderung melihat dulu baru percaya Nabi Isa (Yesus) menegur Thomas agar berbalik dari kekeliruannya. Dia menghimbau agar kita mengubah cara kita menggunakan waktu menjadi percaya dulu baru melihat alias berpikir sebelum bertindak!

William James, Bapak Psikologi Amerika awal abad 20 mengatakan bahwa penemuan terbesar dunia saat itu bukanlah ilmu fisika, tetapi daya kekuatan pikiran (dalam jiwa). Seseorang dapat mengubah hidupnya dengan mengubah cara berpikirnya.Dalam diri kita,jiwa merupakan pemimpin utama.Jiwa yang memuat di dalamnya rumpun pikiran,kehendak,dan emosi menjadi bahan diskusi yang menarik sekali di abad modern ini juga perlu kita pelajari !

Mengapa kata 'jiwa' ditempatkan di tengah antara kata 'tubuh' dan 'roh'? Itu bukan suatu kebetulan, melainkan mempunyai makna tertentu. Itu suatu gambaran untuk dijadikan sebagai contoh bagi siapa saja berniat dan belajar jadi pemimpin. Pemimpin sukses selalu berada di tengah anggota. Dengan demikian dia mudah berhubungan ke atas dan ke bawah. Antara kepentingan tujuan dan bawahan. Jadi tidak melulu berorientasi ke tujuan, tetapi juga melihat kepentingan bawahan. Ini berlaku bagi pemimpin segala bentuk organisasi, perusahaan, dan negara sekalipun. Sebagai pemimpin yang ditengah dia bertanggungjawab membentuk mindset dan goal setting dalam pencapaian waktu kesuksesan. Dia harus mampu memberi semangat kepada bawahan agar jangan loyo sebelum mencapai cita-cita.

Dalam perjalanan pencapaian tujuan, kita sering cenderung mengabaikan jiwa. Kita mengedepankan kehendak tubuh. Misalnya, kalau melihat makanan yang dikemas dengan bagus dan indah, kita sering langsung mau mencoba menikmatinya. Kita lupa bertanya dalam hati kita, apakah itu berguna untuk kesehatan kita sendiri? Atau, ada apa di balik keindahan itu? Kita cenderung lupa meminta nasihat jiwa sebagai pemimpin. Sembilan puluh persen perkelahian dapat dihindarkan seandainya kita dapat berpikir sebelum berkelahi.

Dari uraian di atas kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa pengendalian waktu dan mengenal unsur penggunaan waktu sangat penting. Tahapan ini sangat penting bagi kita ketika kita membentuk team work dan mengambil tindakan guna mencapai tujuan. Unsur-unsur pencapaian sukses dalam diri kita atau kelompok memiliki suatu tahapan baku. Jiwa sebagai unsur ketiga menduduki tempat sentral, menempati posisi sangat strategis dan penting. Jiwa, sebagai pemimpin dapat mengarahkan kita terus-menerus secara terfokus kepada tujuan, yaitu kesuksesan. Kegiatan ini bergerak dalam waktu. Gambaran ini sederhana dan mudah dimengerti melalui susunan diri kita, sebagai citra Allah. Sudahkah kita menyadarinya dan menerapkannya?[jmg]

* J. Marsello Ginting lahir di Sibolangit Deli Serdang, Sumatera Utara, pada 19 April 1958. Penghobi bacaan, traveling, dan koleksi buku-buku, khusus tentang motivasi dan pengembangan diri. Telah dikaruniai empat anak, hasil perkawinannya dengan Henny Helena. Marsello Ginting memiliki pengalaman kerja yang beragam, mulai dari percetakan di Pangkal Pinang, Bangka, Social Worker for Galang Island Refugees, guru SMA negeri dan swasta di Bandung. Setelah menyelesaikan pendidikan di Fakultas Filsafat Unpar Bandung (1988) ia kemudian hijrah ke Jakarta dan bekerja di Departemen Agama Pusat Jakarta. Karena tidak betah, ia kemudian bekerja sebagai Building Waterproofing Contractor. Ia pernah juga menjabat posisi manajerial di sejumlah perusahaan di Jakarta. Dua tahun terakhir ini ia dan beberapa rekannya telah mendirikan Yayasan Pondok Gede, Great House Management, untuk membantu masyarakat yang terkena PHK dan jobless. Ia dapat dihubungi di email: gintingshow@yahoo.com.

A SPLASH WATER: SEORANG PENJUAL KORAN

Oleh: Joycelina

Seminggu yang lalu, saya mendapat kiriman sms dari seorang teman saya, sebut saja dia si A. Isi sms tersebut membuat saya lebih aware tentang pentingnya menghargai orang sekitar dan terutama mitra usaha. Isi sms itu sebenarnya sangat sederhana, hanya menceritakan pengalaman si A pagi itu. Namun bagi saya, seperti percikan air dingin yang mengingatkan saya akan satu hal yang sempat terlupakan.

Cerintanya begini. Setiap sabtu dan minggu pagi, bapak penjual koran di sekitar kos si A mengantarkan koran ke depan pintu kamarnya. Karena berencana pindah kos ke daerah yang cukup jauh, si A menghentikan langganan korannya. Hari itu adalah hari minggu terakhir bulan November. Bapak penjual koran mengetuk pintu kamar si A (biasanya si Bapak ini hanya meletakan korannya di depan pintu saja). Maka, si A pun membuka pintu dan menemukan si bapak berdiri di depannya.

Si A pun menanyakan ada masalah apa kepada si Bapak penjual koran ini. Si Bapak dengan sikap yang rendah hati dan tulus berkata, “Maaf, Mas. Bapak cuma mau berterima kasih karena mas telah berlangganan koran. Hari ini kan hari yang terakhir, mohon maaf kalau selama ini ada yang salah...”

Saat bapak penjual koran selesai mengucapkan kata-katanya, langsung terbesit perasaan sedih dan haru di hati si A. Si A merasakan begitu berat untuk menghentikan langganannya walaupun dia memang sudah harus pindah.

Bukan hanya si A yang merasa terharu. Saya yang membaca smsnya saja merasa seperti disiram air dingin. Bekerja di perusahaan yang target tahunnya bermiliar-milyar rupiah, belum pernah saya mengucapkan terima kasih dan maaf yang begitu tulus kepada klien-klien saya. Begitu pula dengan teman-teman kerja saya, belum pernah saya dibuat sadar seperti ini. Sebagai informasi tambahan, nilai langganan si A selama setahun sekitar Rp400 – 500 ribu dan si A hanya bertahan selama 1 tahun di kos tersebut.

Lesson to be learned
Mungkin saja cerita ini begitu kecil bagi sebagian orang. Tapi mungkin sekedar untuk mengingatkan kita semua akan pentingnya rasa menghargai, cerita ini cukup bagus sebagai alarm bagi kita semua. Kapan terakhir kita benar-benar menghargai sahabat, hadiah, pekerjaan, atau klien yang kita miliki?

Banyak yang berkoar-koar tentang betapa pentingnya network, betapa luasnya network yang mereka miliki, tapi sebagian mungkin masih harus belajar dari si Bapak penjual koran di atas. Reaksi teman saya, si A adalah bukti paling nyata bahwa betapa pentingnya rasa dihargai bagi seorang klien. Saya yakin bila si A masih punya kesempatan, maka dia tidak akan menghentikan langganannya.

Bila Anda tidak percaya, cobalah lakukan dalam keseharian Anda. Perhatikan perubahan yang terjadi pada Anda dan orang-orang di sekitar Anda, klien-klien Anda. Mulailah dengan hal yang paling kecil, mengucapkan terima kasih dan maaf dengan tulus kepada siapa pun, bahkan seorang sopir, bawahan, penjual buah , dll.

Semoga langkah-langkah tersebut bisa membuat hidup Anda lebih berkualitas. Terima Kasih.[j]

* Joycelina saat ini adalah seorang marketing di sebuah perusahaan swasta. Di sela-sela kesibukannya tersebut, ia juga menjalankan profesi sebagai desainer grafis lepas. Semasa kuliah pernah aktif sebagai President of Bina Nusantara English Club periode 2004-2005. Joycelina dapat dihubungi di email: joyce@geosinindo.co.id.

AIM HIGH

Oleh: Ignatius Muk Kuang

"Bercita-citalah setinggi langit." ~ Pepatah Bijak

Kalimat ini sangat populer di telinga saya sejak masih SD. Dari dulu sebenarnya anak-anak sudah diajarkan secara tidak langsung untuk bermimpi besar, bercita-cita yang tinggi.

Tapi seiring berjalan waktu, dan semakin dewasa seseorang justru yang terjadi malah sebaliknya. Banyak orang justru tidak berani lagi bercita-cita setinggi langit saat ini, apalagi melihat situasi dan kondisi yang ada di lingkungannya, melihat keterbatasan dirinya, dan kekurangan lainnya yang dianggap sudah sangat tidak memungkinkan lagi untuk mempunyai tujuan yang besar.

Mengapa Anda menjadi khawatir menetapkan tujuan yang besar?

Apa yang membuat Anda takut untuk menetapkan target yang tinggi?

Ada yang mengatakan, "Untuk apa punya tujuan besar, nanti kalau tidak tercapai bisa stres. Istilahnya kalau mimpi sampai lantai 10 kalau tidak terjangkau dan jatuh akan sangat sakit sekali."

Dulu saya juga berpikir demikian, tapi kalau tidak pernah punya tujuan besar rasanya lebih menyedihkan karena tidak tahu harus mengejar apa dalam hidup ini.

Pikiran saya kalau tidak bisa sampai lantai 10, dan jatuh setidaknya nanti ada di lantai 9 atau 8. Daripada saya bermimpi di lantai 2 dan jatuh di lantai 1, kenapa tidak sekalian tinggi mimpinya.

Kemudian kembali saya berpikir, mengapa harus membayangkan akan jatuh dulu, mengapa harus membayangkan akan tidak tercapai? Mengapa tidak berpikir, kalau nanti tercapai apa tindakan selanjutnya?

Jadi fokus utama pemikiran kita akan mempengaruhi keputusan kita untuk menentukan tujuan. Jika fokusnya negatif maka kecenderungan tujuannya akan tidak besar, begitu pula sebaliknya jika fokus Anda positif maka tujuan yang akan Anda buat akan lebih tinggi.

Jangan pernah mau membatasi diri Anda oleh siapa pun, dan dalam kondisi apa pun. Buang semua fokus negatif, hambatan yang ada dalam pikiran, karena ini yang akan membuat Anda menghentikan atau mematikan tujuan besar dalam hidup Anda. Lakukan suatu yang luar biasa untuk hidup Anda.

If You Can Aim High, Why You Should Aim Low?

Salam Sukses!

* Ignatius Muk Kuang adalah seorang trainer, speaker (motivation, self-development, salesmanship, presentation, public speaking). Ia dapat dihubungi di email : mukkuang@gmail.com atau blog: http://ignatiusmk.blogspot.com

HATI-HATI DENGAN LIDAH KONSUMEN

Oleh: Ardian Syam

Saya tidak sedang berniat menutup rezeki para bintang iklan. Tulisan ini juga sangat baik untuk dibaca para bintang iklan.

Teman saya punya anak perempuan. Teman saya menceritakan kata-kata sang anak perempuan kepada kami. Ada seorang bintang iklan yang cukup dikenal oleh semua orang termasuk anak-anak. Ketika dia mengiklankan produk lain, sama sekali tidak menjadi masalah. Masalah kemudian timbul ketika dia membintangi iklan produk makanan. Sang anak minta dibelikan makanan tersebut, ternyata buat cita rasa si anak perempuan, makanan tersebut tidak enak.

Lalu kemudian bintang tersebut mengiklankan produk minuman yang bisa dikonsumsi oleh anak-anak. Sang anak perempuan juga kali ini minta dibelikan, dan sekali lagi buat cita rasa sang anak, minuman tersebut tidak enak. Maka berkomentarlah sang anak, “Ma, ntar kalau si ... (nama sang bintang iklan terpaksa saya rahasiakan) iklan lagi, saya gak mau beli, ah”.

Menggelikan memang kalau kita yang menjadi konsumen, tetapi akan sangat berbahaya bagi kita sebagai produsen atau biro iklan. Benarkah bahwa makanan dan minuman tersebut memang tidak enak? Ataukah hanya cita rasa sang anak saja yang memang agak berbeda dengan cita rasa orang kebanyakan? Kita tidak pernah tahu tanpa survei.

Ketika kita melakukan survei untuk produk kita dengan mengundang banyak orang sekaligus ke satu tempat dan mencoba secara gratis produk kita maka perlu diwaspadai komentar dari para calon konsumen. Kebanyakan konsumen Indonesia bila diberikan produk secara gratis akan menjadi sungkan untuk memberikan komentar negatif.

Lebih baik mengkategorikan komentar hanya pada dua kelompok saja. Enak dan tidak enak. Bila konsumen memberi komentar bahwa rasa produk Anda hanya lumayan, maka kategorikan lah kepada tidak enak. Sayang sekali, komentar tipe ini tidak bisa kita tanya lebih jauh. Bila konsumen mengomentari bahwa produk Anda enak, tanya saja lebih jauh mengapa dia bilang rasa produk Anda enak, dan kalau dia tidak menjawab dengan jelas maka kategorikan saja bahwa dia menyatakan produk Anda tidak enak.

Ketika konsumen berkomentar bahwa rasa produk Anda tidak enak, kelompok ini juga bisa ditanya lebih jauh. Lebih baik catat secara rapi dan analisa kembali jawaban mereka. Inilah kelompok terbaik yang Anda harapkan. Karena jawaban mereka dapat Anda gunakan untuk memperbaiki kualitas rasa produk Anda.

Saya pernah lihat sebuah iklan yang menunjukkan bahwa sebuah kamera tersembunyi diarahkan kepada rak pajang yang memuat produk yang sedang diiklankan. Mudah-mudahan produk tersebut memang sedang melakukan survei sungguh-sungguh. Karena di iklan tersebut terlihat ada berapa banyak orang yang mengambil produk itu dalam satu jam saja. Cara begini juga baik untuk membuktikan bahwa produk Anda sudah diminati masyarakat. Tetapi ketika Anda mendapatkan bahwa produk Anda tidak diminati, Anda tidak dapat mencari tahu mengapa hal tersebut terjadi.

Balik lagi ke cara mengundang orang banyak untuk menikmati produk kita. Bila sedang mencoba produk minuman, maka di tempat yang tidak terlalu jauh sediakan pula meja yang menyajikan air minum dalam kemasan atau air minum dalam kemasan secara gratis dan upayakan tidak ada tanda-tanda bahwa meja itu disediakan oleh perusahaan Anda. Anda dapat menghitung berapa banyak orang yang mencoba produk Anda dan kemudian minta lagi serta berapa banyak yang kemudian minta air minum dalam kemasan tersebut.

Jangan berkecil hati, orang-orang yang meminta air minum dalam kemasan, secara implisit sedang menyatakan bahwa produk Anda tidak enak buat mereka. Tanpa perlu Anda tanyai, mereka akan berkomentar tentang produk minuman Anda ketika sedang minta air minum dalam kemasan. Sediakan saja alat perekam yang cukup baik sehingga Anda bisa melakukan analisa kemudian.

Ketika Anda sedang ingin mencobakan produk makanan, sama saja. Di meja lain yang tidak terlalu dekat tetapi juga tidak terlalu jauh Anda sediakan kue-kue kecil dari toko kue yang sudah dikenal mempunyai kue yang enak. Juga sediakan air minum dalam kemasan. Sama dengan minuman tadi, Anda dapat menghitung jumlah orang yang tidak mengambil lagi produk Anda melainkan mengambil kue atau air minum dalam kemasan tersebut dan pastikan ada rekaman yang bisa Anda analisa kemudian.

Berani mencoba yang lebih ekstrim untuk mendapatkan komentar yang jujur tentang produk Anda?

Bila Anda sedang masuk ke pasar yang sudah diisi oleh produk lain, percayalah bahwa sudah ada market leader yang sudah dikenal konsumen di pasar tersebut. Konsumen bukan hanya sudah mengenal produk sang market leader tetapi juga sudah mengenal ciri-ciri khas petugas mereka.

Turunkan tim dengan pakaian seragam yang mirip baik potongan, motif dan warna dengan seragam petugas dari sang market leader. Tentu saja Anda tidak dapat membiarkan tim menggunakan atribut atau logo khusus yang biasa dipakai mereka. Sebar tim Anda langsung di dekat-dekat supermarket dan secara tidak formal menanyai orang-orang yang lewat tentang produk Anda. Besar kemungkinan jawaban mereka seperti ini “Produk itu memang ... (murah/diberi kemasan yang menarik/dikemas dengan jumlah yang tidak terlalu banyak, atau hal lain yang memang menjadi unggulan produk Anda) tetapi rasa produk itu tidak begitu enak seperti produk kalian.”

Mengapa demikian? Tentu saja, konsumen mengira bahwa mereka sedang disurvey oleh tim yang sedang diturunkan oleh sang market leader. Tim Anda bisa meminta jawaban lebih menyeluruh tentang mengapa mereka menyatakan produk Anda tidak enak. Anda punya begitu banyak jawaban untuk dianalisa dan digunakan sebagai dasar memperbaiki kualitas rasa produk Anda.

Berbohong? Tidak juga, Anda tidak menyatakan bahwa tim tersebut adalah tim yang diturunkan oleh kompetitor Anda, karena tidak ada atribut, badge, kartu nama, atau logo sang kompetitor. Tim tersebut juga tidak menyebutkan bahwa mereka adalah orang-orang yang ditugaskan oleh kompetitor Anda. Tim tersebut juga tidak sedang menjelek-jelekkan produk kompetitor, tim tersebut bahkan sedang mengumpulkan komentar tentang kejelekan produk Anda. Andai pun kemiripan memang disengaja, tetapi hal tersebut toh tidak dalam tujuan untuk menjatuhkan nama produk atau nama sang kompetitor. Jadi mengapa tidak berani melakukan hal tersebut.

Hal yang lebih penting adalah ketika Anda sedang ingin membuat iklan di televisi. Produk Anda mungkin sudah melalui serangkaian survei-perbaikan yang berulang-ulang. Anda bahkan sudah yakin, berdasarkan survey terakhir, bahwa tidak ada lagi keluhan dari konsumen tentang kualitas rasa produk Anda. Ketahuilah bahwa televisi adalah sumber informasi yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat, terutama di Indonesia.

Pastikan bahwa calon bintang iklan Anda bukanlah orang yang pernah mengiklankan produk makanan atau minuman lain yang belum pernah Anda ketahui kualitas rasa produk mereka. Andai karena berbagai sebab Anda tidak mendapatkan calon bintang iklan lain, maka pastikan bahwa Anda memang sudah mencoba kualitas rasa dari produk yang dia iklankan sebelum dia Anda kontrak menjadi bintang iklan Anda.

Anda akan aman bila dia mengiklankan produk makanan atau minuman dari satu market leader karena tentu saja kualitas rasa produk mereka benar-benar telah melalui uji pasar. Jangan tergoda dengan bintang iklan dari orang-orang yang sudah dikenal di bidang lain seperti presenter, penyanyi, pelawak, atau apa saja. Tetap saja ada resiko bagi produk Anda yang baru masuk ke pasar langsung ditolak oleh konsumen, bila kasus seperti yang terjadi pada anak teman saya tersebut terjadi pada produk Anda.

Bisa Anda bayangkan bila berniat mengontrak bintang iklan tersebut sementara produk yang akan Anda dan dia iklankan adalah produk makanan atau minuman, padahal banyak yang sudah memberi cap bahwa produk makanan atau minuman yang dia iklankan tidak enak?

Saya tidak sedang berniat menutup rezeki para bintang iklan. Tulisan ini juga sangat baik untuk dibaca para bintang iklan. Anda bisa menutup rezeki Anda di iklan makanan dan minuman bila Anda mengiklankan lebih dari satu makanan dan atau minuman yang tidak enak. Maka berhati-hatilah menerima kontrak iklan. Coba dulu rasa produk tersebut baru tanda tangani kontrak.

Produsen baru, biro iklan bahkan bintang iklan memang lebih baik berhati-hati dengan iklan yang sudah ada. Bagi produsen baru, menggunakan bintang iklan yang sudah terlanjur dicap mengiklankan produk yang tidak enak akan menghancurkan image produk Anda, bahkan ketika produk tersebut belum mencapai pangsa pasar yang baik. Biro iklan yang sering menggunakan bintang iklan tertentu untuk produk sejenis juga perlu hati-hati, sejenis tidak lagi berarti sama-sama minuman berenergi, tetapi bisa saja makanan dari olahan daging dianggap sejenis dengan produk susu bagi para konsumen. Toh sama-sama produk yang dikonsumsi lewat mulut. Para bintang iklan juga perlu lebih selektif bila akan dikontrak untuk iklan sejenis dimaksud. Mari sama-sama kita menjaga kualitas masing-masing.[as]

* Ardian Syam adalah penulis buku “Kacamata Kuda”. Ia dapat dihubungi di: ardian.syam@gmail.com

YANG PASTI-PASTI AJA DEH?

Oleh: Kristopher David


“Di dunia ini, satu-satunya yang pasti adalah ketidakpastian.”

Siapa pun Anda harus yakin pada keputusan yang Anda buat. Betapa pun Anda tidak ahli, keputusan Anda memiliki bobot tersendiri yang tidak bisa diremehkan oleh siapa pun juga. Contoh konkrit adalah saat Anda memilih presiden dalam pemilu. Justru yang terpilih bukanlah pasangan ideal menurut para pengamat politik.

Dalam artikel saya sebelumnya, saya menganjurkan Anda untuk berpikir menurut kapasitas Anda. Jadi bukan sekedar memilih tanpa pertimbangan. Apakah Anda menuruti orang yang punya track record, atau orang yang sekedar fasih secara akademis, atau kombinasi pemikiran antara keduanya, beban pengambilan keputusan ada di tangan Anda.

Kali ini saya ingin mengingatkan para pembelajar tentang situasi yang perlu diperhatikan saat kita mengambil keputusan. Saya masih ingat kala pertama kali masuk kuliah, saat dosen-dosen saya berulangkali menanamkan konsep ketidakpastian. Sebenarnya ada tiga konsep mendasar yang melatarbelakangi pengambilan keputusan, dua yang lainnya adalah keragaman dan generalisasi, yang baru sempat saya bahas kapan-kapan.

Saat mengikuti OSPEK jurusan pun, para senior juga berulangkali menegaskan konsep ketidakpastian. Secara singkat, menyebutkan sesuatu secara pasti sangat tidak dianjurkan. Kami hanya boleh menyebut, kira-kira, dari sekian sampai sekian, yakin dalam taraf 95 % dan konsep semacam itu lainnya.

Kalau Anda seorang pengusaha, pasti sangat mengharapkan kepastian. Kepastian sangat diinginkan untuk memudahkan prediksi kedepan. Baik kepastian harga BBM, kepastian tidak ada perubahan regulasi, kepastian tidak ada demo buruh, kepastian nilai tukar rupiah, kepastian tidak ada pengeboman oleh teroris dsb.

Bentuk kepastian yang lain, diharapkan oleh para PNS. Di antaranya kepastian tidak akan dipecat, kepastian jaminan masa pensiun, kepastian dari asuransi kesehatan dan sebagainya.

Para peserta seminar motivasi, atau perusahaan yang mengirim karyawannya ke seminar semacam itu, menginginkan kepastian bahwa ada hasil konkrit selama sekian bulan setelah seminar tersebut.

Sayangnya, tidak ada sesuatu yang pasti, kecuali ketidakpastian. Mungkin saudara yang kritis akan mengatakan kalimat saya tersebut self-defeated. Jika semua tidak pasti, maka kalimat saya di atas juga tidak pasti. Nah, itu akan saya bahas kali lain saja. Sekarang kita anggap saja bahwa tidak ada sesuatu yang pasti.

Sebagian besar kita tidak menyukai ketidakpastian, karena kita ingin mengontrol segala hal dengan sumber daya yang ada pada kita. Kita ingin mengontrol anak, keluarga, pegawai, teman, pemerintah, rakyat, bahkan kita ingin mengontrol Tuhan. Kita ingin tahu apa syaratnya supaya Tuhan membuat kita sukses. Dengan menyederhanakan semua hal ke dalam hubungan sebab-akibat, kita bisa mengendalikan sebab dan mengendalikan hasilnya pula.

Saya menyarankan saudara untuk berhenti berharap segala sesuatu berjalan sesuai keinginan kita. Jika tidak, kita akan lebih banyak mengalami kekecewaan. Meski demikian, saya tetap berharap saudara percaya diri dengan apa yang saudara lakukan. Menghadapi ketidakpastian, Anda hanya perlu tahu harus menghubungi siapa untuk membantu Anda mengambil keputusan. Mengapa saya katakan membantu, karena Andalah Sang Tuan. Andalah yang harus mengambil keputusan. Perlu diketahui, hampir semua orang kaya tidak lebih ahli daripada para stafnya. Kalau Anda melihat Presiden SBY, hampir semua menterinya lebih ahli daripada beliau. Hampir semua bidang ada konsultannya, apalagi bagi Anda yang hidup di Jakarta.

Sekarang, bukan lagi saatnya Anda berkata, ‘yang pasti-pasti aja deh’.[kd]

* Kristopher David adalah mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Surabaya.

GENJOT PENJUALAN LEWAT MILIS

Oleh: Didik Darmanto

Promosi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan omset. Tapi jangan sampai jor-joran, ongkos promosi itu mahal lho. Nah, kalau ingin menekan ongkos promosi Anda patut melirik milis. Lewat jaringan surat elektronik ini Anda bisa mempromosikan bisnis secara gampang dan murah.

Milis (mailing list) merupakan sebuah forum diskusi atau publikasi elektronik dengan memanfaatkan teknologi internet. Sejak dikenalnya internet, komunikasi lewat email menjadi pilihan menarik. Disamping murah, kualitas kirimannya juga bagus bahkan bisa dalam format audio-video.

Dengan semakin ramainya penggunaan email, grup-grup milis mulai bermunculan. Di mana masing-masing anggota dapat saling berkomunikasi dan bertukar informasi lewat surat elektronik. Di antara mereka ada yang bergabung dalam grup milis karena kesamaan hobi, profesi, satu alumni atau sekadar komunitas gaul.

Milis sebagai wadah berinteraksi di dunia maya semakin populer seiring dengan bertambahnya penyedia layanan ini. Sebut saja misalnya Yahoo! Groups, Topica serta layanan milis produksi dalam negeri seperti Plasa.com dan Groups.or.id.

Ongkos murah
Sampai dengan saat ini, belum banyak pebisnis yang memanfaatkan milis untuk mengembangkan bisnisnya. Padahal lewat milis Anda bisa berpromosi kepada para anggota grup. Promosi di milis ini terhitung murah dibandingkan dengan promosi di tv, koran, majalah, radio atau media massa lainnya.

Kegiatan promosi ini pasti dibutuhkan oleh setiap bisnis untuk memperkenalkan produk atau jasa yang ditawarkan. Tanpa promosi roda bisnis akan tersendat bahkan mandeg. CEO Let’s Go Indonesia, Valentino Dinsi, mengatakan bahwa omset penjualan tergantung dari besarnya prospek. Dan untuk memperbesar prospek Anda harus berpromosi.

Misalnya Anda memiliki minimarket terletak di sebuah kompleks dengan 1.000 orang penduduk. Maka 1.000 orang tersebut adalah prospek bisnis Anda yang berpotensi menjadi pembeli. Kalau ingin mendongkrak omset, lanjutnya, maka harus memperbanyak prospek. Salah satunya dengan berpromosi seperti menyebarkan brosur ke kompleks tetangga. Sehingga prospek dari minimarket Anda bukan hanya penduduk di lingkungan komplek saja.

Milis merupakan salah satu media yang bisa dipakai untuk meningkatkan prospek bisnis. Lewat milis Anda bisa memperkenalkan bisnis yang sedang digeluti kepada para anggota grup.

Promosi di milis memang belum lazim, kebanyakan para bebisnis masih menggunakan media konvensional seperti media cetak atau tv. Promosi dengan cara konvensional ini ongkosnya mahal. Semakin luas jangkauan medianya, semakin mahal pula ongkosnya. Tidak demikian halnya dengan milis. Di milis Anda bisa berpromosi murah-meriah dengan jangkauan global.

“Hal yang mendorong orang untuk berpromosi ke grup-grup adalah karena biayanya relatif murah jika dibandingkan dengan media konvensional,” kata penulis buku Panduan Penggunaan Milis untuk Memenangkan Bisnis, Arwin Soelaksono.

Jangan ikuti semua
Ketika Anda ingin memperkenalkan dan menjual produk kepada khalayak ramai, pasti akan memilih media yang tepat untuk berpromosi. Sebagaimana promosi lewat tv, radio, atau media cetak pasti akan dipilih berdasarkan kualitas. Begitu pula dengan promosi di milis, Anda harus pintar-pintar memilih grup untuk berpromosi.

Meskipun promosi di milis itu murah, tapi juga berpotensi untuk membobol kantong kalau Anda tidak selektif dalam mengikuti milis. Dari sekian banyak grup yang ada tidak harus semuanya diikuti. Pasalnya akan memboroskan waktu, biaya dan tenaga kalau Anda mau memasarkan bisnis kepada semua grup yang ada di dunia maya.

Lebih lanjut Arwin membagi grup-grup milis itu menjadi empat kategori. Pertama, grup profesi yaitu milis yang berisikan orang-orang dengan latar belakang profesi yang sama. Biasanya grup ini dimiliki oleh para profesional, karyawan, atau mahasiswa untuk mendiskusikan seputar masalah mereka. Misalkan perpajakanakutansi@yahoogroups.com, marketing-club@yahoogroups, dll.

Kedua, grup minat yaitu milis yang diprakarsai oleh orang-orang yang memiliki kesamaan minat untuk mendiskusikan suatu topik atau hobi. Seperti milis Safir senduk & Rkan (SSR) untuk orang-orang yang berminat membincangkan perencanaan keuangan keluarga, milis Ayah-Bunda-Anak@yahoogroups.com yang membahas seputar masalah keluarga, milis bisnis-smart@yahoogroups.com untuk komunitas pebisnis, dll.

Ketiga, grup persahabatan. Biasanya milis ini dimanfaatkan untuk memelihara tali silahturahmi atau ajang mencari teman baru. Misalnya milis alumni_fisipol-ugm@yahoogroups.com yang dibuat sebagai sarana komunikasi dan tukar-menukar informasi alumni Fisipol UGM.

Keempat, grup sekerja yaitu milis yang dimanfaatkan oleh sebuah kelompok kerja atau proyek demi keefektifan komunikasi. Anggota yang tergabung dalam milis ini hanyalah orang-orang yang berkepentingan dengan proyek tersebut. Sudah menjadi kelaziman bagi perusahaan-perusahaan modern untuk memiliki milis internal semacam ini.

Tentu tidak semua milis yang tersedia itu bermanfaat untuk bisnis Anda. Oleh karena itu, sebaiknya Anda menyeleksi milis yang sesuai. Kalau asal-asalan, promosi Anda bisa tidak tepat sasaran.

Misalkan begini, untuk menjual produk kebutuhan balita tentu akan lebih tepat kalau Anda memilih grup yang membahas tentang dunia anak, ketimbang berpromosi di grup yang mendiskusikan masalah polotik.

Identitas jelas
Selain kesesuaian grup dengan bisnis yang ditawarkan, Anda juga harus menilai kualitas dari grup tersebut. Kualitas grup ini salah satunya dapat dilihat dari keaktifan anggotanya untuk posting (mengirim email ke milis).

Anda pun juga harus memperhatikan jumlah anggotanya. Tentu akan menjadi mubazir manakala Anda berpromosi di grup yang miskin anggota dan miskin posting.

Sampai tidaknya pesan yang disampaikan tergantung dari kemampuan Anda dalam berkomunikasi. Oleh karena itu, usahakan posting semenarik mungkin. Dan sebaiknya Anda tidak melulu berpromosi agar anggota yang lain tidak bosan dengan posting Anda.

Seiring dengan maraknya aksi penipuan di dunia maya, banyak orang yang tidak percaya dengan setiap bisnis yang ditawarkan di internet. Salah satu cara untuk membangkitkan kepercayaan orang terhadap bisnis yang Anda tawarkan, maka Anda perlu mengungkapkan identitas secara jelas.

Kejelasan identitas ini menjadi modal awal untuk membangun kepercayaan orang di internet. Maka jangan lupa untuk selalu mencantumkan nama, alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

“Bila tidak bersedia mengungkapkan alamat Anda secara jelas, siapa yang mau berbisnis dengan Anda?” tukas Arwin.[dd]

* Didik Darmanto adalah penulis buku laris Kalau Mau Kaya Ngapain Takut Ngutang (Bornrich, 2006), dan mantan wartawan yang kini berprofesi sebagai PNS di Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/BAPPENAS. Ia dapat dihubungi di: didikdarmanto@gmail.com.

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman