Jumat, 28 Oktober 2011

Papua, Tanah Penuh Emas Yang Disia-siakan Kini Bersimbah Darah

Papua, Tanah Penuh Emas Yang Disia-siakan Kini Bersimbah Darah: Bumi Papua atau Bumi Cenderawasih memang subur dan kaya mulai emas, tembaga dan mineral lainnya, tetapi rakyat Papua tetap saja melarat. Ide kemerdekaan Papua pun ditelan mentah-mentah sebagai kredo yang bisa mengubah nasib menjadi sejahtera. Maka, perlawanan terhadap pemerintah merebak. Perusahaan asing dituding hanya menguras kekayaan Papua tanpa komitmen menyejahterakan anak negeri.


Kawah Freeport, sudah ratusan triliun rupiah kekayaan bumi Papua dikuras, tapi tak berbekas pada kesejahteraan warga setempat

Separatisme muncul dengan dua target, yakni aparat keamanan dan pekerja di perusahaan asing. Keduanya dituding sebagai kaki tangan pemerintah yang hanya menyedot kekayaan bumi Papua. Nyawa aparat keamanan dan karyawan perusahaan asing di Papua pun menjadi incaran para pembangkang.

Dalam dua minggu terakhir 10 orang tewas tertembak di Papua. Sebuah demonstrasi yang biasa-biasa saja bisa tiba-tiba berubah menjadi kerusuhan massal yang memakan korban jiwa. Gerombolan orang bersenjata pun dengan mudah melepaskan tembakan kemudian lenyap di belantara Papua.


Anak negeri masih saja jadi kaum yang termarjinalkan dikampung sendiri, kelaparan pun masih sering terdengan di Papua

Teranyar pada Senin (24/10) Kapolsek Mulia Kabupaten Puncak Jaya Ajun Komisaris Dominggus Awes tewas ditembak di Bandara Mulia. Kasus-kasus penembakan misterius di Papua tidak pernah terungkap. Warga hidup dalam kecemasan. Polisi saja bisa tewas diberondong senjata dengan gampang, apalagi rakyat biasa. Karena itu, warga menuntut pemerintah menjamin keamanan, keselamatan, dan perlindungan kerja.


Perlawanan dan penentanganpun muncul menyikapi kenyataan yang ada, baik secara damai maupun separatisme

Setiap kali muncul penembakan, pemerintah meresponsnya dengan mengirim pasukan. Kita ingatkan bahwa tentara dan polisi boleh ditambah di Papua, tetapi jangan jadikan wilayah itu daerah operasi militer. Kita tentu ingat DOM Aceh meninggalkan trauma mendalam bagi masyarakat.

Pertanyaan mendasar ialah seriuskah pemerintah menangani Papua? Mengapa Papua kaya raya, tetapi rakyatnya kelaparan, hidup tanpa rumah, pendidikan mahal, dan fasilitas kesehatan tidak memadai?

Masalah utama Papua ialah kesejahteraan. Rakyat Papua mestinya menjadi penikmat utama kekayaan Papua. Bukan hanya dikuras lalu dibawa ke luar. Anggaran untuk Papua meningkat dari waktu ke waktu. Pada 2010 misalnya, dana pusat sebesar Rp21,89 triliun mengucur ke Papua Barat. Jumlah itu meningkat menjadi Rp28 triliun pada 2011.

Namun, apakah semua duit itu untuk kesejahteraan rakyat Papua? Atau jangan-jangan ditilap ramai-ramai pejabat pusat dan lokal. Buktinya sejumlah kepala daerah di Papua kini masuk bui karena korupsi. Sudah terlampau lama Papua diabaikan. Kita hanya bisa mengisap kekayaannya, tetapi seolah tidak tahu cara merawatnya. Tragisnya, tatkala warga Papua menuntut hak, mereka disambut dengan letupan bedil.


Gerakan separatisme OPM (Papua Merdeka) dianggap bisa melepaskan rakyat Papua dari kemiskinan

Kita pernah baca harga semen satu sak di Puncak Jaya bisa menjapai Rp 1, 5 juta, harga beras per kilonya Rp 30.000.- , dengan kondisi seperti itu tidak banyak hal yang bisa dilakukan pemerintah untuk bisa mendongkrak kesejahteraan rakyat Papua, yang masih miskin. Bahkan beberapa kasus kelaparan pernah terjadi di tanah yang kaya emas ini.

Pola pembangunan yang sentralistik di wilayah barat menjadikan ujung timur negeri ini benar-benar menjadi anak tiri bagi ibu pertiwi, lantas apakah bijak bila pemerintah mengambil tindakan represif untuk membasmi rakyatnya? apakah tidak ada cara keluar lain yang lebih bijak untuk merangkul dan mensejahterakan mereka? sudah saatnya kekayaan bumi negeri ini dinikmati oleh para bumiputera bukan orang asing yang menikmatinya.

http://osserem.blogspot.com/2011/10/papua-tanah-penuh-emas-yang-disia.html


Jangan Lupa Di Like Ya Gan..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman