Jumat, 17 Oktober 2008

Aa Gym: Kuncinya, Hati yang Bersih





KH Abdullah Gymnastiar atau orang lebih mengenalnya dengan panggilan “Aa Gym”, sebuah nama yang telah berkembang menjadi personal branding yang kuat. Hampir semua orang aware dengan nama tersebut. Hanya saja, selama ini umumnya lebih mengenal dirinya sebagai pendakwah. Jarang yang tahu bahwa Aa Gym juga seorang pebisnis yang sukses dalam mengembangkan usahanya.

Manajemen Qolbu (MQ) Corporation, perusahaan yang didirikannya sekitar empat tahun lalu, kini telah memiliki 16 anak usaha yang bergerak dalam berbagai bidang, seperti televisi (MQTV), radio (MQ 102,65 FM), travel (MQ Travel), tabloid (MQ Media), dan berbagai bidang lainnya. Keberhasilan ini tentunya tidak dapat dilepaskan dari peran Aa Gym sebagai pemimpin sekaligus pembimbing.

“Inti terpenting di dalam perusahaan itu minimal masalah. Artinya, orang yang bekerja dibuat sangat jujur sehingga uang yang sedikit bisa optimal. Hal ini yang pertama kali kami benahi, suasana bisnis dengan hati bersih,” kata Aa Gym menguraikan kiat suksesnya. Berbincang dengannya memang memberikan banyak pencerahan. Berikut petikan lengkap wawancara Noor Yanto bersama fotografer Hendra Ocky Willyanto dari MARKETING dengan KH Abdullah Gymnastiar.

Apa yang mendorong Anda mendirikan MQ Corporation?
Jadi yang paling penting bagi saya adalah, pertama, menjadikan jiwa entrepreneur untuk menjadi nafas kehidupan masyarakat kita. Semula mungkin senang menjadi pekerja, saya ingin sekali orang lebih luas dalam berkarya. Kedua, dengan semakin luasnya lapangan kerja atau pekerjaan seperti itu, diharapkan akan tumbuh ekonomi menengah, UKM, yang bisa kita berikan bantuan jalan distribusi. Selain tumbuh jiwa entrepreneurship itu, juga tumbuh usaha-usaha kecil menengah. Salah satu yang dicontohkan Nabi Muhammad adalah jiwa entrepreneur. Dan saya lihat, umat Islam di Indonesia harus ditumbuhkan dan dimaksimalkan semangat entrepreneurship-nya. Oleh karena itu, saya tidak bisa bicara tentang hal tersebut sebelum memulainya dari diri saya sendiri dahulu. Saya juga ingin punya “laboratorium”: apakah bisnis dengan sangat mengutamakan etika bisa maju atau tidak. Ternyata bisa, jadi memiliki laboratorium bahwa etikalah yang menjadi sumber dasar dari sebuah bisnis.

Kemudian orang harus punya keuangan yang liquid, sehingga saya bisa membiayai semua kegiatan tanpa tergantung ke pihak manapun. Lalu mudah-mudahan bisa menjadi contoh, bahwa untuk menjadi kaya itu tidak usah bermewah-mewah. Kalau saya sederhana karena tidak punya apa-apa, mungkin karena memang tidak terbeli. Kalau kita dititipkan sesuatu yang sanggup beli apa saja dan kita bisa menahan diri, mudah-mudahan ini memotivasi orang-orang yang ditakdirkan kaya supaya tidak tergiur untuk hidup bermewah-mewah. Lebih tergiur hidup bermanfaat bagi sesama.

Berarti itu juga target yang mau dicapai?
Iya, betul.

Bagaimana kiat-kiat Anda mengembangkan bisnis ini?
Prinsip bisnis di dalam Islam cirinya dua. Ketika mencarinya harus benar, lalu sesudah mendapatkannya juga harus benar cara penggunaannya. Nah, yang dinamakan untung itu apa? Pertama, yang namanya keuntungan itu kalau bisnis menjadi amal ibadah kita atau amal saleh kita. Sehingga tidak boleh melanggar dari apa yang ditentukan oleh aturan Allah. Apalah artinya untung dapat, tetapi pahala tidak dapat? Kedua, bisnis itu harus membangun citra nama baik. Jadi, kunci di dalam Islam adalah citra. Bagi Nabi Muhammad sebelum menyebut Islam, beliau dikenal dengan panggilan Al Amin (seorang yang sangat kredibel).

Ketiga, bisnis yang baik itu dikatakan untung kalau dengan bisnisnya bisa terus meng-up grade SDM. Semakin berkualitas dan semakin berkembang kemampuannya. Bisnis yang tidak membuat manusianya berkembang, sebetulnya tidak untung karena keuntungan terpenting adalah SDM-nya yang berkembang terus kemampuannya. Keempat, bisnis disebut untung kalau bisa membangun silaturahmi yang banyak. Network. Semakin banyak saudara, semakin bagus. Kelima, disebut untung itu kalau mempunyai multi efek manfaat yang besar bagi banyak pihak. Barulah yang keenam, itu uang yang barokah, insya Allah.

Berarti bisnis secara umum pada dasarnya sama?
Ada yang sama, ada yang berbeda. Dalam kaitan MLM, kita kan betul-betul bagi hasil, tidak boleh mengeksploitasi orang lain. Kita tidak boleh untung, sementara orang lain merugi. Jadi yang dibagikan tidak boleh berasal dari uang pendaftaran, kalau uang pendaftaran bukan dari hasil keringatnya.

Lalu kiat sukses Anda memimpin MQ Corporation?
Inti terpentingnya adalah bagaimana di dalam perusahaan itu minimal masalah. Artinya, orang yang bekerja dibuat sangat jujur sehingga uang yang sedikit bisa optimal. Minimal konflik internnya sehingga energi kita tidak saling menyakiti. Baik dengan kesombongan, iri, dengki maupun pamer. Manajemen Qolbu inilah sebenarnya yang membuat teman-teman merasa bekerjanya tidak saling mengganggu, bahkan saling bersinergi. Kalau tidak hati-hati, energi itu banyak terbuang karena berkelahi di dalam. Konflik intern, lalu yang punya kedudukan sombong sehingga membuat perusahaan tidak bisa maju karena ide dan gagasan tidak berkembang. Belum lagi iri hati dan dengki sesama, membuat saling sikut-menyikut atau minder sehingga tidak optimal. Hal ini yang pertama kali kami benahi, suasana bisnis dengan hati bersih.

Bagaimana cara meminimalkan masalah itu, sementara setiap orang berbeda-beda?
Itulah Manajemen Qolbu. Begini ada empat tehniknya. Pertama, dengan keteladanan. Harus diupayakan para pemimpin, yaitu orang-orang yang bisa menjadi suri tauladan dalam akhlak, sehingga dia tidak menimbulkan masalah baru. Kedua, kami terus mendidik, melatih, dan membina semua karyawan agar memiliki visi yang sama serta terlatih dengan akhlak yang baik. Ketiga, sistem kami diupayakan kondusif untuk perubahan. Keempat, kekuatan ibadah supaya berkah dan mendapat pertolongan Allah.

Apakah sistem ini merupakan perpaduan konsep keislaman dengan bisnis?
Memang, Islam itu selalu aktual. Islam itu tidak pernah terpisah dengan apapun, dengan ekonomi maupun politik. Yang membuat ekonomi jadi jelek bukan karena modernnya, tetapi keserakahannya. Niat dan cara yang jelek membuat ekonomi jadi buruk. Jadi, memang seharusnya, seorang Islam yang baik adalah memiliki tata nilai baik dalam bisnis dan produktivitas tinggi dalam memberikan kontribusi kepada masyarakat.

Dakwah dan berbisnis sangat berbeda. Satu urusan akhirat, lainnya bersifat duniawi. Bagaimana cara Anda memadukan keduanya?
Itu saya heran, kenapa harus terpisah. Bagi saya, bekerja itu adalah ibadah bukan urusan semata-mata dunia. Dunia itu sudah dibagikan oleh Allah, tinggal kita jemput saja. Tidak perlu kita takut karena tidak kebagian dunia. Yang harus kita takuti justru dunia tidak menjadi bekal untuk di akhirat. Kalau kita kerja bagus, dunia pasti ketemu. Tidak usah risau. Jadi justru tidak ada bedanya antara ahli dunia dengan akhirat, yang membedakan adalah niat dan cara. Kalau ahli dunia, dia takut tidak kebagian, maka dia akan menghalalkan segala cara dalam mencarinya. Sehingga jika sudah dapat, hanya untuk kepentingan diri. Tetapi, kalau yang cita-citanya akhirat, dia sudah mulai dari niatnya saja, itu sudah ibadah. Tidak perlu takut tidak kebagian. Benar-benar terjaga kejujurannya serta profesionalismenya, dan kalau sudah dapat untuk kontribusi.

Beragam pekerjaan pernah ditekuni oleh suami dari Dra Hj Ninih Muthmainah ini. Aa Gym pernah menjadi guru madrasah; sales di sebuah perusahaan elektronik; wirauasaha di bidang foto, percetakan, dan busana muslimah; pimpinan pondok pesantren; sebelum akhirnya merintis MQ Corporation. Motto hidupnya “hidup adalah untuk berprestasi, yang bermakna bagi dunia dan berarti bagi akhirat nanti”. Hidup berprestasi merupakan hal yang benar-benar dijalani pria kelahiran Bandung, 29 Januari 1962 ini. Dari hari ke hari, waktunya diisi dengan berdakwah dan berbisnis.

Manajemen Qolbu merupakan hal baru dan juga brand baru. Strategi dalam pengembangannya?
Strateginya sederhana saja, setiap orang mencari orang yang jujur. Kita belanja kepada pedagang yang jujur, kita punya uang ingin dikelola oleh orang-orang yang jujur juga. Kenapa kita tidak menjadi orang jujur? Berarti kita pasti akan dicari oleh orang lain. Sekarang di mana-mana orang gelisah dan stres. Pasti orang-orang itu ingin tenang. Siapa saja ingin tenang. Kenapa kita tidak berikan jalan untuk tenang?

Apa visi dan filsafat MQ?
MQ itu setiap manusia punya potensi, hatinya harus di-manage. Kalau hati semakin terkendali, maka pikiran pun semakin terkendali. Lalu tutur kata dan perilaku pun akan terkendali. Yang jadi masalah adalah hati yang tidak terkendali. Akibatnya, pikiran, nafsu dan perilaku tidak terkendali dan itulah yang jadi sumber masalah. Jadi siapapun yang bisa mengendalikan hatinya, dia akan jauh lebih cerdas akal pikirannya karena tidak punya waktu untuk sombong atau takabur.

Lalu apa bedanya Manajemen Qolbu dengan yang lain?
Manajemen Qolbu itu adalah bagaimana me-manage hati. Dari me-manage hati timbullah cara berpikir yang bagus, cara bersikap yang bagus sehingga manajemen dalam bentuk apapun jadi bagus. Jadi kepada pembentukan karakter manusianya. Atittude.

Untuk MQ Corporation, strategi promosi bagaimana?
Strategi promosinya ialah kami percaya, kalau orang puas akan menyampaikan kepada yang lain. Jadi, yang paling penting, orang tahu persis bahwa bisnis kami ini insya Allah bersih. Kedua, orang puas. Ketiga, mereka tahu bahwa bisnis ini bermanfaat untuk orang banyak. Dari kepuasaan itulah sambung-bersambung menjadi sebuah promosi yang kuat.

Selama menjalankan bisnis ini, ada kendala yang dihadapi?
Iya, karena SDM kami tidak semua sudah ahli, yang kami ambil dari pesantren dan teman-teman seadanya. Jadi kalau dari segi akhlak, kejujuran, dan kedisiplinan sudah baik; hanya skill yang harus selalu ditingkatkan. Solusinya, kami mencari konsultan yang ahli di bidangnya, dan di dalam kami training. Kami juga mencari SDM baru yang sudah punya keahlian tetapi memiliki visi sama.

Aa Gym sendiri sudah jadi brand. Bicara Aa Gym, maka brand-nya MQ. Apakah itu strategi yang dipakai?
Memang strategi awalnya orang percaya ke Aa dulu. Lama-lama digeser kepada brand Manajemen Qolbu, kemudian digeser kepada profesionalisme. Sehingga nanti orang puasnya bukan karena Aa-nya, bukan karena MQ-nya, tetapi karena profesionalismenya.

Memang sekarang orang masih melihat ada Aa Gym, tetapi lambat laun bergeser. Saat ini dalam beberapa produk sudah jarang ada Aa Gym, tetapi tetap saja bisa bersaing dengan baik. Beberapa sudah lepas. Ada beberapa tayangan teve yang tidak ada Aa Gym-nya, masih banyak diminati.

Terakhir, pandangan Aa Gym terhadap dunia marketing kita?
Paling penting adalah jangan sampai menipu konsumen. Kita menawarkan kelihatannya bagus, padahal kenyataannya seperti itu. Hal tersebut tidak akan membawa berkah. Jadi Islam sangat mengajarkan kejujuran. Kita jangan takut tidak kebagian konsumen, tetapi takut tidak kebagian kejujuran, tidak kebagian keberkahan. Karena setiap orang rezekinya sudah ada. Kita tidak disuruh mencari, kita disuruh menjemput rezeki. Kalau mencari belum tentu ada, kalau menjemput pasti ada. Nah, yang dicari nilai tambah dari rezeki kita. Bisa berupa amal, persaudaraan, citra nama baik, manfaat untuk orang banyak, dan peningkatan kualitas diri. Jadi tidak membuat kita stres dalam bisnis dan persaingan tidak akan mengurangi rezeki kita. Tetapi pesaing adalah bagian nikmat dari Allah, agar kita lebih kreatif dalam memompa keterampilan kita. Menjemput jatah kita.*


Great Marketer (box)

Sehari Bersama Aa Gym

Pagi hari di bulan Oktober, tepat pukul 06.35 “WG” (Waktu Gambir), kereta Argo Gede tujuan Bandung merayap perlahan meninggalkan ibukota tercinta. Saya bersama fotografer Majalah MARKETING, Hendra Ocky Willyanto, berada di dalam kereta tersebut. Tugas kami adalah “memburu” seorang tokoh, yang bukan hanya dikenal sebagai pendakwah, tapi juga sebagai pebisnis.

Masih kosong di benak kami, bagaimana bentuk wawancara dan tempat untuk pemotretan nantinya. Biasanya untuk rubrik Great Marketer, kami cukup datang mewawancarai narasumber sesuai tempat dan waktu yang dijanjikan. Tapi untuk Aa Gym, ada pengecualian. Maklum, jadwal acaranya yang sangat padat.

Menjelang pukul 11.00, kami tiba di Gegerkalong, markas Daarut Tauhiid. Ternyata kedatangan kami telat 10 menit. Aa Gym sudah keburu pergi ke Polres Cimahi untuk bertemu dengan para tersangka kasus pembunuhan santri Daarut Tauhiid. Kami dapat informasi, Aa Gym pergi ke sana dengan bersepeda.

Satu jam kemudian, akhirnya kami bertemu dengan Aa Gym. Sempat bersalaman dan memperkenalkan diri, kami diminta menanti selesai shalat Jum’at. Sembari menunggu, kami dibawa “berwisata” oleh staf Aa Gym bernama Mirawaty, melihat-lihat kantor beberapa anak perusahaan MQ Corporation.

Setelah puas berkeliling, kami kembali ke rumah Aa Gym. Mobil dan supirnya tampak masih nangkring di sana. Saya bertanya kepada Sobirin, ajudan Aa Gym, kapan berangkat karena rencananya kami akan ikut Aa Gym ke kantor Telkom Bandung. Di sana Aa Gym akan berceramah. “Lho, Aa mah sudah berangkat barusan,“ ungkapnya. “Hah? Kemana? Ke Telkom? Naik apa?“ tanya kami kaget.

“Biasa, naik sepeda,” papar Sobirin. Usut punya usut, ternyata Aa Gym memang lebih suka naik sepeda jika pergi berdakwah di seputar Bandung. Selain menyehatkan, waktu tempuhnya juga lebih cepat jika dibandingkan dengan naik mobil.

Selang beberapa menit, kami menyusul naik mobil Aa Gym ke Telkom. Kami harus menunggu kurang lebih sejam. Selesai ceramah, dalam perjalanan pulang kembali ke rumah, wawancara kami lakukan di dalam mobil. Sesuai perkiraan, perbincangan tidak akan selesai dalam satu kesempatan saja. Tampaknya harus dilakukan di sela-sela acara Aa Gym hari itu.

Sesampainya di rumah, kami memberi waktu Aa Gym istirahat sejenak sambil menunggu jadwal berikutnya. Sesuai keterangan, Aa Gym selanjutnya akan menuju perumahan Villa Parahyangan. Di sana ada syuting untuk acara ceramah di MQTV. “Wah, bakal wawancara di dalam mobil lagi nih.“

Agar tidak tertinggal lagi, kami menanti Aa Gym di depan saungnya. Beberapa saat kemudian, Aa Gym sudah terlihat bersiap-siap. Tapi… bukan menuju ke mobil, ia langsung menghampiri sepedanya! Namun, dari penuturan supir pribadinya, ia bersepeda hanya sampai pesantren saja. Jaraknya memang tidak jauh. Kami pun mengikuti Aa Gym menuju pesantren.

Di dalam mobil menuju lokasi syuting, babak kedua wawancara dilakukan. Tadinya, kami kira wawancara berikutnya pasti selesai shooting. Ternyata, sesampai di lokasi, Aa Gym menuju ke ruang ganti baju. Kesempatan itu langsung kami pakai untuk wawancara babak ketiga. Tapi sebelum tuntas, ia sudah dipanggil produser. Terpaksa menunggu lagi. Saat ganti baju, hanya dengan memakai kaus dalam saja Aa Gym berkata, “Kalau sedang begini, Aa jangan di foto ya, enggak enak atuh sama ibu-ibu,“ ujarnya sambil tersenyum kepada Hendra. Kami pun tertawa.

Di sela-sela break syuting, kami melihat kesempatan untuk menuntaskan wawancara. Kami minta izin sutradara, dan… akhirnya, wawancara babak keempat berlangsung. Aa Gym sempat kaget, “Lho, saya pikir mah wawancaranya sudah selesai atuh, “ ujarnya dengan logat Bandung yang kental.

Akhirnya, selesai sudah wawancara dengan KH Abdullah Gymnastiar. Sehari penuh kami bersamanya. Melihat kegiatan yang dilakukan, mendengarkan ceramahnya, dan melihat sisi lain dari sosok Aa Gym sehari-hari. Selesai berpamitan, kami bergegas menuju stasiun Bandung, mengejar kereta terakhir ke Jakarta. (Noor Yanto).

*Wawancara dan artikel di atas dimuat pertama kali di Majalah MARKETING (www.majalahmarketing.com) Edisi November 2004. Dimuat kembali di Pembelajar.Com dengan izin tertulis dari redaksi Majalah MARKETING.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman