Kamis, 16 Oktober 2008

MEMAHAMI DAN MENGONTROL KEUANGAN KELUARGA





Bila Anda seperti layaknya masyarakat umum, harus pergi ke kantor setiap pagi dan pulang sore harinya. Dan setiap akhir bulan atau awal bulan, Anda akan menerima gaji sebagai hasil kerja keras Anda selama satu bulan. Tentunya Anda ingin memenuhi semua kebutuhan dan keinginan Anda dengan penghasilan yang Anda miliki. Untuk itu dibutuhkan langkah-langkah agar keputusan keuangan yang dimabil tidak merusak kondisi keuangan jangka panjang.

Sebagai contoh, sebut saja Anton, saat ini bekerja di sebuah perusahaan IT di Jakarta dengan gaji bulanan sebesar Rp5 juta dan istrinya, Anita, bekerja di sebuah perusahaan BUMN, dengan gaji Rp3 juta per bulannya. Total pendapatan keluarga Anton setiap bulannya adalah Rp8 juta atau Rp96 juta setiap tahunnya.

Pajak. Umumnya gaji yang diterima para pegawai sudah dipotong pajak. Jadi Anda sudah mendapatkan pendapatan bersih setiap bulannya. Demikian pula dengan keluarga Anton, sudah mendapatkan gaji bersih setiap bulannya. Kalau gaji Anda masih gaji kotor, maka sebaiknya kurangi dulu dengan potongan pajak sebelum Anda memasukkannya ke dalam anggaran keuangan keluarga.

Pengeluaran keluarga. Sejalan dengan bergulirnya kehidupan berkeluarga, tentunya membutuhkan biaya. Pengeluaran yang umum dilakukan oleh keluarga, secara garis besar seperti berikut ini:

„± Sewa rumah: Rp1,2 juta perbulannya.
„± Cicilan mobil: Rp2,3 juta.
„± Biaya perawatan dan kebutuhan transportasi: Rp500.000
„± Listrik dan Telp. :Rp900.000
„± Belanja kebutuhan bulanan: Rp1,3 juta
„± Entertainment, makan di luar dan lain-lain: Rp1 juta
„± Pembantu rumah tangga and supir: Rp.800,000

Bila memang pengeluaran keluarga Anton seperti yang terlihat di atas, tentunya untuk memenuhi kebutuhan keluarga saat ini sudah mencukupi? Betul, untuk satu tingkatan memang sudah terpenuhi. Tapi kehidupan keuangan bukan saja untuk saat ini tapi juga untuk masa datang.

Dengan keterbatasan penghasilan bulanan, sudah seharusnya kita merencanakan dan mengoptimalkannya untuk memenuhi semua kebutuhan dan keinginan kita. Dari contoh keluarga Anton, bagaiamana bila kami memiliki kekuatan majik, di mana kami naikkan dua kali lipat pendapatan keluarga Anton, yang tadinya hanya Rp8 juta setiap bulannya sekarang menjadi Rp16 juta setiap bulannya, apakah ini akan mempermudah? Belum tentu. Karena umumnya kita memiliki dorongan untuk meningkatkan pengeluaran.

Pada kenyataannya, bila kita katakan pada 100 orang akan menaikan gaji mereka 100%, 99 dari mereka pasti akan mengandakan pengeluaran mereka. Karena mereka merasa memiliki kaptasitas. Mereka akan memilih tinggal di rumah yang lebih besar, membeli mobil yang lebih bagus, dan selanjutnya, yang pada akhirnya mereka akan kembali lingkaran setan sebelumnya. Jadi jelas sekali di sini bahwa menambah pemasukan bukanlah solusi terbaik. Karena kita memiliki kecenderungan untuk menghabiskan apa yang kita dapatkan. Hal ini adalah normal. Tapi kita harus mewaspadainya.

¡§Goal Setting Priority¡¨ Perihal tersulit dalam ¡§mengontrol keuangan¡¨ adalah memulai untuk berjalan pada jalur yang benar. Selama masa sekolah sampai perguruan tinggi, kita tidak pernah mendapatkan pemahaman mengenai keuangan individu. Dan yang selalu kita dengar hanyalah persoalan keuangan tanpa tau langkah pemecahannya.

Ada satu hal yang bisa Anda lakukan untuk memulai perjalanan di jalur yang benar yaitu dengan menetapkan tujuan prioritas yang Anda idamkan. Bila Anda menginginkan sesuatu dari yang Anda lakukan, kemungkinan besar Anda akan melakukan apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan hal tersebut.

Pendekatan pertama yang bisa Anda lakukan, adalah dengan menetapkan tujuan prioritas menjadi Miliarder. Tentunya Anda sering menonton acara di salah satu stasiun tv ¡§menjadi miliarder¡¨. Mungkin saja Anda menjadi miliarder dengan menyelesaikan 15 pertanyaan yang diajukan dalam acara tersebut. Tapi sampai saat ini belum pernah ada yang sampai ke sana.

Menjadi miliarder tidak susah. Menjadi miliarder dalam waktu semalam, itu baru sulit. Tapi kalau Anda melakukannya secara berkesinambungan, maka kami yakin Anda dapat mencapai impian menjadi miliarder.

Strategi dollar cost averaging dilakukan dengan menabung secara sistimatik dan berkesinambungan dalam jangka panjang. Misalkan Anda hanya memiliki waktu 30 tahun untuk mencapai 1 Milyar (usia Anda saat ini 25 tahun) maka Anda harus menyisihkan sebesar (asumsi bunga 10% pertahun), Rp.5,5 juta per tahunnya atau Rp460.500 per bulannya atau Rp15.350 per hari.

Dibutuhkan hanya sebesar Rp460 ribuan sebulan untuk mencapai target Rp 1 milyar. Tentunya hal ini mudah Anda lakukan. Dalam situasi Anton, bisa saja mengurangi biaya entertaimnet yang tadinya Rp1 juta menjadi hanya Rp500 ribu rupiah.

Kami yakin Anda pernah kumpul dengan teman di coffee shop yang banyak bertaburan di Jakarta. Sekali minum saja, paling tidak Rp15-Rp20 ribu. Belum lagi kalau sambil makan snack, Rp50 ribu tidaklah cukup. Dengan hanya mengurangi hal ini kami yakin Anda dapat mencapai insentif yang Anda inginkan yaitu menjadi miliarder.

Kemudian Anda bertanya: apakah hanya dengan melakukan hal ini saya bisa menjadi miliarder? Mengapa belum pernah ada orang yang memberitau saya? Atau mungkin Anda bertanya, dimana saya bisa mendapatkan investasi yang memberikan tingkat bunga 10%? Untuk menjawab hal ini tentunya membutuhkan penjelasan yang lebih panjang.

Mendapatkan apa yang diingkan sekarang (jangka pendek)
Dibutuhkan waktu untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Tapi bagaimana bila prioritas tersebut adalah keinginan jangka pendek? Bagaimana kita bisa menindak lanjuti hal ini?

Untuk mengatasi hal ini ada satu kalimat yang selalu kami dengungkan dalam berbagai tulisan kami: ¡§menabunglah dulu baru belanja kemudian¡¨. Hal ini menjadi sangat sulit dilakukan karena media tv menjadi salah satu alat untuk memasarkan produk melalui iklan. Karena sebagain besar kita pasti akan duduk di kursi sambil menikmati film yang Anda gemari. Tapi di sela-sela waktu tersebut iklan tersebut ditayangkan. Sekali dua kali mungkin tidak meningkatkan keinginan Anda untuk membeli, bagaimana bila sudah berpuluh-puluh kali bahkan beratus-ratus kali? Tentunya yang tadinya ingin ¡§menabung dulu baru belanja kemudian¡¨ menjadi terdorong untuk belanja dulu, kalau ada sisa baru menabung.

Mengapa kalimat ¡§menabung dulu baru belanja kemudian¡¨ memberikan pola kebiasaan yang baik. Pertama, Anda akan merasakan bahwa dorongan untuk membeli sesuatu terkadang berubah dengan cepat. Kedua, dengan pola ini, untuk membeli sesuatu yang Anda inginkan dalam jangka pendek tentunya Anda akan terdorong untuk menyisihkan dulu baru membelinya kemudian.

Hal ini seringkali diremehkan tapi sesungguhnya hal ini merupakan perubahan cara pandang berkaitan dengan keuangan, ¡§menabung dulu baru belanja kemudian¡¨. Hal ini dapat berdampak terhadap prilaku kontrol keuangan yang ujung-ujungnya memberikan kapasitas kepada Anda dan keluarga untuk melakukan wealth accumulation.

* Muhamad Ichsan, ChFC, MsFin, adalah parkitisi dan akademisi di bidang perencanaan keuangan. Ia adalah Managing Partner pada PrimaPlanner dan Direktur Program IFPI, serta mengajar di Ubinus dan STAN. Ichsan dapat dihubungi melalui email: ichsan02@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman