Rabu, 15 Oktober 2008

PASANGAN HIDUP DAN UANG: MITOS AND FAKTA






Banyaknya masyarakat yang mempelajari manajemen keuangan keluarga dari sumber-sumber yang kurang kredibilitasnya. Maka, kami merasa perlu untuk berbagi pengalaman dan ilmu berkenaan dengan fakta dan mitos dalam hal pasangan hidup dan uang.

Mitos 1: Bila kita saling mencinta, kita tidak akan bertengkar karena uang.

Fakta 1: Uang hanya sedikit atau tidak ada kaitannya dengan cinta ... dan banyak berkaitan dengan berapa banyak Anda bertengkar.

Cinta tidak ada sangkut pautnya dengan pandangan seseoarang terhadap uang. Tidak perduli bila Anda mencintai pasangan Anda sepenuh hati dan melebihi siapa pun. Bila Anda gagal dalam meyepakati berbagai nilai-nilai yang berkaitan dengan kebiasaan keuangan pasangan Anda, maka Anda akan dihadapi dengan berbagai masalah di kemudian hari berkaitan dengan keuangan keluarga.

Cinta bisa menjadi dasar yang kokoh dari hubungan suami istri tapi bukan merupakan hal yang absolut. Akan tetapi untuk mempertahankan pernikahan diperlukan lebih dari hanya cinta, dibutuhkan banyak pengertian. Menurut hemat kami Ada beberapa fakta yang sebaiknya Anda ketahui berkenaan dengan cara pandang Anda dan pasangan Anda terhadap uang:

1. Bagaimana Anda menggunakan atau membelanjakan uang Anda tidak ada hubungannya dengan berapa dalam cinta antara Anda berdua.
2. Possibility bahwa Anda dibesarkan dalam lingkungan yang berbeda berkaitan dengan uang lebih besar.
3. Anda melihat dan memiliki nilai-nilai yang berbeda berkaitan dengan uang.
4. Anda berdua relatif memiliki kebiasaan membelanjakan uang yang berbeda.

Itulah beberapa perbedaan mendasar berkaitan dengan cara pandang atau nilai-nilai yang yang Anda miliki berkaitan dengan uang. Bila Anda berdua sekarang ini dihadapi dengan pertengkaran akan hal keuangan keluarga, itu merupakan hal yang normal. Dalam hal ini maka yang Anda butuhkan bukannya tingginya tingkat pendidikan Anda atau kecerdasan Anda dalam hal keuangan akan tetapi yang Anda butuhkan hanyalah aksi positif dari Anda berdua. Dan membicarakan nilai-nilai yang Anda miliki berkaitan dengan keuangan keluarga menjadi sangat penting dan merupakan awal dari suatu proses perjalanan panjang keluarga.

Mitos 2: Untuk memperoleh uang dibutuhkan dana (uang).

Fakta 2: Dibutuhkan hanya sedikit uang untuk memperoleh uang ... yang dibutuhkan hanyalah kesabaran dan disiplin.

Berpikir investasi, masyarakat kita pada umumnya selalu saja merasa kekurangan. Maksudnya, mereka selalau saja mencari alasan untuk tidak menyisihkan uang bulanan yang didapatnya dengan berbagai alasan dari keterbatasan pemasukan sampai besarnya pengeluaran bulanan. Ini sudah menjadi hal yang umum, di mana masyarakat kita sangat rendah tingkat menabungnya. Pada umumnya masyarakat berpikir bahwa, untuk menghasilkan uang dibutuhkan uang yang besar.

Dengan pola dollar cost averaging, individu melakukan investasi secara berkala dan berkesinambungan dengan dana yang terbatas. Membangun atau mengembangkan kekayaan hanyalah permainan angka dan aturan mainnya tidak banyak berubah selama ini. Dengan modal investasi hanya Rp100.000 per bulan, bila diinvestasikan pada investasi yang menghasilkan tingkat pengembalian cukup tinggi dan dalam waktu yang cukup panjang dapat menghasilkan angka atau jumlah yang besar. Di sini pelajarannya adalah disiplin dan kesabaran.

Sebagai illustrasi kami mencoba untuk memberikan gambaran mengenai investasi secara berkala dan berkesinambungan dengan modal investasi terbatas. Kata kuncinya di sini adalah “berkala dan berkesinambungan”.

Berapa sih dana yang dibutuhkan serta jangka waktu investasi yang memadai untuk menghasilkan dana Rp1 miliar? Asumsi tingkat pengembalian adalah 15 persen, maka dibutuhkan dana sekitar Rp32.000 per bulan selama 40 tahun untuk dapat menghasilkan dana Rp1 miliar. Wah terlalu panjang. Bagaimana bila hanya dalam waktu 30 tahun, maka investasi bulanan yang harus Anda sisihkana berkisar Rp143.000. Bagaimana bila waktu yang Anda inginkan lebih pendek lagi misalnya 20 tahun? Dengan asumsi tingkat bunga sama 15 persen maka Anda membutuhkan dana sekitar Rp660.000 per bulan. Bagaimana pula bila Anda menginvestasikannya di instrumen investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi lagi? Misalnya 20 persen, maka investasi yang Anda butuhkan juga menurun perbulannya dengan jangka waktu yang sama.

Kemudian Anda berpikir, bagaimana kita dapat menyisihkan sekitar Rp700.000 per bulan, sedangkan penghasilan kita terbatas atau minim? Sekarang coba kita telusuri. Kebutuhan investasi sekitar Rp700.000 per bulan, berapa besar yang harus disisihkan tiap harinya? Sekitar Rp28.000 dengan asumsi sebulan 25 hari kerja. Jadi kita mencoba menghitungnya berdasarkan jam waktu kerja yang Anda gunakan karena setiap harinya Anda relatif makan siang di kantor bersama rekan-rekan Anda dan pengeluarannya tidak kurang dari Rp20.000 per hari. Bagaimana Anda mencoba untuk membawa makanan dari rumah sehingga dana alokasi untuk makan siang di kantor dapat dialokasikan untuk investasi jangka panjang. Bila Anda memperhatikan kafe-kafe sekarang ini, masyarakat kita sudah sangat terbiasa. Mungkin Anda melakukannya dua kali seminggu dan setiap kali Anda masuk tidak kurang biaya yang harus dikeluarkan berkisar Rp50.000. Jadi dengan 2 x Rp50.000 seminggu maka sebulan Anda mengeluarkan dana sekitar Rp400.000. Bila Anda gabungkan di mana Anda membawa bekal untuk makan siang di kantor secara berkala (tidak setiap hari) dan mencoba untuk mengurangi ke kafe, misalnya menjadi satu kali dalam satu minggu, maka kami berkeyakinan dengan penghasilan Anda sekarang Anda tidak harus mengikatkan pinggang untuk dapat menyisihkan dana Rp700.000 per bulan.

Mitos 3: Penghasilan kita yang terbatas, mengakibatkan kita tidak dapat berinvestasi

Fakta 3: Setiap orang berpenghasilan cukup untuk dapat berinvestasi.

Banyak individu merasa selalu saja kekurangan. Dan selalu berharap bila saja saya dapat menghasilkan lebih besar lagi setiap bulannya, saya dapat mengatur keuangan dan menginvestasikannya untuk masa depan. Tapi begitu penghasilan Anda dinaikan berdasarkan performa kerja Anda yang baik, maka Anda akan mengeluhkan hal sama, di mana merasa tetap kekurangan karena besarnya pengeluaran. Ini merupakan masalah klise setiap keluarga (orangtua). Bila Anda coba tanyakan kepada pasangan suami istri mengapa mereka tidak menyisihkan dana setiap bulannya dan diinvestasikan untuk masa depan, mereka akan selalu menjawab karena penghasilan kami terbatas (tidak cukup penghasilan kami sekarang). Kebenarannya adalah, masalah yang timbul dalam keuangan pasangan suami istri bukannya berapa besar penghasilan mereka, akan tetapi permasalahannya adalah kebiasaan pengeluaran mereka.

Bila Anda mencoba untuk menghitung penghasilan Anda berdua dari bekerja, misalkan Andi berpenghasilan Rp5.000.000 per bulan. Dan Susi, istrinya berpenghasilan Rp2.000.000 per bulan. Maka setiap bulannya Anda sekeluarga menghasilkan dana sebesar Rp7.000.000. Bila dihitung selama 20 tahun masa kerja Anda berdua maka total pengahasilan Anda berdua tidak kurang dari Rp1,6 miliar. Jadi sekarang yang harus Anda masukkan dalam pikiran Anda bahwa penghasilan yang Anda hasilkan dari jerih payah setiap bulan bukannya merupakan penghasilan untuk dibelanjakan akan tetapi merupakan penghasilan untuk dialokasikan guna kebutuhan sekarang dan masa datang.

Mitos 4: Bila kita membicarakan masalah keuangan, semuannya akan berjalan baik seperti adanya.

Fakta 4: Bila Anda berdua tidak memulai untuk membicarakan masalah keuangan keluarga, maka kemungkinan Anda hidup kekurangan di hari tua menjadi mungkin.

Komunikasi keluarga antara suami dan istri terkadang sangat kurang, di mana suami hanya sibuk bekerja mencari uang dan istri dengan kesibukannya sendiri mengurus rumah tangga. Apalagi bila membicarakan masalah keuangan keluarga jarang sekali kami temui di mana pasangan suami istri memiliki pandangan mengenai keuangan yang saling mengisi satu dengan yang lain. Membicarakan uang, tidak merupakan hal biasa bagi keluarga Indonesia pada umumnya. Perasaan takut dan tabu sering kali timbul bila kita ingin membicarakan keuangan keluarga. Padahal keuangan keluarga tidak ada bedanya dengan sebuah perusahaan. Di mana ada pemasukan dan pengeluaran. Sehingga alokasi yang tepat dan sesuai dengan tujuan masa datang menjadi prioritas utama. Sehingga menurut hemat kami semua keluarga atau pasangan suami istri sebaiknya berkomunikasi satu dengan yang lainnya untuk membicarakan berbagai alternatif prioritas yang akan dicapai di masa datang.

Jadi, kita harus memulai dari mana sekarang? Itu pertanyaan mudah, seperti halnya berbagai aspek kehidupan, tempat untuk memulai menata keuangan keluarga anda adalah dari rumah. Lebih spesifik lagi, Anda dan pasangan anda harus belajar untuk membicarakan segala hal berkaitan dengan keuangan keluarga. Mengapa kami mengatakan demikian? Karena sebagian besar masyarakat kita sangat “tabu” untuk membicarakan masalah keuangan. Sedikit dari kita yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang secara bebas menceritakan permasalahan keuangannya. Sehingga, secara umum masyarakat kita tumbuh dengan sedikit atau tanpa pengetahuan tentang keuangan termasuk di dalamnya bagaimana membicarakan permasalahan keuangan dalam keluarga.

Fakta bahwa masyarakat kita masih sangat “tabu” membicarakan keuangan dalam keluarga adalah sebuah tragedi. Bila Anda bekerja bersama dalam keuangan keluarga, Anda akan mendapatkan hasil yang berlipat. Demikian juga sebaliknya. Secara umum, dua kepala lebih baik dari hanya satu kepala. Apa pun tujuan spesifik keuangan Anda dan keluarga di masa datang, adanya seorang partner, bekerja bersama Anda, memberikan dukungan dan ide-ide, membuat proses pencapain semua tujuan keuangan menjadi sangat menyenangkan.

Banyak masyarakat begitu menikah, merasa bahwa mereka mengetahui berbagai pandangan atau perasaan pasangan satu sama lain. Membicarakan pandangan pasangan Anda mengenai uang menjadi sangat diperlukan. Semua ini sangat tergantung dengan di mana mereka dibesarkan. Bila Anda dibesarkan di keluarga dengan sistim keterbuakaan berkenaan dengan uang, maka dengan sangat mudah ia juga dapat membicarakan berbagai hal berkaitan dengan uang. Tapi bila Anda dibesarkan dalam lingkungan yang tidak atau jarang sekali membicarakan keuangan atau uang dalam pembicaraan keluarga, maka dengan begitu, ia akan sangat tertutup dan “tabu” membicarakan masalah yang satu ini. Jadi menurut hemat kami, sudah sebaiknya Anda belajar kembali untuk memahami atau mencoba memngerti perasaan atau pandangan pasangan Anda masing-masing berkenaan dengan uang. Dengan mengenal perasaan dan pandangan pasangan Anda maka akan memudahkan Anda untuk merencanakan keuangan masa depan. Dan selama proses perencanaan itu dilaksanakan Anda juga merasakan kegembiraan, tanpa ada rasa terpaksa.

Semoga berbagai mitos dan realita yang kami jabarkan diatas dapat membantu Anda melihat dan mempertimbangkan, apakah perspektif Anda berkenaan dengan keuangan sudah tepat. Dengan mengetahui dan mempelajari segala hal berkenaan dengan keuangan keluarga akan banyak membantu Anda melihat dan merencanakan keuangan keluarga untuk masa yang datang. Semoga cukup bermanfaat.[mi]

* M. Ichsan adalah adalah perencana keuangan dari PrimaPlanner.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman