Senin, 03 November 2008

YANG PASTI-PASTI AJA DEH?

Oleh: Kristopher David


“Di dunia ini, satu-satunya yang pasti adalah ketidakpastian.”

Siapa pun Anda harus yakin pada keputusan yang Anda buat. Betapa pun Anda tidak ahli, keputusan Anda memiliki bobot tersendiri yang tidak bisa diremehkan oleh siapa pun juga. Contoh konkrit adalah saat Anda memilih presiden dalam pemilu. Justru yang terpilih bukanlah pasangan ideal menurut para pengamat politik.

Dalam artikel saya sebelumnya, saya menganjurkan Anda untuk berpikir menurut kapasitas Anda. Jadi bukan sekedar memilih tanpa pertimbangan. Apakah Anda menuruti orang yang punya track record, atau orang yang sekedar fasih secara akademis, atau kombinasi pemikiran antara keduanya, beban pengambilan keputusan ada di tangan Anda.

Kali ini saya ingin mengingatkan para pembelajar tentang situasi yang perlu diperhatikan saat kita mengambil keputusan. Saya masih ingat kala pertama kali masuk kuliah, saat dosen-dosen saya berulangkali menanamkan konsep ketidakpastian. Sebenarnya ada tiga konsep mendasar yang melatarbelakangi pengambilan keputusan, dua yang lainnya adalah keragaman dan generalisasi, yang baru sempat saya bahas kapan-kapan.

Saat mengikuti OSPEK jurusan pun, para senior juga berulangkali menegaskan konsep ketidakpastian. Secara singkat, menyebutkan sesuatu secara pasti sangat tidak dianjurkan. Kami hanya boleh menyebut, kira-kira, dari sekian sampai sekian, yakin dalam taraf 95 % dan konsep semacam itu lainnya.

Kalau Anda seorang pengusaha, pasti sangat mengharapkan kepastian. Kepastian sangat diinginkan untuk memudahkan prediksi kedepan. Baik kepastian harga BBM, kepastian tidak ada perubahan regulasi, kepastian tidak ada demo buruh, kepastian nilai tukar rupiah, kepastian tidak ada pengeboman oleh teroris dsb.

Bentuk kepastian yang lain, diharapkan oleh para PNS. Di antaranya kepastian tidak akan dipecat, kepastian jaminan masa pensiun, kepastian dari asuransi kesehatan dan sebagainya.

Para peserta seminar motivasi, atau perusahaan yang mengirim karyawannya ke seminar semacam itu, menginginkan kepastian bahwa ada hasil konkrit selama sekian bulan setelah seminar tersebut.

Sayangnya, tidak ada sesuatu yang pasti, kecuali ketidakpastian. Mungkin saudara yang kritis akan mengatakan kalimat saya tersebut self-defeated. Jika semua tidak pasti, maka kalimat saya di atas juga tidak pasti. Nah, itu akan saya bahas kali lain saja. Sekarang kita anggap saja bahwa tidak ada sesuatu yang pasti.

Sebagian besar kita tidak menyukai ketidakpastian, karena kita ingin mengontrol segala hal dengan sumber daya yang ada pada kita. Kita ingin mengontrol anak, keluarga, pegawai, teman, pemerintah, rakyat, bahkan kita ingin mengontrol Tuhan. Kita ingin tahu apa syaratnya supaya Tuhan membuat kita sukses. Dengan menyederhanakan semua hal ke dalam hubungan sebab-akibat, kita bisa mengendalikan sebab dan mengendalikan hasilnya pula.

Saya menyarankan saudara untuk berhenti berharap segala sesuatu berjalan sesuai keinginan kita. Jika tidak, kita akan lebih banyak mengalami kekecewaan. Meski demikian, saya tetap berharap saudara percaya diri dengan apa yang saudara lakukan. Menghadapi ketidakpastian, Anda hanya perlu tahu harus menghubungi siapa untuk membantu Anda mengambil keputusan. Mengapa saya katakan membantu, karena Andalah Sang Tuan. Andalah yang harus mengambil keputusan. Perlu diketahui, hampir semua orang kaya tidak lebih ahli daripada para stafnya. Kalau Anda melihat Presiden SBY, hampir semua menterinya lebih ahli daripada beliau. Hampir semua bidang ada konsultannya, apalagi bagi Anda yang hidup di Jakarta.

Sekarang, bukan lagi saatnya Anda berkata, ‘yang pasti-pasti aja deh’.[kd]

* Kristopher David adalah mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Surabaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman