Sabtu, 12 Februari 2011

Kondom Bukan untuk Pelaku Seks Bebas!

Kondom Bukan untuk Pelaku Seks Bebas!




Minggu, 29 November 2009 | 05:45 WIB
JAYAPURA, Kompas.com - Penggunaan kondom seharusnya hanya ditujukan untuk hubungan seksual pada pasangan yang telah menikah. Ini bukan semata-mata untuk melakukan seks aman di kalangan para pelaku seks bebas.

Hal tersebut disampaikan pemerhati sosial dan masyarakat, Lathifah Husna di Jayapura, Minggu (29/11), menyinggung program kondomisasi yang dianggap sebagai salah satu pencegah penularan HIV-AIDS.

"Kampanye kondom tidak menyebutkan dengan tegas bahwa hubungan seksual mutlak hanya boleh dilakukan dalam ikatan pernikahan. Justru yang ditonjolkan adalah anjuran memakai kondom untuk seks yang aman," ujarnya.

Dengan demikian, lanjut dia, kampanye kondom bertujuan untuk membentuk pandangan dan mengubah perasaan masyarakat menjadi permisif dan toleran terhadap perbuatan maksiat. Pasalnya, masyarakat akan semakin berani melakukan perzinahan.

"Kondomisasi jelas tidak terbukti mampu mencegah penyebaran HIV/AIDS di saat budaya seks bebas semakin tumbuh subur," kata Lathifah.

Selain itu, lanjutnya, tingkat ketaqwaan masyarakat terhadap ajaran agama yang mengharamkan kebebasan seks, kultur yang kian individualistis, kontrol masyarakat yang semakin lemah, kemiskinan yang kian menghimpit dan maraknya industri prostitusi semakin membuka celah penyebaran HIV/AIDS.

"Kehadiran kondom justru membuat sebagian masyarakat semakin berani melakukan perzinahan, apalagi dengan adanya rasa aman semu yang ditanamkan dengan penggunaan kondom ini," tegasnya.

Selanjutnya dia menjelaskan, rasa aman semua ini disebabkan karena selain seks bebas bertentangan dengan ajaran agama dan norma kesusilaan, ternyata kondom terbukti tidak mampu mencegah transmisi HIV.

Hal ini karena kondom terbuat dari bahan dasar karet atau lateks, yakni senyawa hidrokarbon dengan polimerisasi yang berarti mempunyai serat dan berpori-pori. Dengan menggunakan mikroskop elektron, terlihat tiap pori berukuran 70 mikron, yaitu 700 kali lebih besar dari ukuran HIV, yang hanya berdiameter 0,1 mikron.

Selain itu para pemakai kondom semakin mudah terinfeksi atau menularkan karena selama proses pembuatan kondom terbentuk lubang-lubang. Terlebih lagi kondom sensitif terhadap suhu panas dan dingin, sehingga 36-38 persen sebenarnya tidak dapat digunakan.

Kondomisasi atau 100 persen kondom sebagai salah satu butir dari strategi nasional telah ditetapkan sejak 1994 hingga sekarang.



Editor: lou http://ceriwis.us

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman