Setelah 66 tahun merdeka, sebagian janji kemerdekaan belum terwujud. Bahkan, janji kemerdekaan itu seakan hilang ditelan hiruk-pikuk perdebatan yang mengedepankan kepentingan jangka pendek kelompok tertentu saja.
Rektor Universitas Paramadina Dr Anies Baswedan menegaskan hal itu, kemarin. Menurutnya, Indonesia adalah negeri masa depan, land of the future. Dan 2045, menurut Anies, seharusnya tahun pelunasan janji kemerdekaan pemerintah, seperti hilangnya kemiskinan, kesejahteraan yang adil dan merata.
Namun akankah janji kemerdekaan itu terpenuhi di tahun itu? Jika kondisinya masih seperti saat ini, Anies mengaku pesimistis semua akan terwujud. Dalam orasinya selama 2 jam, Anies menegaskan korupsi dan sistem kebutuhan kelompok, serta birokrasi yang rumit menjadi penyebab. Ditambah lagi adanya kebijakan yang tidak transparan.
Dan yang utama, era SBY saat ini tidak ada kepemimpinan yang kuat. Saat ini pemimpin banyak diam. Tidak berani mengambil keputusan untuk warga negaranya. Menurutnya, pemimpin itu harus turun tangan ketika kebijakan itu tidak berjalan dengan baik.
Anies mengatakan bahwa Indonesia saat ini membutuhkan pemimpin yang solid. Dia bisa menumbuhkan keteladanan, berintegritas, berakal sehat. Dan yang utama adalah tidak berminat menggunakan kekuasaan yang dimilikinya.
Sebelumnya,Anies menilai saat ini bangsa Indonesia tengah mengalami krisis kepemimpinan. Menurut dia, persediaan tokoh-tokoh sebenarnya cukup banyak. Namun, tak semua dapat menjadi sosok yang diinginkan rakyat. Salah satunya dilihat dari indikator sosok pemimpin yang seharusnya tegas.
"Kita punya banyak stok tokoh politik, tokoh bisnis, tokoh NGO yang bagus-bagus. Tetapi, kita butuh seorang pemimpin politik, yang menjadi pertanyaan kemudian, pemimpin politik yang seperti apa? Harusnya seorang memiliki jiwa kepemimpinan. Kita kekurangan tokoh demikian. Pemimpin nasional kita belakang ini tidak tegas. Ketidaktegasan itu ternyata menular luar biasa hingga ke bawah-bawahnya," ujar alumnus HMI itu.
Pemimpin nasional saat ini sering absen dalam peristiwa-peristiwa yang sebenarnya penting untuk bersama rakyatnya. Contohnya peristiwa-peristiwa kekerasan yang terjadi di antara masyarakat, pimpinan negeri ini justru cenderung melakukan pembiaran.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, para pemimpin di Indonesia absen di dalam persoalan-persoalan besar. Seharusnya pemimpin hadir untuk mewakili janji kemerdekaan kita. ''Negara absen terhadap perlindungan rakyatnya dan saya melihat keengganan mengambil keputusan secara cepat dan tepat," imbuhnya. [mdr]
Di Like Ya Gan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar