Jumat, 17 Oktober 2008
Aa Gym: Kuncinya, Hati yang Bersih
KH Abdullah Gymnastiar atau orang lebih mengenalnya dengan panggilan “Aa Gym”, sebuah nama yang telah berkembang menjadi personal branding yang kuat. Hampir semua orang aware dengan nama tersebut. Hanya saja, selama ini umumnya lebih mengenal dirinya sebagai pendakwah. Jarang yang tahu bahwa Aa Gym juga seorang pebisnis yang sukses dalam mengembangkan usahanya.
Manajemen Qolbu (MQ) Corporation, perusahaan yang didirikannya sekitar empat tahun lalu, kini telah memiliki 16 anak usaha yang bergerak dalam berbagai bidang, seperti televisi (MQTV), radio (MQ 102,65 FM), travel (MQ Travel), tabloid (MQ Media), dan berbagai bidang lainnya. Keberhasilan ini tentunya tidak dapat dilepaskan dari peran Aa Gym sebagai pemimpin sekaligus pembimbing.
“Inti terpenting di dalam perusahaan itu minimal masalah. Artinya, orang yang bekerja dibuat sangat jujur sehingga uang yang sedikit bisa optimal. Hal ini yang pertama kali kami benahi, suasana bisnis dengan hati bersih,” kata Aa Gym menguraikan kiat suksesnya. Berbincang dengannya memang memberikan banyak pencerahan. Berikut petikan lengkap wawancara Noor Yanto bersama fotografer Hendra Ocky Willyanto dari MARKETING dengan KH Abdullah Gymnastiar.
Apa yang mendorong Anda mendirikan MQ Corporation?
Jadi yang paling penting bagi saya adalah, pertama, menjadikan jiwa entrepreneur untuk menjadi nafas kehidupan masyarakat kita. Semula mungkin senang menjadi pekerja, saya ingin sekali orang lebih luas dalam berkarya. Kedua, dengan semakin luasnya lapangan kerja atau pekerjaan seperti itu, diharapkan akan tumbuh ekonomi menengah, UKM, yang bisa kita berikan bantuan jalan distribusi. Selain tumbuh jiwa entrepreneurship itu, juga tumbuh usaha-usaha kecil menengah. Salah satu yang dicontohkan Nabi Muhammad adalah jiwa entrepreneur. Dan saya lihat, umat Islam di Indonesia harus ditumbuhkan dan dimaksimalkan semangat entrepreneurship-nya. Oleh karena itu, saya tidak bisa bicara tentang hal tersebut sebelum memulainya dari diri saya sendiri dahulu. Saya juga ingin punya “laboratorium”: apakah bisnis dengan sangat mengutamakan etika bisa maju atau tidak. Ternyata bisa, jadi memiliki laboratorium bahwa etikalah yang menjadi sumber dasar dari sebuah bisnis.
Kemudian orang harus punya keuangan yang liquid, sehingga saya bisa membiayai semua kegiatan tanpa tergantung ke pihak manapun. Lalu mudah-mudahan bisa menjadi contoh, bahwa untuk menjadi kaya itu tidak usah bermewah-mewah. Kalau saya sederhana karena tidak punya apa-apa, mungkin karena memang tidak terbeli. Kalau kita dititipkan sesuatu yang sanggup beli apa saja dan kita bisa menahan diri, mudah-mudahan ini memotivasi orang-orang yang ditakdirkan kaya supaya tidak tergiur untuk hidup bermewah-mewah. Lebih tergiur hidup bermanfaat bagi sesama.
Berarti itu juga target yang mau dicapai?
Iya, betul.
Bagaimana kiat-kiat Anda mengembangkan bisnis ini?
Prinsip bisnis di dalam Islam cirinya dua. Ketika mencarinya harus benar, lalu sesudah mendapatkannya juga harus benar cara penggunaannya. Nah, yang dinamakan untung itu apa? Pertama, yang namanya keuntungan itu kalau bisnis menjadi amal ibadah kita atau amal saleh kita. Sehingga tidak boleh melanggar dari apa yang ditentukan oleh aturan Allah. Apalah artinya untung dapat, tetapi pahala tidak dapat? Kedua, bisnis itu harus membangun citra nama baik. Jadi, kunci di dalam Islam adalah citra. Bagi Nabi Muhammad sebelum menyebut Islam, beliau dikenal dengan panggilan Al Amin (seorang yang sangat kredibel).
Ketiga, bisnis yang baik itu dikatakan untung kalau dengan bisnisnya bisa terus meng-up grade SDM. Semakin berkualitas dan semakin berkembang kemampuannya. Bisnis yang tidak membuat manusianya berkembang, sebetulnya tidak untung karena keuntungan terpenting adalah SDM-nya yang berkembang terus kemampuannya. Keempat, bisnis disebut untung kalau bisa membangun silaturahmi yang banyak. Network. Semakin banyak saudara, semakin bagus. Kelima, disebut untung itu kalau mempunyai multi efek manfaat yang besar bagi banyak pihak. Barulah yang keenam, itu uang yang barokah, insya Allah.
Berarti bisnis secara umum pada dasarnya sama?
Ada yang sama, ada yang berbeda. Dalam kaitan MLM, kita kan betul-betul bagi hasil, tidak boleh mengeksploitasi orang lain. Kita tidak boleh untung, sementara orang lain merugi. Jadi yang dibagikan tidak boleh berasal dari uang pendaftaran, kalau uang pendaftaran bukan dari hasil keringatnya.
Lalu kiat sukses Anda memimpin MQ Corporation?
Inti terpentingnya adalah bagaimana di dalam perusahaan itu minimal masalah. Artinya, orang yang bekerja dibuat sangat jujur sehingga uang yang sedikit bisa optimal. Minimal konflik internnya sehingga energi kita tidak saling menyakiti. Baik dengan kesombongan, iri, dengki maupun pamer. Manajemen Qolbu inilah sebenarnya yang membuat teman-teman merasa bekerjanya tidak saling mengganggu, bahkan saling bersinergi. Kalau tidak hati-hati, energi itu banyak terbuang karena berkelahi di dalam. Konflik intern, lalu yang punya kedudukan sombong sehingga membuat perusahaan tidak bisa maju karena ide dan gagasan tidak berkembang. Belum lagi iri hati dan dengki sesama, membuat saling sikut-menyikut atau minder sehingga tidak optimal. Hal ini yang pertama kali kami benahi, suasana bisnis dengan hati bersih.
Bagaimana cara meminimalkan masalah itu, sementara setiap orang berbeda-beda?
Itulah Manajemen Qolbu. Begini ada empat tehniknya. Pertama, dengan keteladanan. Harus diupayakan para pemimpin, yaitu orang-orang yang bisa menjadi suri tauladan dalam akhlak, sehingga dia tidak menimbulkan masalah baru. Kedua, kami terus mendidik, melatih, dan membina semua karyawan agar memiliki visi yang sama serta terlatih dengan akhlak yang baik. Ketiga, sistem kami diupayakan kondusif untuk perubahan. Keempat, kekuatan ibadah supaya berkah dan mendapat pertolongan Allah.
Apakah sistem ini merupakan perpaduan konsep keislaman dengan bisnis?
Memang, Islam itu selalu aktual. Islam itu tidak pernah terpisah dengan apapun, dengan ekonomi maupun politik. Yang membuat ekonomi jadi jelek bukan karena modernnya, tetapi keserakahannya. Niat dan cara yang jelek membuat ekonomi jadi buruk. Jadi, memang seharusnya, seorang Islam yang baik adalah memiliki tata nilai baik dalam bisnis dan produktivitas tinggi dalam memberikan kontribusi kepada masyarakat.
Dakwah dan berbisnis sangat berbeda. Satu urusan akhirat, lainnya bersifat duniawi. Bagaimana cara Anda memadukan keduanya?
Itu saya heran, kenapa harus terpisah. Bagi saya, bekerja itu adalah ibadah bukan urusan semata-mata dunia. Dunia itu sudah dibagikan oleh Allah, tinggal kita jemput saja. Tidak perlu kita takut karena tidak kebagian dunia. Yang harus kita takuti justru dunia tidak menjadi bekal untuk di akhirat. Kalau kita kerja bagus, dunia pasti ketemu. Tidak usah risau. Jadi justru tidak ada bedanya antara ahli dunia dengan akhirat, yang membedakan adalah niat dan cara. Kalau ahli dunia, dia takut tidak kebagian, maka dia akan menghalalkan segala cara dalam mencarinya. Sehingga jika sudah dapat, hanya untuk kepentingan diri. Tetapi, kalau yang cita-citanya akhirat, dia sudah mulai dari niatnya saja, itu sudah ibadah. Tidak perlu takut tidak kebagian. Benar-benar terjaga kejujurannya serta profesionalismenya, dan kalau sudah dapat untuk kontribusi.
Beragam pekerjaan pernah ditekuni oleh suami dari Dra Hj Ninih Muthmainah ini. Aa Gym pernah menjadi guru madrasah; sales di sebuah perusahaan elektronik; wirauasaha di bidang foto, percetakan, dan busana muslimah; pimpinan pondok pesantren; sebelum akhirnya merintis MQ Corporation. Motto hidupnya “hidup adalah untuk berprestasi, yang bermakna bagi dunia dan berarti bagi akhirat nanti”. Hidup berprestasi merupakan hal yang benar-benar dijalani pria kelahiran Bandung, 29 Januari 1962 ini. Dari hari ke hari, waktunya diisi dengan berdakwah dan berbisnis.
Manajemen Qolbu merupakan hal baru dan juga brand baru. Strategi dalam pengembangannya?
Strateginya sederhana saja, setiap orang mencari orang yang jujur. Kita belanja kepada pedagang yang jujur, kita punya uang ingin dikelola oleh orang-orang yang jujur juga. Kenapa kita tidak menjadi orang jujur? Berarti kita pasti akan dicari oleh orang lain. Sekarang di mana-mana orang gelisah dan stres. Pasti orang-orang itu ingin tenang. Siapa saja ingin tenang. Kenapa kita tidak berikan jalan untuk tenang?
Apa visi dan filsafat MQ?
MQ itu setiap manusia punya potensi, hatinya harus di-manage. Kalau hati semakin terkendali, maka pikiran pun semakin terkendali. Lalu tutur kata dan perilaku pun akan terkendali. Yang jadi masalah adalah hati yang tidak terkendali. Akibatnya, pikiran, nafsu dan perilaku tidak terkendali dan itulah yang jadi sumber masalah. Jadi siapapun yang bisa mengendalikan hatinya, dia akan jauh lebih cerdas akal pikirannya karena tidak punya waktu untuk sombong atau takabur.
Lalu apa bedanya Manajemen Qolbu dengan yang lain?
Manajemen Qolbu itu adalah bagaimana me-manage hati. Dari me-manage hati timbullah cara berpikir yang bagus, cara bersikap yang bagus sehingga manajemen dalam bentuk apapun jadi bagus. Jadi kepada pembentukan karakter manusianya. Atittude.
Untuk MQ Corporation, strategi promosi bagaimana?
Strategi promosinya ialah kami percaya, kalau orang puas akan menyampaikan kepada yang lain. Jadi, yang paling penting, orang tahu persis bahwa bisnis kami ini insya Allah bersih. Kedua, orang puas. Ketiga, mereka tahu bahwa bisnis ini bermanfaat untuk orang banyak. Dari kepuasaan itulah sambung-bersambung menjadi sebuah promosi yang kuat.
Selama menjalankan bisnis ini, ada kendala yang dihadapi?
Iya, karena SDM kami tidak semua sudah ahli, yang kami ambil dari pesantren dan teman-teman seadanya. Jadi kalau dari segi akhlak, kejujuran, dan kedisiplinan sudah baik; hanya skill yang harus selalu ditingkatkan. Solusinya, kami mencari konsultan yang ahli di bidangnya, dan di dalam kami training. Kami juga mencari SDM baru yang sudah punya keahlian tetapi memiliki visi sama.
Aa Gym sendiri sudah jadi brand. Bicara Aa Gym, maka brand-nya MQ. Apakah itu strategi yang dipakai?
Memang strategi awalnya orang percaya ke Aa dulu. Lama-lama digeser kepada brand Manajemen Qolbu, kemudian digeser kepada profesionalisme. Sehingga nanti orang puasnya bukan karena Aa-nya, bukan karena MQ-nya, tetapi karena profesionalismenya.
Memang sekarang orang masih melihat ada Aa Gym, tetapi lambat laun bergeser. Saat ini dalam beberapa produk sudah jarang ada Aa Gym, tetapi tetap saja bisa bersaing dengan baik. Beberapa sudah lepas. Ada beberapa tayangan teve yang tidak ada Aa Gym-nya, masih banyak diminati.
Terakhir, pandangan Aa Gym terhadap dunia marketing kita?
Paling penting adalah jangan sampai menipu konsumen. Kita menawarkan kelihatannya bagus, padahal kenyataannya seperti itu. Hal tersebut tidak akan membawa berkah. Jadi Islam sangat mengajarkan kejujuran. Kita jangan takut tidak kebagian konsumen, tetapi takut tidak kebagian kejujuran, tidak kebagian keberkahan. Karena setiap orang rezekinya sudah ada. Kita tidak disuruh mencari, kita disuruh menjemput rezeki. Kalau mencari belum tentu ada, kalau menjemput pasti ada. Nah, yang dicari nilai tambah dari rezeki kita. Bisa berupa amal, persaudaraan, citra nama baik, manfaat untuk orang banyak, dan peningkatan kualitas diri. Jadi tidak membuat kita stres dalam bisnis dan persaingan tidak akan mengurangi rezeki kita. Tetapi pesaing adalah bagian nikmat dari Allah, agar kita lebih kreatif dalam memompa keterampilan kita. Menjemput jatah kita.*
Great Marketer (box)
Sehari Bersama Aa Gym
Pagi hari di bulan Oktober, tepat pukul 06.35 “WG” (Waktu Gambir), kereta Argo Gede tujuan Bandung merayap perlahan meninggalkan ibukota tercinta. Saya bersama fotografer Majalah MARKETING, Hendra Ocky Willyanto, berada di dalam kereta tersebut. Tugas kami adalah “memburu” seorang tokoh, yang bukan hanya dikenal sebagai pendakwah, tapi juga sebagai pebisnis.
Masih kosong di benak kami, bagaimana bentuk wawancara dan tempat untuk pemotretan nantinya. Biasanya untuk rubrik Great Marketer, kami cukup datang mewawancarai narasumber sesuai tempat dan waktu yang dijanjikan. Tapi untuk Aa Gym, ada pengecualian. Maklum, jadwal acaranya yang sangat padat.
Menjelang pukul 11.00, kami tiba di Gegerkalong, markas Daarut Tauhiid. Ternyata kedatangan kami telat 10 menit. Aa Gym sudah keburu pergi ke Polres Cimahi untuk bertemu dengan para tersangka kasus pembunuhan santri Daarut Tauhiid. Kami dapat informasi, Aa Gym pergi ke sana dengan bersepeda.
Satu jam kemudian, akhirnya kami bertemu dengan Aa Gym. Sempat bersalaman dan memperkenalkan diri, kami diminta menanti selesai shalat Jum’at. Sembari menunggu, kami dibawa “berwisata” oleh staf Aa Gym bernama Mirawaty, melihat-lihat kantor beberapa anak perusahaan MQ Corporation.
Setelah puas berkeliling, kami kembali ke rumah Aa Gym. Mobil dan supirnya tampak masih nangkring di sana. Saya bertanya kepada Sobirin, ajudan Aa Gym, kapan berangkat karena rencananya kami akan ikut Aa Gym ke kantor Telkom Bandung. Di sana Aa Gym akan berceramah. “Lho, Aa mah sudah berangkat barusan,“ ungkapnya. “Hah? Kemana? Ke Telkom? Naik apa?“ tanya kami kaget.
“Biasa, naik sepeda,” papar Sobirin. Usut punya usut, ternyata Aa Gym memang lebih suka naik sepeda jika pergi berdakwah di seputar Bandung. Selain menyehatkan, waktu tempuhnya juga lebih cepat jika dibandingkan dengan naik mobil.
Selang beberapa menit, kami menyusul naik mobil Aa Gym ke Telkom. Kami harus menunggu kurang lebih sejam. Selesai ceramah, dalam perjalanan pulang kembali ke rumah, wawancara kami lakukan di dalam mobil. Sesuai perkiraan, perbincangan tidak akan selesai dalam satu kesempatan saja. Tampaknya harus dilakukan di sela-sela acara Aa Gym hari itu.
Sesampainya di rumah, kami memberi waktu Aa Gym istirahat sejenak sambil menunggu jadwal berikutnya. Sesuai keterangan, Aa Gym selanjutnya akan menuju perumahan Villa Parahyangan. Di sana ada syuting untuk acara ceramah di MQTV. “Wah, bakal wawancara di dalam mobil lagi nih.“
Agar tidak tertinggal lagi, kami menanti Aa Gym di depan saungnya. Beberapa saat kemudian, Aa Gym sudah terlihat bersiap-siap. Tapi… bukan menuju ke mobil, ia langsung menghampiri sepedanya! Namun, dari penuturan supir pribadinya, ia bersepeda hanya sampai pesantren saja. Jaraknya memang tidak jauh. Kami pun mengikuti Aa Gym menuju pesantren.
Di dalam mobil menuju lokasi syuting, babak kedua wawancara dilakukan. Tadinya, kami kira wawancara berikutnya pasti selesai shooting. Ternyata, sesampai di lokasi, Aa Gym menuju ke ruang ganti baju. Kesempatan itu langsung kami pakai untuk wawancara babak ketiga. Tapi sebelum tuntas, ia sudah dipanggil produser. Terpaksa menunggu lagi. Saat ganti baju, hanya dengan memakai kaus dalam saja Aa Gym berkata, “Kalau sedang begini, Aa jangan di foto ya, enggak enak atuh sama ibu-ibu,“ ujarnya sambil tersenyum kepada Hendra. Kami pun tertawa.
Di sela-sela break syuting, kami melihat kesempatan untuk menuntaskan wawancara. Kami minta izin sutradara, dan… akhirnya, wawancara babak keempat berlangsung. Aa Gym sempat kaget, “Lho, saya pikir mah wawancaranya sudah selesai atuh, “ ujarnya dengan logat Bandung yang kental.
Akhirnya, selesai sudah wawancara dengan KH Abdullah Gymnastiar. Sehari penuh kami bersamanya. Melihat kegiatan yang dilakukan, mendengarkan ceramahnya, dan melihat sisi lain dari sosok Aa Gym sehari-hari. Selesai berpamitan, kami bergegas menuju stasiun Bandung, mengejar kereta terakhir ke Jakarta. (Noor Yanto).
*Wawancara dan artikel di atas dimuat pertama kali di Majalah MARKETING (www.majalahmarketing.com) Edisi November 2004. Dimuat kembali di Pembelajar.Com dengan izin tertulis dari redaksi Majalah MARKETING.
Ida Kuraeny: Ratu Asuransi Indonesia Buka Rahasia Sukses -
Ida Kuraeny, profesional agent PT. Asuransi Jiwa Sewu New York Life (kini berganti nama menjadi Sequislife: red), bisa dibilang “ratunya” jagad asuransi Indonesia. Betapa tidak? Cukup berbekal pendidikan formal SMKK, dan sejumlah program ekstensi, Ida melejit sebagai penjual asuransi terbaik di negeri ini. Sejak tahun 1997 hingga 2001 lalu, Ida selalu masuk kualifikasi MDRT (Million Dollar Round Table). Tahun 1999 ia mencapai posisi Top of the Table. Sebuah posisi prestisius di antara para anggota MDRT lainnya. Tahun 1998, ia meraih penghargaan sebagai Top Agent of the Year. Dan tahun 2000 dan 2003 ia meraih Top Agent Award versi Dewan Asuransi Indonesia (DAI) kategori Best Senior Productive Producer. Terlalu panjang jika disebutkan semua pernghargaan yang diraihnya.
Menekuni asuransi sejak usia 24 tahun, Ida menganggapnya sebagai profesi “kecelakaan”. “Tidak ada seorang agen pun, di asuransi ini, yang awalnya bercita-cita menjadi agen,” kenang Ida, kelahiran Surabaya, 13 Agustus 1969. Keluarga tidak mendukung karena cerita-cerita miring di profesi ini. Syukur, sang suami malah paling semangat mendukungnya. Namun, keputusan “mantan” pegiat MLM dan sales door to door ini tidak salah. Ia menemukan jati diri bisnisnya di asuransi.
Dengan prinsip learning by doing, Ida membuktikan profesinya sangat layak diperhitungkan. Bahkan patut jadi kebanggaan. Ida berhasil menjual premi rata-rata per tahun di atas Rp500 juta. Kini ia memiliki lebih dari 600 nasabah. Khusus tahun 2001 lalu, total penghasilan dari komisi tahun berjalan, komisi tahun sebelumnya, berbagai bonus, dan renewel business, bisa mencapai di atas Rp500 juta!
Bukan itu saja! Kepiawaian di bidang asuransi --yang ditimbanya dari pengalaman-- telah melahirkan lembaga konsultan marketing bernama Ida Kuraeny & Associates yang berkantor di Lt.37 Wisma GKBI, Jl. Jend. Sudirman, Jakarta Pusat. Sebuah lembaga yang memberikan pelayanan public speaking bidang asuransi, marketing, customer service, dan management skills. Dengan lembaga itu, Ida ingin supaya ketika orang bicara asuransi, mereka ingat namanya. Tentu saja impian itu makin menjadi kenyataan setelah Ida berhasil menyelesaikan bukunya tentang seluk beluk profesi agen asuransi yang berjudul Membuat Impian Menjadi Kenyataan (Gramedia, 2003).
“Saya dulu sering perhatikan orang-orang di sekeliling Sudirman, di mal-mal, di café-café. Keren-keren bajunya…bawa mobil mewah. Kapan ya bisa seperti itu? Saya bayangkan kalau bisa seperti mereka. Itu memotivasi diri saya,” kenang Ida. Dan mimpi ibu dari Oto, Ony, Sela, dan Ridho ini kesampaian sudah. Berikut petikan wawancara Edy Zaqeus dengan Ida Kuraeny di kantornya di Jakarta Selatan.
Bagaimana awal ceritanya Anda bisa nyemplung di bisnis asuransi?
Tidak ada seorang agen pun, yang awalnya bercita-cita menjadi agen asuransi. Nggak ada. Accident. Kita tahu kan profesi agen asuransi itu paling tidak diminati, paling ditakuti, atau pilihan terakhir. Bahkan keluarga awalnya sama sekali tidak mendukung. Padahal, menjual asuransi yang kita dekati kan keluarga dulu, seperti di MLM. Dengan kondisi seperti itu saya tertantang. Tapi karena waktu itu leader saya kurang memperhatikan, tahun 1991 saya hanya bertahan tiga bulan di asuransi Universal Lifeindo dari Philipina dan partner Indonesianya dari Gunung Sewu Kencana. Tahun 1992 mereka diakuisisi New York Life International, saya kembali masuk tahun 1994. Tahun itu keputusan saya bulat. Dari situlah saya mulai menjadi agen.
Apa yang dilakukan seorang agen asuransi?
Sebenarnya sama dengan MLM. Kalau MLM produk dalam bentuk barang, kalau saya bentuknya kertas jaminan masa depan. Sifatnya abstrak. Butuh kemampuan luar biasa untuk meyakinkan mereka supaya membeli produk asuransi. Seperti di industri MLM, pertama kita harus mengumpulkan bank nama. Investasi atau aset terbesar kita ada di bank nama itu. Di asuransi minimal kita punya 100 bank nama. Dari 100 nama itu kita kembangkan, diklasifikasikan mana yang potensial membeli asuransi.
Dulu saya berawal dari pasar-pasar kecil. Karena saya bukan anak orang kaya. Mau nawari direktur, ya saat itu nggak punya nyali. Yang membuat saya surprais sampai hari ini adalah, dari pasar yang kecil-kecil, saya berubah jadi (mempunyai) pasar besar. Orang-orang di perusahaan mengenal saya sebagai agen kelas teri. Tapi kecil-kecil beratnya bisa satu ton ha ha ha... Saya bisa menjual 100 polis dalam satu tahun, secara konsisten tiga tahun berturut-turut.
Bagaimana dari agen kelas teri jadi ke pangsa pasar yang besar?
Karena saya merawat after sales service. Komisi di asuransi besar, kan? Kita tahu komisinya 30%, ditambah bonus-bonus kalau kita mencapai level tertentu. Dengan komisi tadi saya alokasikan sebagian untuk biaya servis. Hal itu jarang dilakukan oleh agen lain. Saya punya moto, masa depan saya merupakan investasi saya hari ini. Sebagai agen kita tidak punya bos, bisnis sendiri, wirausaha mandiri. Kita itu entrepreneur. Berarti harus punya modal. Modalnya apa? Yaitu tadi bagaimana maintenance klien saya after sales service. Contohnya kartu ucapan edisi khusus untuk para nasabah. Saya juga kerjasama dengan tukang bunga, tukang kue, tukang balon untuk saya kirim kepada mereka.
Mengapa nyemplung di asuransi?
Waktu saya keluar, suami saya tetap menekuni asuransi. Setelah di resepsionis saya kan di marketing, deal dengan orang-orang lain. Sehari punya target ketemu delapan customer, delapan tempat. Lalu suami menyarankan, ‘Dengan ketemu delapan orang sehari, kenapa tidak di asuransi? Uangnya lebih gedhe?’. Di marketing saya dapat semua fasilitas. Hanya saja orang umumnya agak sulit melepaskan kenyamanan kan? Tapi dengan kepercayaan ketemu jumlah orang yang sama, uang akan lebih besar, saya bilang saya mau dapat yang lebih besar lagi!
Lalu saya mulai di asuransi dari nol. Saya lebih memilih ke professional agent. Saya tidak memilih di manajemen, karena kalau di manajemen berarti saya employee tidak beda dengan yang dulu. Sebagai professional agent pendapatannya tidak terbatas. Yang saya lihat fleksibel waktu dan fleksibel income.
Bagaimana cara memprospek orang-orang atas?
Menghadapi prospek seorang direktur pun, saya harus punya posisi selevel dengan dia. Dalam arti income ya…. Kalau kepintaran mungkin dia lebih pintar di bidangnya. Tapi bidang asuransi, sayalah ahlinya. Itu harus diciptakan! Supaya calon prospek melihat, ‘Oh ya, saya nggak salah orang nih’. Self confidence kita harus dibentuk dengan bantuan performance tentunya, skill, attitude, dan pola pikir. Dia akan melihat apakah ‘Orang ini layak nggak berbisnis dengan saya’.
Pada dasarnya kita mencari kesamaan, kan? Baru kita bisa in di situ. Sekarang saya lebih banyak ke pengusaha. Berarti pola pikir saya harus sama dengan seorang pengusaha. Misalnya, apa saja sih yang mereka pikirkan? Bicara masa depan, masalah karyawan. Saya sekarang lebih suka jual pada owner perusahaan. Sekali kerja saya bisa dapat polis di atas sepuluh. Yang saya incar karyawannya, makanya saya harus berpola pikir sebagai owner. Begitu ketemu bikin janji, kita nyambung.
Makanya tergantung pasarnya. Bahasa saya menyesuaikan. Jadi mereka bisa melihat ‘Eh, gaya bahasanya sama dengan saya’. Saya terbiasa menyamakan logat dengan calon prospek. Saya ketemu orang Jawa saya ikuti logatnya, ketemu orang Sunda saya bahasa Sunda. Senang mereka. Itu bermanfaat sekali karena suasana pembicaraan jadi alami. Jadi saya harus menyamakan kedudukan saya dulu.
Dari mana Anda belajar teknik-teknik seperti itu?
Learning by doing. Dengan saya sering ketemu orang, lama kelamaan saya tahu karakter orang. Belajar dengan sendirinya. Baca juga, itu informasi paling murah dan cepat. Saya bukan lulusan S-1, S-2, MBA bukan…. SMA saja. Mereka yang punya titel lebih tinggi itu pasti lebih pintar dari saya seharusnya.
Ketrampilan-ketrampilan dasar apa yang mesti dimiliki seorang agen asuransi?
Sederhana. Etiket nomor satu, karena itu yang menjembatani kita bisa bicara lebih dalam. Kalau kesan pertama tidak mengenakkan, apa akan terjadi pertemuan kedua? Etiket adalah tata krama, tata bahasa, intonasi suara, gaya bahasa, itu mempengaruhi. Gaya bahasa menunjukkan intelektualitas kita, kan? Gaya bahasa dan kepandaian berkomunikasi menentukan.
Harus punya ketrampilan membaca situasi. Saya harus bisa analisis. Dari suara pun bisa. Performance. Kita harus bisa menempatkan diri dengan siapa yang akan kita temui. Saya harus menyesuaikan. Kita juga perlu tahu asuransi dipandang dari sudut agama, dari segi hukum, segi ekonomi, sosial, psikologi. Saya ndak harus sekolah dulu di UI ambil semua jurusan ha ha ha… Ndak mungkin, kan? Belajar sambil jalan. Baca sambil ketemu orang dan menganalisa.
Saat bertemu prospek pertama kali, biasanya apa yang ditawarkan?
Awalnya –saat tidak berhasil—saya langsung tabrak lari. Artinya, begitu dapat janji ketemu, saya datang dengan proposal. Ndak peduli perasaan cocok apa ndak, main tembak aja, Rp100 juta uang pertanggungan bayar premi Rp12 juta. Orang shock! Jadi kegagalan itu saya analisis. Saya harus tahu dulu masa depan dia. Saya bertindak sebagai seorang konsultan. Bukan sebagai penjual asuransi. Konsultan memberikan solusi, bukan memberi produk langsung. Jadi fact finding dulu, orang ini ke mana arah hidupnya. Harus banyak bertanya dan banyak mendengar.
Di situ kuncinya. Kita akan bisa mengarahkan. Bagaimana tekniknya, ya banyak belajar dan bertemu orang setiap hari. Di perusahaan kami, standar ketemu dua orang sehari, saya lebihkan empat. Rasionya ketemu sepuluh, baru satu closing (yang mau beli: red). Itu bagi yang baru bergabung. Seperti saya sekarang, sekali ketemu bisa closing dengan uang pertanggungan cukup besar.
Saat bertemu prospek, jangan bersikap seperti hakim yang mendakwa kliennya. Mereka tidak akan senang. Kuncinya, saat ingin dapat informasi, berilah informasi tentang diri kita dulu. Kreatifitas harus tinggi. Insting dan ketajaman harus bisa menyesuaikan dengan situasi.
Pernah mengalami kesulitan dalam memrospek?
Pada saat bertemu dengan orang yang sudah kaya, sulit sekali mengambil uang mereka. Sulit meyakinkan bahwa dia tetap butuh asuransi. Duitnya nggak bakalan habis, bagaimana? Dari segi agama sudah ndak mempan, ekonomi apa lagi? Lalu dari mana lagi? Saya singgung dari segi egonya, psikologinya. Saya sangat percaya bisnis dia tidak habis untuk tujuh turunan. Tapi saya juga yakin dalam kondisi sudah di puncak tertinggi, dia butuh pengakuan secara sosial-ekonomi. Butuh aktualisasi diri, masuk ke lingkungan badan sosial, ke yayasan-yayasan. Kan banyak yayasan-yayasan sosial sebagai bentuk aktualisasi diri, supaya seseorang dihargai masyarakat luas? Nah, saya masuk dari situ. Mereka bisa memberi dana abadi kepada yayasan. Kita dibenarkan memberikan santunan kematian dengan ahli waris berbentuk yayasan.
Pengalaman “menyedihkan” ada?
Ada! Saya dimarahin. Kalau Anda pernah ditolak asuransi (karena hasil medical check-up: red), masuk ke asuransi lain lebih sulit. Boleh dibilang 90% tidak diterima lagi. Kecuali, asuransi itu main-main, atau ada data-data yang disembunyikan. Pada waktu ditolak, tidak semua orang siap. Akhirnya nasabah tadi marah.
Bagaimana menaklukkan prospek yang sudah ikut asuransi atau banyak alasan penolakan?
Diskusikan kembali, karena asuransi banyak jenisnya. “Kalau Bapak sudah beli, saya malah senang hati. Berarti saya tidak ketemu orang yang salah!” Kenapa? Karena mereka jelas lebih mengerti dong. Saya tidak perlu menerangkan dari awal sekali. “Saya sudah banyak lho asuransinya..” Tidak selalu, kalau prospek ada masalah, langsung saya jawab. Capek kalau begitu. Saya analisis dulu, apakah ini benar-benar masalah, objections, atau sekedar kepura-puraan untuk menolak. Saya selalu bilang, “Kalau saya bisa menjawab semua keberatan Bapak, Bapak mau beli asuransi dari saya...?” Saya tantang begitu.
Perbedaanya orang Indonesia dengan orang Amerika kalau beli asuransi; orang Indonesia…”Ida, berapa nanti yang bakal gue terima? Duit gue bakal berapa 15 tahun kemudian?” Kalau orang Amerika, yang sudah mengenal asuransi..”Nanti yang akan diterima keluargaku berapa?” Beda, kan? Satu buat ‘keluarga’, satu buat ‘saya’… ego, kan?
Solusinya apa?
Ajaklah prospek diskusi dulu. Tidak ada ikatan membeli, kan? Tidak ada maksud menggurui. Kalau agen kreatif, dia bisa mengubah prospek yang semula sekadar ingin tahu, berubah jadi pembeli. Tugas kita hanya menjelaskan. Di asuransi jiwa itu yang diasuransikan adalah nilai ekonomi kita pengertiannya, bukan jiwanya. Kalau meninggal, tidak bekerja, income hilang dong. Jadi yang diasuransikan incomenya, bukan jiwanya. Saya harus tahu financial commitment prospek. Saya harus tahu income dan pengeluarannya, karena saya seorang konsultan, bukan penjual. Kebanyakan agen kita menjual secara umum saja. Nasabah beli Rp.1-10 juta sudah cukup. Dianggap sudah besar oleh seorang agen. Ini kejadian, saya gali lagi nasabah itu, dia bisa beli Rp100 juta!
Berapa waktu Anda alokasikan untuk setiap prospek?
Tergantung, ya. Di industri kita pada dasarnya kalau ada buying signal (tanda-tanda membeli) baru akan terjadi penjualan. Tanda-tanda itu harus kita ciptakan dulu. Itu mempercepat proses. Buying signal itu antara lain begini; ”Ya, udah deh, kamu datang dulu ke tempatku, jelaskan 15 menit saja!” Kedua, dia banyak bertanya detailnya. “Kalau ada perang bagaimana?”, “Kalau saya pindah ke luar negeri bagaimana?” Kita harus ciptakan dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah ke buying signal.
Pengalaman paling menyenangkan di bisnis ini?
Wow....kalau dapat cash besar! Satu keluarga beli Rp600 juta premi dalam waktu dua tahun. Padahal waktu itu rekor tertingginya di tahun 1998, sekali beli adalah Rp250 juta. Jadi boleh dibilang Allah mengijinkan… Pada waktu krisis penjualan saya meningkat. Tahun 1998 itu saya yang pertama memecahkan rekor Rp1 milyar untuk perusahaan saya. Rekor perusahaan sejak 1992 baru terpecahkan tahun 1998 oleh saya. Secara nasional itu rekor kedua, karena yang pertama dipecahkan oleh AIA Rp1 milyar di tahun 1997. Saya baru bisa pecahkan tahun 1998. Saya the Best Agent tahun 1999 di perusahaan. Sekarang untuk the Best Agent harus menjual Rp2,5 milyar setahun.
Apakah Anda punya target-target dalam bisnis ini?
Tahun 2000 saya dapat penghargaan sebagai Top Agent Award kategori Best Senior Productive Producer (Peringkat I) dari DAI. Saya berprinsip harus punya peringkat di DAI. Itu prestisius nasional. Tapi yang lebih prestisius lagi adalah anggota MDRT yang anggotanya para agen seluruh dunia. Ada tiga katagori MDRT; biasa, Court of Table, dan Top of the Table. Untuk jadi Top of the Table, dia harus punya kualifikasi penjualan enam kalinya MDRT biasa. Untuk MDRT biasa tahun 2001, dia harus menjual Rp439 juta premi. Saya sudah lima kali berturut-turut kualifikasi MDRT. Di Indonesia (sampai 2002: red), kurang dari delapan orang dengan kualifikasi MDRT lima kali berturut-turut. Tahun 2001 adalah MDRT keenam saya berturut-turut. Mimpi saya adalah menjadi MDRT seumur hidup. Kedua, bisa sepuluh kali berturut-turut. Enam kali sudah, itu rekor di Indonesia (data terakhir hingga 2004, Ida sudah meraih kualifikasi MDRT 10 kali: red).
Mimpi lainnya?
Mimpi lain saya menjadi (public) speaker. Saya sekarang sudah punya accociate sendiri untuk mengeducate para agen. Visi saya, dengan menjadi agen profesional, kita juga bisa punya bisnis sendiri. Ssalah satunya adalah sebagai public speaker. Secara finansial, saya tidak ingin punya masalah keuangan. Alhamdulilah, kami sudah lewati masa-masa kritis tersebut. Saya juga ingin membuktikan kepada masyarakat, bahwa profesi agen asuransi itu bukan profesi yang dipandang sebelah mata. Saya bangga sebagai agen profesional, karena saya bisa diterima di kalangan mana pun. Kalau kita profesional, hasil jerih payah kita itu ada harganya.
Saran saya kepada agen baru adalah disiplin. Milikilah disiplin kerja yang tinggi, karena pekerjaan kita hari ini tidak langsung berbuah. Kalau mandeg, maka untuk memulai usaha lagi sulit. Disiplin diri, membangun performance diri, membangun motivasi diri, dan tularkan antusias kita kepada mereka, yang selama ini belum mengerti asuransi. Belajarlah pada mereka yang sudah sukses.*
Dapatkan wawancara menarik seperti ini dengan 10 entrepreneur sejati lainnya, seperti Bob Sadino, Widia Soerjaningsih, Purdie Chandra, Andrie Wongso, Sofia Achmad, Sunarno, Billi PS Lim, Liem Lie Sia, Lisa Kuntjoro, dan Gede Prama, dalam buku best seller "Kalau Mau Kaya Ngapain Sekolah" (Gradien, 2004
Made Ngurah Bagiana: Kunci Sukses Saya Cukup Fokus di Satu Bidang
Siapa yang tak kenal Edam Burger? Bila Anda kebetulan berbelanja di Alfamart atau Indomart, kemungkinan besar akan menemui gerai burger ini. Di sebagian besar Alfa atau Indomart, memang selalu ada Edam Burger khususnya di Jabotadebek. Ukuran gerainya kecil, hanya satu meter persegi. Penjualnya pun hanya satu orang, tapi selalu sigap menggoreng roti dan daging lalu menjepitnya, bila ada pelanggan memesan. Edam ada di mana-mana dan menjelma menjadi jaringan burger paling luas di Indonesia.
Tapi, siapa yang mengenal nama Made Ngurah Bagiana? Nama Edam memang lebih terkenal ketimbang Made Ngurah, sang pemilik. Padahal, Edam berasal dari kebalikan namanya. Made jadi Edam. Suatu hari, Made kedatangan seorang wartawan. Dia bertanya, “Dari siapa Anda tahu saya?” Sang wartawan menjawab, “Wah siapa yang tak kenal Bapak?” katanya yakin sambil tersenyum. Made menukas dengan cepat, “Siapa bilang semua orang kenal saya? Tetangga-tetangga di sekitar saya aja belum tentu kenal saya…” Wartawan itu melongo, dia tidak menyangka pujiannya justru jadi bumerang. Made memang suka ceplas-ceplos dalam berbicara dan tak suka dipuji berlebihan. Dia mau yang sederhana-sederhana saja, dalam segala hal. Walaupun prestasinya harus diakui… luar biasa! Edam bisa disebut sebagai ikon burger kelas menengah bawah di Indonesia. Bicara burger lokal memang tidak bisa lepas dari Edam. Iniah salah satu perusahaan burger paling fenomenal di Indonesia. Bayangkan… gerainya kini sudah menyentuh angka 3.000. Yang bisa menyamainya mungkin hanya gerai Indomaret digabung dengan Alfamart!!!
Made Ngurah Bagiana, kelahiran Bali 1956, memulai bisnis burger secara tidak sengaja pada 1990. Dia melihat pedagang keliling burger yang sering lewat rumahnya dan kemudian tertarik untuk mencobanya. Lalu, berubah bukan hanya mencoba mencicipi melainkan mencoba berjualan. Dari mengayuh sendiri, Made mengembangkan burger kelilingnya dari satu perumahan ke perumahan lain di wilayah Jakarta Timur. Perlahan tapi pasti, Made sukses membiakkan gerobak burger kelilingnya menjadi puluhan buah. Dan, dia pun pensiun menjadi pengayuh gerobak, lalu menjelma menjadi juragan burger.
Tentu kerja keras dan keuletan menjadi salah satu kunci keberhasilan Edam. Disamping kesederhanaan Made, yang mempertemukannya dengan maestro wirausaha Bob Sadino, yang memberinya banyak ilmu, motivasi serta pengalaman. Pengusaha ini hanya lulusan STM, tapi bisa membuktikan diri mampu menjadi pengusaha sukses dengan bekal keuletan, kerja keras dan kesederhanaan tadi.
Berikut hasil wawancara reporter Pembelajar.com, Dodi Mawardi, dengan Made Ngurah Bagiana di gerai kafenya di Malaka Raya Klender Jakarta Timur beberapa waktu lalu.
Apakah latar belakang keluarga Anda pedagang sehingga bisa menjadi pengusaha burger?
Oh, bukan. Dulu saya justru seperti preman. Tapi bukan preman kayak zaman sekarang. Dulu premannya saya paling-paling jarang bayar ongkos kalau naik bis, rambut digondrongin. Ya, nakal-nakal gitu aja. Saya pindah ke Jakarta dari Bali sempat juga jadi tukang cuci pakaian, jadi kuli bangunan, dan kondektur PPD. Semua dilakukan untuk mengisi perut, termasuk jadi preman itu.
Toh, akhirnya saya pensiun jadi preman. Gantinya, saya berjualan telur. Saya beli satu peti telur di pasar, lalu diecer ke pedagang-pedagang bubur. Ternyata, usaha saya mandek. Saya pun beralih menjadi sopir omprengan. Bentuknya bukan seperti angkot ataupun mikrolet zaman sekarang, masih berupa pick-up yang belakangnya dikasih terpal. Saya menjalani rute Kampung Melayu-Pulogadung-Cililitan. Selama setahun pahit getir menjadi sopir dan kenek saya nikmati bulat-bulat. Saya sangat menikmati prosesnya. Bagi saya, menjalani hidup itu enaknya sepeti air yang mengalir. Jalani saja tanpa perlu merencanakan menjadi apa kita nanti.
Terus bagaimana ceritanya bisa berbisnis burger?
Sepertinya tak ada usaha yang mudah saat itu. Semuanya dimulai dengan modal apa adanya. Saya teringat, waktu itu keluarga saya kesulitan ekonomi. Untuk makan saja sepertinya sudah pas-pasan. Tanpa sengaja, saya melihat orang berjualan burger di depan rumah saya di sekitar Perumnas Klender. Saya pikir, tak ada salahnya mencoba. Saya nekat meminjam uang ke bank, tapi tak juga diluluskan. Akhirnya saya kesal dan malah meminjam Rp1,5 juta ke teman untuk membeli dua buah gerobak dan kompor. Belakangan giliran bank-bank itu yang mengejar saya ha ha ha.
Lalu kenapa namanya Edam?
Awalnya bukan Edam. Dulu saya labeli Lovina, sesuai nama pantai di Bali yang sangat indah. Tapi kemudian berubah jadi Edam. Itu nama pemberian dari Bob Sadino. Saya kan lama menggunakan daging Kemchick. Mungkin karena track record yang bagus, cash flow yang baik dan volume yang terus meningkat, membuat Pak Bob tertarik untuk mengenal saya lebih jauh. Bob ingin bertemu dengan saya. Dari pertemuan itu, akhirnya terjalinlah hubungan kemitraan yang makin harmonis. Saya bernama Made, istri saya pun bernama Made. Oleh Pak Bob, diberi nama “Edam” yang artinya, ya, Made kalau dibaca dari kanan ha ha ha…
Bagaima ceritanya Edam bisa tersebar di mana-mana?
Wah, ceritanya panjang Mas. Banyak suka dan duka yang saya alami. Di awal-awal saya jualan, tak jarang tak ada satu pun pembeli yang menghampiri. Padahal, seharian saya mengayuh gerobak. Mereka mungkin berpikir, burger itu pasti mahal. Padahal, sebenarnya tidak. Saya hanya mematok harga Rp1.700 per buah. Baru setelah tahu murah, pembeli mulai ketagihan. Dalam sehari bisa laku lebih dari 20 buah. Susahnya kalau hujan turun, saya tak bisa jalan. Roti tak laku, akhirnya ya dimakan sendiri. Masih untung karena istri saya bekerja, setidaknya dapur kami masih bisa ngebul. Tapi pas hujan itu ada cerita yang membuat saya miris juga. Saya hampir mati disambar petir. Saya sudah tertelungkup di tanah dan basah kuyup.
Tahun 2000-an lah yang menjadi titik awal perubahan Edam. Ya sejak kenal dengan Bob Sadino. Lalu bekerja sama dengan Bogasari, Edam makin cepat berkembang. Saya pun mengajak banyak orang untuk bergabung sebagai mitra. Ya, saya nggak tahu sekarang berapa gerai yang sudah ada.
Kok bisa harga Edam lebih murah dibanding burger yang lain?
Burger ini kan makanan dari barat dan diposisikan di kelas atas. Dia tidak memosisikan di menengah dan ke bawah. Setelah saya coba ternyata cost-nya ini murah. Ini strategi pemasaran yang dianggap salah, tapi dibenarkan masyarakat. Bahkan di perkampungan di gang-gang itu Edam bisa hidup. Saya bikin roti cuma 500 perak, daging 700 perak. Beserta bumbu dan sayurnya cuma 2.000 perak. Kita mau cari untung 1.000 perak saja cuma 3.000. Jadi, mengapa dijual 10.000 perak? Jadi, saya memosisikan ini buat masyarakat di bawah.
Anda menggunakan konsep yang mirip waralaba, sebelum konsep ini marak di Indonesia. Belajar darimana?
Wah, awalnya saya ndak tahu istilah itu. Saya hanya jalan saja, lakukan saja. Ndak pakai mikir-mikir yang panjang. Waktu itu untuk mengembangkan usaha, saya mengajak ibu-ibu rumah tangga berjualan burger di depan rumah atau sekolah. Mereka ambil bahan dari saya dengan harga lebih murah. Sungguh luar biasa, upaya saya berhasil. Dalam dua tahun, gerobak burger saya beranak menjadi lebih dari 40 buah. Saya pun pensiun menjajakan burger berkeliling dan menyerahkan semua pada anak buah.
Anda sering menyebut waralaba ini sebagai franchise Pancasila. Apa maksudnya?
Saya hanya berikan keadilan bagi yang punya modal besar, modal kecil, bahkan tidak punya modal. Jadi saya sudah menjalankan sila kelima. Kalau sudah begini, maka sila pertama juga otomatis Tuhan akan bantu saya mengatasi kemelut persoalan yang saya alami. Franchise Pancasila ini tidak ada di mana pun di dunia ini. Kalau yang namanya franchise itu kan aturannya baku. Misalnya Rp10 juta dan ada orang tidak punya uang segitu ya tidak bisa. Kalau di sini ada yang mulai dari paket seharga Rp15 ribu. Kalau tidak punya yang dua juta, maka bisa ambil counter-nya saja. Kompor gas pakai punya sendiri. Nah, di sinilah kekuatan Edam, hingga tiap kabupaten minta.
Wah, ternyata Anda pengikut setia Pak Harto ya he he he. Kok bisa membuat franchise semacam itu?
Saya ini sudah membangun Edam sejak 1990, berarti 17 tahun. Saya bilang melayani orang berak itu tidak boleh sombong. Ya saya tidak franchise-kan. Jadilah saya franchise-kan dengan pemikiran saya itu. Bahwa uang itu bukan segala-galanya. Saya tidak mau meninggalkan masyarakat bawah yang pakai sendal jepit, karena saya dulu juga dari situ juga asalnya. Kalau saya franchise-kan seperti franchise-nya orang luar negeri, orang itu tidak bisa menemui saya dan membeli produk saya kecuali dengan membawa uang sekian juta. Sekarang mereka dengan 1.000 rupiah saja bisa. Silahkan datang ke tempat saya. Tapi yang jujur ya, soalnya banyak juga yang bohong.
Anda menyebut Edam Burger sebagai burger dengan cita rasa Indonesia. Bagaimana ceritanya?
Tahun 1996 saya mencoba membuat roti sendiri dan membuat inovasi cita rasa saus. Seminggu berkutat di dapur, hasilnya tak mengecewakan. Saya berhasil menciptakan resep roti dan saus burger bercita rasa lidah orang Indonesia. Rasanya jelas berbeda dengan burger yang dijual di berbagai restoran cepat saji. Ini bukan kata saya saja lho, tapi pendapat dari konsumen. Buktinya, Edam Burger disukai mereka. Tidak hanya sampai di situ. Saya juga bekerja sama dengan Bogasari untuk pengadaan roti yang bercita rasa khusus. Lalu kepada Pak Bob, saya memaparkan keinginan agar daging untuk burger saya mempunyai rasa yang berbeda. Pak Bob pun membuatkannya.
Seperti apa sih konkretnya burger cita rasa Indonesia itu?
Ya, sulit Mas menjelaskannya. Mas harus mencobanya. Tapi sebagai contoh saya punya rasa burger di tiap wilayah berbeda. Saya bikin burger di Yogya agak manis, Kalau di Padang agak pedas. Jadi ikuti selera penduduk setempat. Itu inovasi saya.
Oh, Anda juga suka berinovasi?
Inovasi itukan pelayanan. Mungkin sekarang burger bulat, jadi saya bikin lonjong, atau kalau perlu kotak. Sekarang ada burger namanya Blenger. Itu harganya Rp8.000-10.000, orang dewasa sekali makan langsung kenyang. Ok, saya tidak mau kalah, saya bikin burger Blengsek. Itukan lahir karena adanya kompetitor, maka saya bikin burger Blengsek. Jadi orang yang makan akan keblengsek.
Jadi sekarang berapa jumlah gerai Edam?
Wah, saya sendiri ndak tahu persis. Nggak sempat ngitung. Tapi hampir di semua kabupaten ada Edam. Setiap hari selalu ada permintaan. Saya juga ke sana ke mari berkeliling.
Sekalian jadi pembicara seminar juga, ya?
Sebenarnya saya ndak bisa ngomong. Saya kalau ngomong ya apa adanya. Ndak pakai teori-teori. Ini pengalaman saya, ya ini yang saya omongkan. Tapi katanya justru itu yang menarik. Saya diundang perusahaan, para pensiunan, malah sempat beberapa kali seminar di kampus. Saya senang banget, karena lulusan STM bisa mendikte calon dokter. Saya itu suka kalau disuruh jadi pembicara di kampus, karena saya kan dulu tidak kuliah. Jadi sekarang saya tanpa uang bisa masuk kampus, bahkan bisa jadi orang. Lucu jadinya.
Berkali-kali Edam mendapatkan penghargaan dari berbagai pihak. Apa maknanya buat Anda?
Jujur saja, saya tak pernah memimpikan bakal punya usaha sebesar ini. Dulu, ketika memulai, saya hanya memodalkan dua gerobak roti burger dengan modal apa adanya. Karena saya ulet, akhirnya usaha saya selama 17 tahun ini membuahkan hasil. Saya merasa ini sebagai karunia Tuhan yang patut saya syukuri.
Ini pertanyaan yang paling ingin diketahui banyak orang. Apa kunci sukses Anda?
Kuncinya tak banyak. Cukup fokus pada satu bidang, yaitu menjual roti burger berkualitas tinggi dengan harga terjangkau, ulet meluaskan pangsa pasar dan menjaga hubungan dengan para pelanggan. Saya yakin dengan filosofi menabur dan menuai. Siapa yang menabur kebaikan, pasti berbuah kebaikan juga. Saya juga tidak pernah malu dan gengsi mengerjakan apa pun asal halal dan terhormat. Bagi saya, kesuksesan itu seperti pintu yang bisa dilewati siapa saja, asal orang itu punya komitmen terhadap usahanya.
Edam sudah besar dan berbiak kemana-mana. Anda masih punya impian apalagi?
Saya ndak tahu mau apa nanti. Yang saya dapat ini juga tidak saya rencanakan. Edam ini kan bergerak di bidang makanan. Dan makanan itu kan tidak pernah berhenti. Di situ kan banyak potensi. Potensinya itu orang. Kalau saya punya usaha roti, maka potensinya adalah orang yang memakannya. Ke depannya saya akan mengurusi orang makan. Entah apa atau apa itu akan mengalir dan nanti seleksi alam. Harapan saya, di sini kan saya usaha burger. Dan ada roti, sayuran, dan daging. Di sini ada komposisi mineral karbohidrat dan protein. Ini agar orang-orang itu mengonsumsi makanan yang berprotein, mineral, dan karbohidrat. Jangan sampai kayak di Bogor banyak sayur, tapi orang Bogor kurang makan sayur. Ke depan saya ingin paling tidak orang Indonesia makan burger sebulan sekali lah. Tidak usah seminggu sekali.[dm]
* Dodi Mawardi dapat dihubungi di: dmawardi2000@yahoo.com
PENTINGNYA DISKUSI KEUANGAN SEBELUM MENIKAH
Andi dan Anti bertemu waktu sama-sama kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta terkenal di Jakarta. Setelah lulus, mereka mengambil jalan yang berbeda, Andi meneruskan kuliahnya di luar negeri dan Anti langsung bekerja. Dua tahun yang lalu, mereka bertemu kembali di sebuah pesta teman Anti. Andi diajak oleh temannya. Setelah itu mereka mulai berhubungan kembali.
Mereka membicarakan banyak hal, dari hal yang kecil sampai yang bersifat prinsipil. Dari pembicaraan tersebut, mereka meresakan adanya persamaan dalam tujuan hidup, sampai keinginan untuk membina keluarga dengan hanya dua anak. Tidak beberapa lama, mereka mulai menjalin hubungan lebih dekat. Pada bulan Januari mereka bertunangan. Pada bulan September mereka menikah.
Anti termasuk orang yang percaya bahwa uang tunai atau cash lebih baik. Sedangkan Andi merasa bahwa kartu kredit itu penting untuk berbagai transaksi dan kebutuhan darurat. Andi mempercayai bahwa dalam pernikahan, “apa yang saya miliki adalah milik pasangan saya juga”. Sehingga Andi menambahkan kartu kredit atas namanya untuk Anti.
Waktu pun berjalan, dan mereka memikirkan untuk memperbesar rumah yang sekarang mereka tinggali karena mereka berencana untuk memiliki anak. Merenovasi rumah cukup besar biayanya. Banyak kebutuhan perbaikan yang diperlukan mereka beli dengan kartu kredit. dalam waktu pendek, tagihan kartu kredi mereka meningkat cukup tajam. Tentunya, masing-masing dari mereka membayar dari tabungan mereka.
Namun, dalam suatu pertemuan penting dengan klien, Andi selalu membawa kartu kredit sebagai alat pembayaran. Setelah selesai dan ingin membayar dengan kartu kredit ternyata kartu kreditnya ditolak. Dan Andi pun mencoba kartu kredit kedua, ternyata kembali ditolak. Andi bingung, sepertinya dia selalu membayar tagihan walau memang tidak pernah secara full. Andi mencoba untuk menghubungi perusahaan penerbit kartu tersebut, ternyata, kartu kredit Andi sudah over limit.
Andi menyangka bahwa Anti juga selalu membayar tagihan kartu kreditnya. Sedangkan Anti juga menyangkan hal yang sama. Ternyata masing-masing dari mereka tidak membayar kenaikan dari tagihan karena renovasi. Hal ini mengakibatkan meningkatnya bunga yang harus dibayarkan dan jumlah total tagihan. Ternyata, mereka tidak pernah membicarakan masalah keuangan sebelum mereka memasuki kehidupan berkeluarga. Bila melihat hal ini, “ Andi berpikir, sudah seharusnyalah kami membicarakan masalah keuangan kami sebelum memasuki pernikahan”.
Anda bermaksud untuk menikah? Bila ya, sebaiknya Anda membicarakan masalah keuangan Anda dan calon pasangan Anda. Namun, Anda berkata, “ itu sih tidak romastis” orang mau menikah disuruh membicarakan maslaah keuangan. Memang bila dirasa hal ini tidaklah romastis, namun membicarakan masalah keuangan sebelum Anda memasuki masa pernikahan akan memberikan banyak manfaat bagi Anda berdua untuk mengetahui perihal keuangan masing-masing. Membicarakan hal keuangan jauh lebih baik dari berbagai hadiah yang mungkin Anda terima dari tamu-tamu yang datng ke pernikahan Anda dan calon pasangan Anda. Oleh karena itu, kami menyarankan beberapa langkah yang sebaiknya Anda dan calon pasangan Anda lakukan sebelum Anda mengatakan “I do” atau “Saya terima nikahnya…..”.
Tentukan siapa yang menjadi “Money Person”
Anda dan pasangan Anda seharusnya secara aktif inkut terlibat didalam keuangan, akan tetapi untuk mengindari kebingungan atau kesalahan, pastikan semua tagihan yang Anda berdua miliki dibayar tepat pada waktunya. Dalam hal ini ada baiknya Anda menentukan siapa yang akan membayar semua tagihan melalui tabungan atau simpanan bersama yang Anda dan pasangan Anda sisihkan dari pendapatan masing-masing. Besarnya bisa Anda diskusikan dengan pasangan Anda. Atau bila Anda merasa hal ini menjadi beban salah satu saja, trik lainnya yang bisa Anda lakukan adalah dengan membagi tanggung jawab keuangan masing-masing dalam keluarga. Misalkan, Anda sebagai istri bertanggung jawab terhadap semua kebutuhan belanja, karena biasanya istri yang lebih tau tentang hal ini. Jadi semua tagihan belanja Anda yang mengurunya. Sedangkan untuk kebutuhan biaya listrik telp, pembantu dan lainnya yang bersifat lebih tetap, suami yang bertanggung jawab. Kedua hal ini bisa saja Anda pilih salah satunya.
Saran yang bisa kami sampaikan dalam hal ini adalah tetap kumpulkan semua bill atau tagihan yang Anda dan pasangan Anda lakukan setiap bulannya. Hal ini bisa memberikan banyak manfaat bagi Anda berdua bila nantinya si kecil (anak) lahir. Sehingga Anda memiliki track record pengeluaran yang bisa Anda anggarkan setiap bulannya.
Hal ini merupakan kebutuhan harian atu bulanan keluarga, sedangkan untuk pembelian yang besar, seperti peralatan rumah tangga, barang-barang elektronik dan lain-lain sebaiknya salah satu dari Anda juga bertanggung jawab untuk maslaah pembayarannya. Namun dalam hal ini Anda berdua harus menyetujui pembelian besar yang akan Anda lakukan. Bicarakan dengan pasangan Anda sebelum keputusan diambil.
Apakah lebih baik untuk memiliki tabungan bersama dan tetap memiliki tabungan masing-masing? Menurut hemat kami, bila Anda menentukan satu orang sebagai penanggung jawab masalah pembayaran tagihan bulanan, maka sebaiknya Anda memiliki tabungan bersama. Tabungan ini merupakan penyisihan dari pendapatan Anda berdua setiap bulannya dan besarnya harus disesuaikan dengan pendapatan masing-masing.
Bila masing-masing Anda memiliki tanggung jawab masing-masing dalam hal pembayaran tagihan atau kebutuhan, maka tetap menurut hemat kami Anda memiliki tabungan bersama. Dalam hal ini, tabungan bersama lebih merupakan tabungan masa depan yang Anda dan pasangan Anda alokasikan. Karena dengan tabungan bersam akan lebih memberikan rasa kebersamaan dalam kehidupan berkeluarga.
Bicarakan masalah hutang Anda
Idealnya, Anda masing-masing tidak memiliki atau sudah membayar lunas tagihan (kartu kredit atau kredit mobil) yang masih tersisa sebelum pernikahan berlangsung. Bila hal ini tidak memungkinkan maka sebaiknya Anda membicarakan hal ini dengan calon pasangan Anda, berapa besar sisa hutang yang masih harus Anda lunasi. Dalam hal kartu kredit, ada baiknya masing-masing Anda memiliki satu kartu kredit dengan nama masing-masing dari penerbit yang berbeda. Agar masing-masing Anda memiliki catatan mengenai kredit Anda dan bermanfaat disaat kebutuhan yang mendadak.
Alokasi untuk dana darurat
Bagi mereka yang akan menikah, sebaiknya Anda memulai menyisihkan dana bersama yang dialokasikan untuk kebutuhan darurat. Para profesional keuangan keluarga selalu menganjurkan untuk menyediakan dana darurat sebesar 3-6 kali biaya hidup bulanan. Dua hal penting yang harus Anda perhatikan dalam hal dana darurat adalah dana tersebut harus dapat dengan mudah dicairkan dan tidak mengurangi nilainya. Oleh karena itu penempatan yang lazim digunakan adalah tabungan, deposito berjangka 1 bulan dan Reksadana pasar uang. Anda bisa mengalokasikan sebagian di produk-produk tersebut bukan hanya di satu tempat saja.
Koordinasi kembali benefit perusahaan atau asuransi masing-masing
Proteksi asuransi yang berlebih bisa menjadi uang yang sia-sia. Bila masing-masing Anda bekerja dan memilki benfit kesehatan maka hal ini merupakan keuntungan bagi Anda. namun bila salah satu atau Anda berdua tidak terproteksi maka ada baiknya Anda mengambil asuransi kesehatan.
Demikian pula dengan proteksi asuransi jiwa, bila masing-masing Anda sudah memilikinya, maka ada baiknya Anda meninjau ulang proteksi yang sudah dimiliki. Jangan sampai proteksi tersebut tumpang tindih. Harus disesuaikan dengan kebutuhan Anda dan pasangan Anda saat ini. Bila masing-masing Anda tidak memiliki asuransi jiwa sudah seharusnya Anda mempertimbangkannya sejak awal untuk memilikinya. Menurut hemat kami, ada empat hal yang harus dipertimbangkan sebagai faktor yang perlu diperhitungkan dalam menentukan jumlah uang pertanggungan (UP), Pertama, berapa jumlah hutang yang anda miliki(masing-masing Anda)?; kedua, berapa banyak aset/harta yang anda tinggalkan untuk keluarga?; ketiga, berapa lama aset tersebut dapat menghidupi mereka tanpa harus menurunkan standar gaya hidup mereka?; dan keempat, berapa banyak dana yang diperlukan untuk membiayai kehidupan anak-anak anda sampai mereka menjadi dewasa dan mandiri, termasuk biaya pendidikan mereka?
Mungkin untuk faktor yang terakhir, yaitu kebutuhan anak sampai mandiri dapat Anda perhitungkan bila saatnya tiba dimana Anda memiliki anak. Karena kami sangat yakin bahwa asuransi bukanlah sebuah produk namun merupakan perencanaan yang harus secara berkesinambungan di tinjau ulang dan ditambahkan bila dibutuhkan.
Mulailah menabung untuk tujuan masa depan
Memulailah menentukan tujuan yang Anda dan pasangan Anda inginkan. Tujuan keuangan yang Anda dan pasangan miliki, sangat bergantung dengan waktu, dari hanya beberapa tahun sampai lebih dari 30 tahun untuk menyisihkan dan menginvestasikan uang yang Anda hasilkan setiap bulannya. Semakin panjang waktu yang Anda miliki akan semakin sedikit uang yang harus Anda sisihkan dan investasikan untuk tujuan keuangan (nilai) yang sama. Misalkan Anda ingin memiliki uang disaat Anda berumur 50 tahun sebesar Rp. 1 milyar dan Anda hanya memiliki waktu 10, 15, 20, 25, 30, 35 dan 40 tahun untuk mencapainya maka Anda harus menyisihkan sebesar (asumsi bungan 10% pertahun):
Tahun---Tahunan--------Bulanan
10------57,041,268-----4,753,439
15------28,612,524-----2,384,377
20------15,872,386-----1,322,699
25------9,243,702------770,308
30------5,526,589------460,549
35------3,354,277------279,523
40------2,054,013------171,168
Terlihat jelas dalam contoh perhitungan ini, semakin panjang waktu yang Anda miliki akan semakin sedikit uang yang harus Anda sisihkan secara regular setiap bulan atau tahunnya. Bila Anda memiliki waktu 40 tahun lagi untuk mencapai Rp.1 milyar maka Anda hanya membutuhkan dana setipa bulannya untuk diinvestasikan sebesar Rp.171,200. Oleh karenanya, kami sangat menganjurkan Anda, untuk memulianya sekarang, saat Anda memulai kehidupan Anda berdua.
Demikianlah beberapa langkah yang menurut hemat kami seharusnya Anda lakukan sebelum melangsungkan pernikahan. Semoga kehiduoan rumah tangga yang akan Anda dan calon pasangan Anda janalni penuh berkah dan tentram.*
*M. Ichsan dapat dihubungi melalui email: ichsan02@yahoo.com
Kenalilah Profil Risiko Anda
Setiap orang punya toleransi terhadap risiko atau investment style yang berbeda-beda. Ada yang berani mengambil risiko, ada yang kurang berani atau ragu-ragu, ada pula yang benar-benar takut mengambil risiko. Sehingga untuk itu dibutuhkan sebuah pendekatan yang bisa memberikan gambaran terhadap Profil risiko atau investment style seseorang bila ingin menginvestasikan dananya untuk tujuan masa datang. “No single investment is right for everyone”.
Menurut banyak buku keuangan, profil risiko seseorang atau investor digolongkan dalam tiga golongan besar yaitu tipe risk averse, risk lover dan risk moderate.
Tipe risk averse adalah tipe orang atau investor yang enggan mengambil risiko atau cendrung berusaha menghindari risiko. Tipe risk lover adalah tipe orang atau investor yang menyukai atau akrab dengan risiko. Sedangkan tipe risk moderate adalah tipe orang atau investor yang tenang atau tidak ekstrim dalam menghadapi risiko.
Banyak faktor yang bisa membedakan padangan sesoerang mengenai risiko, misalnya saja usia. Secara umum, bila Anda pada usia yang masih muda dan berada dalam posisi awal dalam karir, maka jangka waktu adalah teman yang baik bagi Anda. sehingga kebanyakan dari mereka lebih memilih investasi yang berpeluang memberikan tingkat pengembalian tinggi dalam jangka panjang dengan risiko yang terukur. Sedangkan bila Anda memasuki masa pensiun, maka investasi yang lebih mobderat biasanya menjadi alternatif.
Dan tentunya masih banyak lagi factor-faktor yang menyebabkan Anda berpandangan seperti saat ini. Kebutuhan akan likuiditas juga bisa mempengaruhi pandangan Anda terhadp risiko. Misalnya saja bila Anda harus membayar biaya uang masuk anak Anda atau keputusan Anda untuk membeli rumah dan menyiapkan uang mukanya, maka hal ini sangat berpengaruh dengan investasi yang Anda pilih. Jangan sampai bila kebutuhan Anda sudah dekat dan Anda mendapat kesulitan untuk mencairkannya maka hal ini akan sangat berpengaruh kepada keuangan dan kelangsungan kehidupan keluarga Anda.
Mengenali profil risiko sendiri
Bagaimana mengenali profil risiko sendiri? Parameter berikut ini bisa dijadikan acuan. Di bidang financial planning, sebenarnya sudah dikenal adanya parameter untuk mengukur kepribadian atau karakter profil risiko seseorang. Parameter ini tergolong sederhana dana beragam polanya. Salah dari banyak pendekatan adalah dengan memberikan pertanyaan untuk mendeteksi profil risiko Anda.
Untuk itu kami mencoba memberikan 10 pertanyaan yang jika seseorang bersedia menjawab kesepuluh butir pertanyaan tersebut dengan jujur dengan lugas—artinya benar-benar sesuai dengan kondisi diri orang tersebut—maka dijamin akan menghasilkan gambaran profil risiko atau investment style yang kredibel.
Apakah Anda termasuk orang bertipe risk averse, risk lover atau risk moderate, akan bisa dideteksi begitu Anda selesai menjawab seluruh butir pertanyaan tersebut. Syaratnya hanya satu yaitu tadi, Anda harus bersedia menjawab secara jujur. Itu saja.
Dari jawaban-jawaban yang Anda berikan, mungkin Anda akan terdeteksi sebagai “tipe agresif”. Kalau Anda masuk tipe ini, berarti Anda menjadi anggota kelompok pecinta risiko (risk lover).
Namun jika Anda terdeteksi sebagai “tipe seimbang”, maka anda dikelompokkan menjadi anggota moderat (risk moderate). Sedangkan jika Anda terdeteksi sebagai “tipe konservatif” atau “sangat konservatif” ,maka Anda tidak boleh sewot jika digolongkan sebagai orang yang takut risiko (risk avoider atau risk averter).
Profil risiko ini dapat Anda hitung setelah Anda menjawab kesepuluh pertanyaan tersebut tidak mungkin berubah secara cepat dan diametral. Artinya, jika Anda menjalani test ulang, maka hasil test tersebut tidak mungkin berlawanan dengan hasil test sebelumya sejauh Anda telah menjawab seluruh butir pertanyaan dengan jujur dan benar-benar sesuai kenyataan.
Maka jika hasil test Anda yang sebelumnya menggolongkan Anda kedalam kategori risk lover, maka test berikutnya tidak mungkin tiba-tiba mengubah profil risiko Anda menjadi risk averter.
Hal ini masih dimungkinkan bila dilakukan di masa datang dimana perubahan kehidupan keuangan Anda bisa mempengaruhi pilihan atau tolernasi Anda terhadap risiko. Namun, perbedaannya, jarang sekali yang terlalu besar.
10 Butir Pertanyaan
Apakah Anda memiliki alokasi dana emergency fund minimal sebesar 3 bulan biaya hidup Anda?
a. Tidak b. Ya, tapi kurang dari 3 bulan c. Ya
Berapa lama masa investasi yang akan Anda lakukan pada investasi ini?
a. Kurang lebih satu tahun b. Kurang lebih 5 tahun c. Antara 5-10 tahun d. Lebih dari 10 tahun
Berapa persentasi dari total investasi Anda yang dialokasikan untuk persiapan masa pensiun?
a. Dibawah 25% b. Antara 25 dan 50% c. Antara 51% dan 75% d. Diatas 75%
Seberapa stabil pendapatan Anda 5 tahun dari sekarang?
a. Kemungkinan akan menurun b. Kemungkinan akan relative sama c. Kemungkinan akan naik sesuai inflasi d. Kemungkinan akan naik melebihi inflasi
Berapa tanggungan yang Anda miliki saat ini? (anak, istri atau suami, orang tua atau mertua)
a. Tidak ada b. 1 c. 2 d. Lebih dari 2
Berapa besar persentasi pembayaran cicilan kredit dari pendapatan, termasuk didalamnya kredit rumah (KPR)?
a. Kurang dari 10% b. Antara 10 dan 25% c. Antara 25 dan 50% d. Diatas 50%
Berbicara mengenai aset investasi Anda, mana yang Anda rasa nyaman dari pilihan berikut ini?
Saya ingin menginvestasikan secara agresif untuk mendapatkan potensial keuntungan yang terbesar walau terdapat potensial kerugian dari penurunan pasar.
Saya merasa nyaman dengan tingkat penurunan yang tidak terlalu besar dari pasar dengan maksud mencapai keuntungan yang cukup dari investasi tersebut
Saya tidak merasa nyaman bila investasi saya menurun karena penurunan harga pasar.
Bila Anda menginginkan potensial keuntungan yang lebih tinggi dengan mengambil risiko yang leb ih, apakah Anda akan merasa nyaman?
a. Ya b. Tidak
Berapa tingkat pengembalian yang Anda harapkan dari investasi yang ditempatkan?
Setara atau lebih tingi sedikit dari inflasi dengan mempertahankan stabilitas capitalnya
Tingkat pengembalian lebih tinggi dari inflasi walau dengan sedikit potensi kerugian dari capitalnya
Mendapatkan keuntungan yang tinggi walau diikuti dengan meningkatnya risiko kerugian capotalnya
Apa yang Anda butuhkan dari aset investasi Anda?
a. Pendapatan b. Kombinasi pendapatan dan peningkatan capital c. Peningkatan kapital
Bila Anda sudah menjawabnya, maka hitung jumlah total nilai berdasarkan tabel berikut ini:
a. 1 poin b. 2 poin c. 3 poin
a. 1 poin b. 2 poin c. 3 poin d. 4 poin
a. 4 poin b. 3 poin c. 2 poin d. 1 poin
a. 1 poin b. 2 poin c. 3 poin d. 4 poin
a. 4 poin b. 3 poin c. 2 poin d. 1 poin
a. 4 poin b. 3 poin c. 2 poin d. 1 poin
a. 4 poin b. 2 poin c. 1 poin
a. 2 poin b. 1 poin
a. 1 poin b. 2 poin c. 4 poin
a. 1 poin b. 2 poin c. 3 poin
Jika total nilainya antara 10-15; Anda tidak dapat mentoleransi risiko dengan baik, Anda akan merasa nyaman dengan investasi yang konservatif.
Jika nilai totalnya antara 16-20; tetap masih berada pada posisi konservatif walau menyertakan investasi dengan tingkat keuntungan yang lebih tinggi.
Jika nilai total antara 21-25; mengindikasikan risiko yang balance, dengan alokasi aset investasi pada pendapatan dan peningkatan capital.
Jika nilai total antara 26-31; mengindikasikan penerimaan yang lebih besar dari aspek risiko dengan investasi yang lebih mengutamakan peningkatan capital dengan porsi investasi pendapatan yang relative sedikit.
Sedangkan nilai total lebih besar dari 32; mengindikasikan penerimaan risiko yang tinggi dalam aset investasi.
Dengan menjawab lesepuluh pertanyaan diatas, paling tidak akan memberikan gambaran awal terhadap toleransi Anda akan risiko. Dengan begitu Anda sebagai individu akan lebih mengenal diri Anda sendiri. Kesepuluh pertanyaan ini dapat membantu dalam menentukan pilihan investasi yang sesuai dengan segala keterbatasan serta kelebihan yang Anda miliki secara pribadi. Sekali lagi pahami bahwa “no single investemnt is right for everyone”, karena setiap individu itu berbeda. Selamat mentest diri Anda sendiri!
SPENDING PLAN
Di dunia kita saat ini, sangat sedikit keluarga yang menyisihkan waktunya untuk membuat sebuah perencanan pengeluaran atau budgeting. Sebagian dari mereka merasa tidak melihat keuntungan dari pembuatan perencanaan tersebut. Sebagian lainnya merasa tidak mau menganggarkan pengeluaran sesuai dengan yang dibutuhkan. Dengan hal-hal ini, maka sangat banyak keluarga yang harus hidup “gali lubang tutup lubang” setiap bulannya. Dengan semakin menjamurnya mal dan pasar swalayan dan promosi yang jor-joran dari berbagai produsen, banyak anggota masyarakat yang membeli hanya karena dorongan keinginan atau “impulse buying” tanpa didasari dengan pemikiran dampak dari keputusan tersebut. Untuk itu dibutuhkan sebuah alat yang bisa membantu masyarakat untuk dapat mengubah kebiasaan tersebut. Salah satu alat yang sangat dibutuhkan oleh setiap keluarga adalah personal budgeting, namu kami lebih suka menyebutkannya perencanaan pengeluaran atau spending plan.
Perencanaan pengeluaran personal adalah sebuah perencanaan keuangan yang mengalokasikan dana yang diterima untuk berbagai kebutuhan keluarga dalam satu bulan tertentu. Sebuah perencanaan pengeluaran yang baik harus mempertimbangkan pendapatan yang diterima setiap bulannya, jumlah hutang yang akan jatuh tempo, tabungan untuk jangka panjang, seperti dana pensiun dan alokasi dana darurat.
Banyak orang yang tidak tau bagaimana dan kemana uang yang mereka hasilkan dibelanjakan setiap bulannya. Berapa kali Anda mengambil uang melalui ATM dan beberapa hari kemudian uang tersebut sudah habis terpakai? Dalam banyak kesempatan, sangat sulit untuk mengingat bagaimana atau ke mana Anda membelanjakannya? Perencanaan pengeluaran bisa membantu Anda mengatasi hal ini dengan memberikan tanggung jawab kepada individu bersangkutan mengenai uangnya.
Dengan perencanaan pengeluaran yang terstruktur akan memberikan indikator yang benar mengenai kemampuan Anda dari segi keuangan untuk membeli barang-barang konsumtif yang Anda inginkan. Apakah itu, rumah, mobil, atau TV baru semua ini dimungkinkan dengan melihat keterbatasan kondisi keuangan Anda dan keluarga.
Membuat sebuah perencanaan pengeluaran tidaklah cukup. Dibutuhkan disiplin dan pengambilan keputusan yang bijak mengenai keuangan Anda dan keluarga. Hal inilah yang biasanya menjadi kendala dalam pembuatan perencanaan pengeluaran. Apalagi bila individu bersangkutang selama ini memiliki kebiasaan berbelanja yang kurang produktif dengan berbelanja tanpa berpikir dua kali. Namun demikian, kami sangat percaya bahwa dalam jangka panjang dan bila dilakukan dengan disiplin, tujuan keuangan seperti kebebasan finansial, hidup terbebas dari hutang dan hidup tentram selama masa pensiun bisa tercapai.
Manfaat perencanaan pengeluaran
Seperti yang kami utarakan di atas, banyak dari masyarakat kita yang belum terbiasa dengan pola perencanaan pengeluaran. Kemudahan mengambil kredit memungkinkan keluarga atau individu untuk membeli sesuatu kapan mereka inginkan tanpa berpikir dampaknya dalam jangka panjang. Sangat sulit untuk dapat mengubah kebiasaan ini. Untuk itu dalam uraian kali ini kami akan memberikan beberapa manfaat yang bisa didapat dari perencanaan pengeluaran.
Salah satu manfaat utama dari pembuatan perencanaan pengeluaran adalah membebaskan diri dari rasa stress dari segi keuangan. Sangat menyenangkan disaat Anda berbelanja akan tetapi tidak demikian bila tagihan bulanan datang. Mereka berpikir untuk membayar pembayaran minimum setiap bulannya. Tanpa disadari, mereka sudah masuk ke dalam Lumpur yang bisa sangat membahayakan bagi keuangan mereka. keputusan ini akan menjerumuskan Anda ke dalam hutang yang tak berkesudahan. Dengan perencanaan pengaluaran yang baik, tentunya hutang yang mungkin bertambah dapat diatasi dengan perencanaan pembayaran yang lebih bijak serta Anda masih tetap bisa mengalokasikan untuk tujuan keuangan jangka panjang yang Anda miliki.
Dengan adanya perencanaan pengeluaran tentunya akan membantu Anda untuk dapat menyisihkan atau mengalokasikan sebagian dari pendapatan bulanan sebagai tabungan masa depan. Hal ini tentunya akan memberikan potensi pencapaian tujuan yang diinginkan serta terjaga dari kesulitan keuangan yang mungkin saja datang tiba-tiba.
Setiap keluarga pasti memiliki tujuan keuangan dimasa datang, baik berupa liburan akhir tahun, mobil baru atau menyiapkan biaya pendidikan. Dengan adanya perencanaan pengeluaran tentunya akan banyak membantu Anda dalam mengalokasikan dana yang dibutuhkan untuk membuat tujuan tersebut menjadi kenyataan.
Banyak keluarga yang selalu dipusingkan dengan berbagai cicilan bulanan kredit konsumtif yang mereka miliki. Tanpa perencanaan pengeluaran yang disiplin tentunya akan sangat sulit bagi mereka untuk dapat mengatasi atau melunasi hutang-hutangnya pada waktunya. Dengan perencanaan pengeluaran tentunya dapat menjadi framework yang dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan kredit tersebut.
Perencanaan pengeluaran yang dilakukan secara disiplin dapat memberikan alokasi pendapatan yang terbatas setiap bulanannya untuk berbagai kebutuhan, tabungan masa depan serta membayar cicilan kredit yang jatuh tempo. Tentunya semua hal ini dapat dilakukan hanya bila Anda memiliki kemauan serta ketetapan hati untuk menjalankannya.
Lima hambatan yang bisa merusak perencaaan Anda
Dengan berbagai manfaat atau keunggulan menjalani kehidupan keuangan keluarga dengan perencaaan pengeluaran, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak dari individu yang mencoba untuk menerapkannya. Banyak dari mereka yang mulai dapat memenuhi bukan saja semua kebutuhannya tapi juga dapat mencicil kredit yang dimilikinya dengan tetap menyisihkan untuk tabungan masa depan. Walaupun demikian, tentu sangatlah bijak bila Anda dapat melihat dan mempertimbangkan beberapa hambatan yang mungkin harus dilalui selama perencanaan ini. Bila Anda memahami berbagai hambatan yang mungkin datang, tentunya akan mengurangi dampaknya terhadap keuangan Anda.
Kartu kredit. Kartu plastik yang sekarang sedang gencar ditawarkan oleh berbagai bank di Jakarta, bisa sangat mendorong Anda untuk berbelanja berlebihan dan yang berkaibat fatal bagi keuangan Anda. Sangatlah umum dimana orang mengambil keputuan yang kurang bijak untuk berbelanja, dimana sebenarnya mereka tidak akan lakukan hanya karena ketersediaan kartu kredit. Tentunya untuk mengatasi hal ini ANda perlu mempelajari berbagai manfaat kartu kredit serta meningkatkan rasa tanggugn jawab Anda terhadap pemakaian kartu kredit tersebut. Ingat kartu kredit adalah hutang. Di akhir bulan Anda harus membayarnya. Batasi kepemilikan kartu kredit hanya dua saja. Uatamakan pemakaiannya untuk kebutuhan yang telah dianggrakan serta keadaan darurat.
Ketidak sabaran. Permasalahan seringkali timbul disaat Anda sudah menetapkan tujuan tapi Anda tidak memiliki kesabaran untuk mencapainya. Sebagai conoth, bila Anda sudah melakukan penyisihan regular untuk membeli mobil yang Anda inginkan. Setelah beberapa bulan, Anda mendapatkan mobil yang Anda inginkan dan tanpa menunggu, Anda langusng membelinya. Hal ini bisa sangat berpengaruh terhadap kondisi keuangan Anda saat ini atau ke depannya. Tentunya akan sangat dibutuhkan kesabaran untuk dapat melaksanakan perencanaan pengeluaran yang ditelah dibuat.
Tidak ada penyesuaian. Perencanaan pengaluaran dibuat sesuai dengan kebutuhan pengaluaran saat itu berdasarkan pendapataan pada saat itu juga. Bila selama perjalanan kehidupana keluarga terjadi perubahan, sudah tentu perencanaan ini juga harus diperbaharui. Tidak melakukan hal ini bisa mengakibatkan defisit keuangan keluarga Anda.
Hari raya atau natal. Seringkali dalam mengembangkan perencanaan pengeluaran, individu melupakan alokasi untuk kebutuhan hari raya atau natal. Oleh karenanya banyak yang merasa kesulitan disaat itu untuk dapat memenuhi semua kebutuhan mulai dari pakaian baru, hadiaha tau salam tempel apalagi kebutuhan untuk mudik ke kampung. Karena kebutuhan pada saat ini cukup besar, alokasikan dana untuk tujuan tersebut selama setahun berjalan.
Liburan. Kebutuhan akan liburang apalagi liburang bersama keluarga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Terkadang Anda hanya mempertimbangakn untuk biaya perjalanan dan akomodasi. Padahl pengeluaran lainnya seperti makan selama disana, oleh-oleh dan lain-lain tidak sedikit. Harus diingat bahwa di daerah wisata seringkali harga-harga kebutuhan bisa melonjak menjadi 2 sampai 3 kali dari harga biasanya.
Mengembangkan spending plandalam keluarga Kebanyakan keluarga pada umumnya lebih memfokuskan untuk meningkatkan penghasilan baik dengan bekerja lembur atau bekerja pada hari libur. Dalam pandangan mereka, penghasilan besar merupakan solusi memenuhi semua kebutuhan dan keinginan keluarga. Masalahya, arus uang memiliki dua sisi, yaitu ada arus masuk dan arus keluar.
Untuk mencapai kesejahteraan keluarga, kedua arus ini sangat penting untuk diperhitungkan. Keseimbangan keduanya merupakan landasan untuk mencapai kebebasan finansial.
Menurut hemat kami ada satu cara sederhana yang dapat membantu, yaitu dengan mencatat semua pengeluaran yang Anda lakukan tiap harinya selama sebulan penuh. Bila Anda telah selesai membuat catatan pengeluaran harian selama satu bulan penuh, sangat mudah bagi Anda untuk menyesuaikan kebutuhan belanja Anda dan menyimpan atau menyisihkan uang dalam jumlah yang lebih besar.
Kami sangat mengerti bahwa pencatatan ini bukan pekerjaan yang natural dilakukan. Disiplin adalah kata kuncinya. Anda harus tetap pada jalur yang Anda inginkan yang pada akhirnya dapat membantu Anda membuat anggaran bulanan yang sesuai dengan keinginan serta tujuan masa depan.
Demikianlah ulasan yang bisa kami sampikan. Semoga dapat bermanfaat bagi Anda dalam mengembangkan perencanaan pengeluaran untuk mencapai tujuan keuangan yang Anda miliki.*
STRATEGI INVESTASI
Penempatan dana investasi sebagai sebuah proses perencanaan mencapai tujuan jangka panjang, dapat dilakukan melalui berbagai cara, baik dengan melakukannya sendiri maupun melalui perusahaan sekuritas atau perusahaan jasa keuangan / investasi lainnya. Penentuan cara ini sama pentingnya dengan investasi itu sendiri.
Berinvestasi mandiri melalui perusahaan sekuritas (misalnya untuk bertransaksi saham) memerlukan bukan saja pengetahuan dan informasi yang memadai tapi juga waktu. Jika kita mempunyai akses informasi namun tidak tahu penggunaannya, maka informasi tersebut tidak memberikan manfaat apapun. Kebanyakan orang pada uisa produktif hanya memiliki waktu sedikit untuk melakukan investasi sendiri karena terlalu sibuk dengan pekerjaan. Bila memaksa berinvestasi mandiri tanpa memiliki pengetahuan, informasi, dan waktu yang memadai, maka bisa jadi keuntungan yang dicari tetapi justru kerugian yang didapat.
Untuk itu kami melihat pentingnya bagi individu untuk mengenal dan mengetahui berbagai macam strategi investasi yang dikenal secara umum.
Buy and hold versus market timing
Secara umum kita mengenal dua cara berinvestasi, yaitu buy-and-hold dan market timing. Cara pertama adalah dengan membeli beberapa alternatif sarana investasi dan tetap memegangnya untuk jangka waktu yang lama. Harapannya adalah agar keajaiban bunga majemuk (the magic of compound interest) dapat terealisasi sehingga memberikan peluang untuk memberikan keuntungan besar dalam jangka panjang. Jadi perspektif konsistensi dan jangka panjang menjadi kuncinya. Pada kubu lain, para penganut market timing (MT) tidak setuju dengan argumentasi buy-and-hold (BAH). Menurut kubu MT, investor bisa dirugikan bila tidak memanfaatkan gejolak harga (volatility). Pendukung MT menganjurkan untuk mengambil keuntungan dari perubahan harga di pasar. Misalnya, bila harga sedang menurun maka Anda membelinya dan ketika harga naik Anda menjualnya. Pendeknya buy low sell high, atau beli murah jual mahal. Dengan begitu investor akan mendapatkan keuntungan maksimal dari investasi.
Strategi market timing yang akurat memang menjanjikan keuntungan yang luar biasa. Profesor Robert Merton, pemenang Hadiah Nobel Ekonomi 1997, meneliti tiga strategi investasi menggunakan data bursa saham New York pada periode 1 Januari 1927 - 31 Desember 1978. Ketiga strategi ini dimulai dengan modal awal US$ 1000. Strategi pertama, sebut saja strategi deposito, adalah investasi dalam surat berharga jangka pendek 1 bulan (misalnya commercial paper atau T-Bill) kemudian pokok dan bunganya di-rollover tiap awal bulan. Strategi kedua, disebut strategi beli dan tahan (buy-and-hold) adalah investasi di bursa saham (diwakili indeks bursa saham New York) terus menerus (capital gain dan dividen yang diperoleh diinvestasikan lagi setiap awal bulannya) selama 52 tahun tersebut.
Strategi ketiga adalah strategi market timing sempurna. Artinya, setiap awal bulan, investor berkonsultasi kepada sebuah ‘komputer peramal yang tak pernah salah’. Kalau menurut ramalan komputer ini indeks saham akan naik selama 30 hari mendatang, maka uang yang ada akan diinvestasikan dalam pasar saham. Sebaliknya, bila si komputer paranormal meramal indeks saham akan turun, maka uang yang ada dialihkan ke investasi surat berharga jangka pendek selama 30 hari mendatang. Begitu seterusnya selama 52 tahun.
Untuk strategi pertama, uang si investor ternyata hanya berkembang menjadi US$ 3600. Untuk strategi kedua, uang si investor berkembang lebih dari 60 kali lipat menjadi US$ 67.500. Yang menarik adalah hasil strategi ketiga. Dalam sebuah seminar yang dihadiri para profesor keuangan, Robert Merton memberi kuis singkat untuk mensurvei perkiraan para profesor ini tentang hasil strategi ketiga.
Nah, kalau Anda diminta menebak, berapa perkiraan Anda tentang hasil strategi ketiga ini? Kemungkinan besar, perkiraan Anda tak akan jauh berbeda dengan perkiraan para profesor keuangan ini. Perkiraan para profesor keuangan dalam seminar Profesor Merton itu ternyata tidak akurat. Umumnya perkiraan berkisar antara ratusan ribu dolar sampai puluhan juta dolar. Kami yakin tebakan Anda juga di sekitar angka itu juga. Jawaban yang tepat adalah, jangan kaget, lima koma tiga enam miliar dollar AS (jawaban ini sengaja ditulis dengan huruf agar tidak mudah diintip sebelum menebak). Luar biasa, bermula dari seribu dolar, dalam 52 tahun Anda bisa mendapatkan uang beberapa kali lipat kucuran dana IMF per periodenya yang sangat dibutuhkan pemerintah Indonesia semasa krisis.
Jadi, logika buy low sell high memang masuk akal. Investor pasti akan untung dengan membeli di harga terendah dan menjualnya di harga tertinggi. Masalahnya, apakah waktu beli yang ditetapkan akan selalu tepat saat harga berada pada level terendah dan waktu jual saat harga berada pada level tertinggi? Kemungkinan memang ada, tapi peluangnya sangat kecil. Tidak akan ada orang yang pernah selalu tepat dalam memprediksi atau memperkirakan perubahan harga di pasar. Dalam prakteknya, banyak sekali ketidak-tepatan prediksi sehingga akhirnya berdampak buruk terhadap investasi yang Anda tempatkan.
Dalam menentukan waktu beli tidak ada seorang manajer investasi pun yang berani mengatakan dengan pasti bahwa harga dari suatu saham di pasar modal adalah harga yang terendah, Mereka melakukan semua perkiraan ini juga dengan perhitungan yang mungkin sekali terjadi kekeliruan atau ketidaktepatan. Meski harga telah rendah, tidak ada jaminan bahwa harga tidak akan turun lebih jauh lagi. Sebaliknya, meski harga telah tinggi, tidak ada kepastian bahwa harga tidak akan naik lebih tinggi lagi. Bila terlalu banyak kesalahan prediksi, bukan keuntungan yang didapat malah kerugian yang menimpa investor.
Untuk tujuan keuangan yang membutuhkan waktu 10, 20 atau bahkan 40 tahun ke depan, kami menganjurkan penggunaan metode dollar cost averaging.
Dollar cost averaging
Perencanaan keuangan keluarga merupakan perencaaan yang berkesinambungan. Dibutuhkan disiplin dan motivasi yang kuat guna mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan keterbatasan pendapatan yang diperoleh setiap bulan, sangat dianjurkan bagi keluarga untuk memulai menyisihkan dana untuk tujuan keuangan sedini mungkin. Penempatan dan alokasi dana dilakukan secara reguler setiap bulan sesuai kesanggupan keuangan keluarga. Pola investasi ini biasa disebut dengan dollar cost averaging (DCA).
Berikut ini ilustrasi DCA untuk penempatan dana di bursa saham. Konsep DCA ada hubungannya dengan diversifikasi. Para investor di bursa saham berdiversifikasi dengan menanamkan uang tak hanya pada satu saham, tapi menyebarkannya pada banyak saham di pelbagai sektor. Gagasannya: bila satu sektor sedang lesu, mungkin sektor lain bisa mengompensasinya.
Diversifikasi seperti ini sudah lazim dan dikenal banyak orang. Masalahnya, bagaimana jika semua sektor---atau dengan perkataan lain pasar saham---kebetulan pada waktu tertentu sedang merosot? Dalam situasi ini, diversifikasi seperti itu tidak bisa berbuat banyak. Salah satu cara yang pasti ampuh untuk menghindari kerugian akibat merosotnya pasar saham adalah jangan berinvestasi di saham. Memang, dengan tidak berinvestasi di pasar saham berarti tak mengalami kerugian, tapi Anda juga tak akan mengalami keuntungan kalau pasar meroket seperti yang terjadi mulai pertengahan tahun 2003 sampai awal 2004.
Strategi yang lebih menghasilkan untung lagi adalah kalau Anda tahu pasti kapan pasar akan naik dan kapan pasar akan turun (telah dijelaskan sebelumnya). Untuk itu Anda harus mempunyai kesaktian sebagai paranormal atau punya teman yang punya kesaktian melihat masa depan. Tapi, jika kesaktian melihat masa depan ini Anda miliki, untuk apa buang waktu di pasar saham. Langsung saja pergi ke Las Vegas atau Atlantic City.
Lalu, mesti bagaimana? Jangan khawatir, masih ada harapan. Ada satu jenis diversifikasi lagi yang dapat mengurangi risiko kerugian akibat kemerosotan pasar saham. Konsep yang satu ini bukan diversifikasi biasa, namanya diversifikasi waktu. Konsep aslinya sering disebut dollar cost averaging atau disingkat DCA.
Misalkan Anda punya uang Rp 1 miliar untuk diinvestasikan dalam bentuk saham. Berdasarkan hitungan rasio harga-pendapatan (price-earning ratio: PER) dan harga-nilai buku (price-to-book value: PBV), Anda pikir saham-saham di Bursa Efek Jakarta kini relatif murah. Kalau pasar meningkat pesat dalam tempo 1---2 tahun, return yang akan diperoleh bisa sangat besar.
Kendati begitu, dalam jangka pendek Anda masih ragu dengan naik-turunnya pasar. Ada kemungkinan pasar masih melorot sejenak sebelum tinggal landas. Kalau uang Rp 1 miliar ini diinvestasikan sekarang dan ternyata pasar merosot, bisa runyam. Sebaliknya, kalau investasi ditunda dan ternyata pasar segera menguat, Anda ketinggalan kereta dan terpaksa gigit jari. Pendeknya, baik masuk terburu-buru maupun menunggu terlalu lama sama-sama bisa membuat Anda menyesal.
Alternatif konservatif untuk menghindari penyesalan itu adalah dengan menginvestasikan uang Anda secara bertahap, misalnya Rp 100 juta tiap bulan selama 10 bulan. Sambil menunggu, uang yang belum diinvestasi bisa dititip di broker dengan bunga setingkat bunga deposito (tentu saja hal ini harus dikonfirmasi dan dinegosiasikan dengan broker Anda). Dengan cara begitu, bila pasar masih menurun Anda tak akan terlalu menyesal masuk saat pasar masih relatif tinggi. Serupa dengan itu, bila pasar mulai meningkat, Anda juga tak terlalu menyesal terlambat masuk pasar.
Manfaat lain dari DCA: dengan membeli sedikit-sedikit, order belinya tak membuat harga naik. Bayangkan bila seorang investor punya uang Rp 1 triliun yang sekaligus diinvestasikan dalam satu hari. Order beli tersebut tak akan bisa dipenuhi tanpa menyebabkan harga saham naik untuk sementara, terutama bila saham-saham yang dipesan kurang likuid (nilai transaksi normal per harinya hanya sedikit).
DCA juga berlaku bila Anda berencana menginvestasikan sebagian penghasilan Anda setiap bulan secara teratur. Untuk investasi yang relatif sedikit, Anda dianjurkan menggunakan sarana investasi reksadana. Dengan menggunakan reksadana, investasi Anda telah terdiversifikasi dalam banyak saham yang dimiliki oleh reksadana itu. Jadi, diversifikasi saham didelegasikan kepada reksadana, sementara diversifikasi waktu langsung Anda kendalikan sendiri.
Diversifikasi waktu melalui DCA memerlukan disiplin dan horison investasi jangka panjang. Hasilnya baru dapat dipetik bila Anda konsisten melakukannya dalam jangka panjang. Dalam banyak hal---termasuk investasi---tanpa perencanaan, disiplin, dan kesabaran sulit untuk mencapai hal yang Anda idam-idamkan.
Dengan penghasilan yang terbatas, maka Anda harus dapat secara reguler melakukan penyisihan uang dari keterbatasan itu. Metode DCA menjadi alternatif terbaik bagi keluarga. Dalam kaitannya dengan metode ini, waktu adalah teman terbaik kita sebagai sarana berdiversifikasi maupun merealisasikan kehebatan bunga majemuk.
Demikianlah uaraian singkat yang bisa kami sampaikan. Semoga ulasan ini menambah wawasan Anda dalam berinvestasi. Selamat berinvestasi.*
*M. Ichsan dapat dihubungi melalui email: ichsan02@yahoo.com
[Pembelajar.Com::]
APAKAH 1M CUKUP UNTUK MENJALANI MASA PENSIUN?
Sebut saja pasangan suami istri, Andi dan Tia, saat ini usai mereka diawal 50 tahunan. Mereka berharap uang yang selama ini ditabung untuk tujuan masa pensiun cukup untuk mereka gunakan. Saat ini Andi sebagai seorang arsitek, masih menjalani usahanya dengan baik. Sedangkan Tia, masih bekerja disebuah perusahaan swasta dalam bidang advertising.
Pasangan suami istri, Andi dan Tia, saat ini berusia 50-an, dan mereka tidak pernah berpikir menjadi seorang milliarder, tapi dari total tabungan atau investasi yang mereka lakukan selama ini mencapai angka 1 milyar. Selama kurang lebih 25 tahunan mereka menyisihkan sebagai dari pendapatan bulanannya untuk tujuan menjalani masa pensiun dengan aman dan sejahtera.
Namun demikian, 1 milliar saat ini tidaklah sama dengan 1 miliar 10 tahun yang lalu. Dengan 1 miliar 10 tahun yang lalu, kami sangat yakin dapat memenuhi semua kebutuhan yang Anda impikan dan menghapus mimpi buruk Anda mengenai kesulitan keuangan. Tapi apakah 1 miliar saat ini dapat mencukupi kebutuhan masa pensiun?
Andi dan Tia bermaksud bahwa uang Rp.1 Milyar yang mereka telah kumpulkan hanya untuk memenuhi kebutuhan mereka selama pensiun. Apakah menurut Anda jumlah tersebut dapat mencukupi? Mari kita pelajari satu-persatu.
Berapa kebutuhan tahunan selama pensiun?
Tentu saja, berapa lama satu miliar itu akan habis sangat dipengaruhi oleh pengeluaran atau kebutuhan yang diperlukan setiap tahunnya serta berapa lama Anda akan hidup. Dari sisi pengeluaran atau kebutuhan, banyak ahli keuangan yang mengatakan bahwa Anda membutuhkan minimal sekitar 70-80% dari pendapatan sebelum pensiun untuk dapat mempertahankan gaya hidup yang selama ini Anda jalani. Tentu saja Anda dapat mengeluarkan lebih sedikit dari ini, karena biasanya banyak pengeluaran-pengaluaran regular yang tidak lagi Anda lakukan, seperti, cicilan mobil, rumah dan lain-lain. Namun, terkadang biaya lain meningkat seperti biaya pengobatan dan rekreasi atau berlibur bersama pasangan Anda.
Dari sisi harapan hidup, saat ini dengan semakin majunya teknologi kesehatan dan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan makanan sehat, dapat dipastikan bahwa usia kita akan bertambah panjang. Dari sumber estimasi SUPAS, di dapat bahwa estimasi harapan hidup masyarakat Indonesia terus bertambah panjang. Tahun 1980, untuk laki-laki, usia harapan hidupnya sekitar 50,90. sedangkan wanita, lebih panjang, 54 tahun. tapi bila kita lihat ditahun 2000, usia harapan hidup untuk laki-laki menjadi 65,92 dan wanita menjadi 69,90. Kalau Anda perhatikan, selama kurang lebih 20 tahun, usia harapan hidup masyarakat Indonesia pada umumnya meningkat lebih 15 tahun. Jadi bagi Anda yang masih jauh masa pensiunnya, perhatikan 20 tahuna mendatang mungkin akan naik 15 tahun lagi.
Sebagai prakiraan perhitungan kebutuhan masa pensiun, kami bisa memberikan contoh perhitungannya seperti berikut ini. misalkan pendapatan Andi dan Tia tahun lalu adalah Rp.120,00,000. dengan asumsi usia pensiun 55 dan kenaikan pendapatan 5% pertahun, pendapatan sebelum masa pensiun sekitar Rp.170 juta. Prakiraan kebutuhan masa pensiun diambil 70% dari pendapatan, sehingga kebutuhan diawal masa pensiun per tahun adalah sekitar Rp.119,200,000.
Perhitungan kebutuhan per tahun masa pensiun
Total Pendapatan Per Tahun (PV) : 120000000 x 1.06 = 127,200,000
Tahun Sampai Masa Pensiun (n) : 55 - 50 = 5
Peningkatan Pendapatan : 6%
Nilai Masa Depan dari Pendapatan : 170,222,293
Pendapatan Tahun pertama 70% x Rp.170,222,293 = Rp. 119,200,000 (dibulatkan)
Nah, sekarang setalah kita mendapatkan kebutuhan tahunan yang dibutuhkan oleh Andi dan Tia, maka kita bisa mencoba menghitung, apakah satu Milyar yang telah dikumpulkan bisa memenuhi kebutuhannya selama masa pensiun? Satu hal penting yang perlu diperhatikan adalah inflasi. Inflasi menggerogoti nilai uang Anda. semakin panjang masanya akan semakin besar pula penurunan daya beli atau nilai uang Anda.
Mari berhitung
Kita asumsikan bahwa tingkat inflasi sebesar 6% pertahun, mari kita lihat bagaimana dengan kondisi keuangan Andi dan Tia selama masa pensiun. Enam tahun setelah memasuki masa pensiun mereka membutuhkan dana sekitar Rp. 169 juta per tahunnya. Lima tahun kemudian mereka membutuhkan sekitar Rp.226,3 juta. Kenaikan ini diakibatkan oleh adanya inflasi. Oleh karena itu, dalam perhitungan ini sangat diharuskan untuk mempertimbangkan inflasi.
Andi termasuk investor yang tidak terlalu suka dengan risiko. Ia lebih memilih investasi yang aman-aman saja. Walau begitu, ia sangat paham bahwa dengan pertimbangan investasi seperti ii kurang menjanjikan untuk masa pensiunnya.
Kalau Andi mengambil investasi dengan prakiraan tingkat pengembalian sekitar 2% diatas inflasi (konservatif), maka uang 1 Milyar yang telah dikumpulkan akan hanya bertahan sampai 10 tahun masa pensiunnya atau diusia sekitar 65-an. Namun, kalau Andi lebih sedikit agresif dan menempatkan pada investasi dengan prakiraan tingkat pengembalian sekitar 6% diatas inflasi, maka dana tersebut akan bertahan selama 14 tahun sampai usia mereka 69 tahun.
Produk Anuitas
Selain Andi dan Tia tentunya bagi sebagian masyarakat, kehabisan dana yang telah dikumpulkan selama ini bisa sangat mengkhawatirkan. Oleh karena adakah satu produk yang dapat menjamin dana yang dibutuhkan selama kita masih hidup? Atau menjalani masa pensiun?
Anuitas jawabnya. Produk ini pada dasarnya sama dengan prosuk asuransi, yaitu memberikan proteksi terhadap kehilangan penghasilan, tetapi berbeda dari fungsi utamanya. Asuransi jiwa memberikan proteksi atas kemungkinan seseorang kehilangan penghasilan karena meninggal terlalu cepat, sedangkan anuitas, memberikan proteksi atas kemungkinan sesorang membutuhkan penghasilan karena hidup terlalu lama. Produk ini bisa menjadi alternative pilihan yang kita butuhkan bila kita takut akan kehilangan pendapatan selama kita menjalani masa pensiun atau hidup kita lebih panjang daripada dana yang kita miliki.
Sebagai illustrasi saja, bila Andi membeli produk anuitas, misalkan untuk jenis anuitas joint life, dengan asumsi tarif premi 14,03, maka Andi akan menerima seumur hidupnya dan seumur hidup pasangannya setiap tahun sekitar Rp. 71 juta-an. Tentunya ini kurang dari yang mereka butuhkan (dari hitungan diawal pertahun mereka memperkirakan kebutuhan sebesar Rp.119,200,000). Namun, dalam hal ini Andai tidak lagi dipusingkan kehabisan dana selam hidupnya, kalau ternyata Andi berumur panjang, sampai usianya 80 tahun-an.
Rumah bisa menjadi sumber dana yang besar
Disaat Anda masih bekerja dan membesarkan anak-anak, tentunya Anda membutuhkan ruang atau rumah yang cukup besar. Dengan berjalnnya waktu, anak-anak Anda sudah tidak lagi tinggal di rumah, mereka sudah mandiri, dan tinggal Anda dan pasangan Anda dirumah yang besar itu. Tinggal Anda dan pasangan Anda di rumah yang besar, tentunya membutuhkan banyak biaya.
Andi dan Tia saat ini memiliki rumah yang cukup besar dan diderah perumahan yang relative baik. Apakah Andi membutuhkan ruang atau rumah segitu besar? Tentunya tidak. Untuk itu, rumah itu bisa Anda jual dan membli rumah yang mungil namun asri untuk menjalani masa pensiun Anda berdua dengan pasangan Anda. Dari sisa dana hasil penjualan rumah yang Anda miliki bisa menjadi sarana tambahan dana bagi Anda untuk menjalani masa pensiun yang diinginkan.
Wah rumah kami dijual, tidaklah. Banyak sekali kenangan baik yang indah maupun sedih selama kami tinggal disana. Rumah biasanya memiliki histories tersendiri sehingga sulit untuk melepaskannya. Bila itu yang Anda rasakan, mungkin Anda bisa melakukan apa yang disebut reverse mortgages. Namun, fasilitas ini kami rasa belum ada di Indonesia. Tapi paling tidak Anda dapat mempelajari dan mendapat manfaat bila hal ini tersedia di Indoensia.
Cara kerja reverse mortgages. Dalam hal ini biasanya bank yang memberikan jasa ini dimana Anda menyerahkan sertifikat tanah yang Anda miliki dan sebagai gantinya bank akan memberikan sejumlah dana secara regular selama masa yang ditentukan atau sampai Anda meninggal. Setelah masa itu berlalu, maka tanah dan bangunan dimana Anda tinggal menjadi hak bank tersebut. Dengan jasa ini, Anda dapat memanfaatkan rumah yang Anda miliki sebagai salah satu sumber pendapatan selama masa pensiun.
Nah kembali ke pertanyaan judul diatas, apakah 1 milyar cukup untuk dapat hidup sejahtera selama masa pensiun? Bila pendapatan serta pengeluaran Anda sekitar pendapatan Andi dan Tia maka 1 Milyar itu akan cukup bila:
1. Anda siap menempatkan dana yang Anda miliki di investasi yang terdevirsifikasi dengan alokasi dana dalam saham selama masa pensiun yang Anda jalani.
2. Anda bisa memanfaatkan semua aset yang Anda miliki (dalam hal ini rumah) sebagai alternatif sumber dana dimasa pensiun.
3. Anda memiliki pertanggungan yang berbeda terhadap diri Anda dan pasangan Anda dari musibah terutama dari segi kesehatan.
Apakah Andai akan pensiun? Kalau melihat dari cara kerja seorang arsitek sebenarnya Andi bisaja saja terus bekerja selama ia masih dibutuhkan. Tentunya bila ia memutuskan untuk berhenti bekerja, maka dana yang sudah terkumpul harusnya sudah mencukupi untuk keperluan masa pensiun mereka. Bagaimana dengan Anda?
* Muhamad Ichsan, ChFC, MsFin, adalah parkitisi dan akademisi di bidang perencanaan keuangan. Ia adalah Managing Partner pada PrimaPlanner dan Direktur Program IFPI, serta mengajar di Ubinus dan STAN. Ichsan dapat dihubungi melalui email:ichsan02@yahoo.com
Langganan:
Postingan (Atom)
instanx
Total Tayangan Halaman
Categories
- abdul muid badrun (2)
- Acha Septriasa (4)
- ade asep syafruddin (4)
- alexandra dewi (1)
- alpiyanto (1)
- andrew ho (91)
- Ardian syam (22)
- arief yuntanu (2)
- arif gunawan (40)
- arif yustanu (1)
- artikel (13118)
- bambang trim (1)
- beni bevly (1)
- berita (3795)
- BLOGERNAS (1)
- damardi darmawangsa (13)
- danang a akbarona (2)
- dany chandra (3)
- dewi lestari (1)
- Dian Sastro (1)
- didik darmanto (2)
- dodi mawardi (2)
- DOWNLOAD EBOOK GRATIS (234)
- edi zaqeus (1)
- edit (110)
- eko jalu santoso (1)
- eni kusuma (11)
- goenardjoadi goenawan (1)
- hari subagya (7)
- haryanto kandani (4)
- hendra (10)
- ida kuraeny (1)
- indra cahya (1)
- iqnatius muk kuang (8)
- jennie s bev (1)
- johanes koraang (1)
- joko susilo (47)
- joni liu (2)
- joshua w utomo (2)
- joycelina (1)
- kerjadarirumah (4)
- kristopher david (1)
- lamser aritonang (1)
- Luna maya (15)
- m ichsan (41)
- m ikbal (1)
- Mariana Renata (1)
- marsello ginting (1)
- marzuki usman (3)
- Mieke Amalia (1)
- mugi subagya (1)
- muk kuang (1)
- Mulan Jameela (1)
- original artikel (103)
- profil (3)
- pujiono (1)
- rab a broto (4)
- Revalina S. Temat (3)
- riyanto s (4)
- ronal frank (2)
- roni jamaludin (1)
- ruby herman (1)
- ruddy kusnadi (1)
- rudy lim (19)
- sansulung john sum (1)
- saumimam saud (1)
- stephen barnabas (1)
- suryanto wijaya (3)
- syahril syam (17)
- tan bonaventura andika sumarjo (1)
- tanadi santoso (1)
- tante girang (454)
- thomas sugiarto (8)
- tung desem waringin (4)
- undang a halim (1)
- walpaper (50)