

Narapidana Lembaga Pemasyarakat (Lapas) Klas IIB Singkawang, Robi Asmana alias Obhy, pelaku pencabulan dan pembunuhan, kabur ke luar Kalbar. Dari tempat persembunyiannya, penjahat kelamin ini sempat mengirim pesan singkat (SMS) ke petugas lapas.
Robi yang telah divonis 12 tahun penjara dan telah menjalani hukuman 2 tahun 4 bulan, kabur dari lapas pada Minggu (20/11) pagi dengan memanjat pos Sektor 4 Lapas Singkawang yang tingginya sekitar 4 meter.
Kepala Lapas Klas IIB Singkawang Setia Budi Irianto yang baru mau memberikan keterangan setelah mendapat izin dari Kanwil Dephuk dan HAM Kalbar menceritakan, pada Minggu pagi sekitar pukul 07.00, seluruh narapidana dan tahanan dikumpulkan untuk apel karena aplusan petugas.
“Dari 261, yang ada hanya 260 napi,” kata Budi ditemui di tempat kerjanya, Rabu (23/11).
Petugas pun mencari seorang napi, Robi, yang tidak kelihatan batang hidungnya pagi itu. Karena biasanya penghuni Blok C lapas ini tidur di ruang KPLP, petugas langsung ke ruangan dimaksud.
Di depan ruang KPLP didapati sandal Robi, sementara pintu terkunci dari dalam. Petugas mengira desainer bangunan itu tertidur di ruangan tempatnya membantu-bantu petugas. “Karena Robi ini dipercaya untuk bantu-bantu,” jelas Budi.
Petugas lapas pun langsung mengetuk pintu KPLP, tetapi tidak ada jawaban dari dalam. Setelah diintip dari belakang ruangan, tampak televisi yang menyala tetapi tidak ada yang menonton. Petugas pun langsung mendobrak pintu, tetapi masih juga tidak menemukan Robi.
Seluruh petugas pun langsung menyisir bagian dalam dan luar lapas untuk mencari Robi atau jejak pelariannya. Tetapi tidak sedikit pun ditemukan tanda atau bekas-bekas pelarian.
“Saya yang sudah mendapat izin cuti akhirnya tidak jadi cuti dan langsung menghubungi Walid (Kasi Binadik Lapas) yang kebetulan di Pontianak untuk mengecek keberadaan Robi di bandara dan pelabuhan. Karena saya mendapat laporan kalau dia juga membawa kabur uang sekitar Rp7 juta,” terang Budi.
Dari pengecekan di Bandara Supadio Pontianak, terdata seorang penumpang Garuda Airlines untuk penerbangan pertama ke Jakarta pukul 06.30 atas nama Robi Asmana, sesuai dengan duplikat tiket penumpang yang disimpan pihak bandara.
Karena dapat dipastikan Robi sudah terbang ke Jakarta, Lapas Singkawang pun berkoordinasi dengan pihak terkait, seperti pihak bandara, kepolisian, dan lainnya serta menyebar foto-foto pelaku pencabulan disertai pembunuhan terhadap korbannya itu.
Pada pukul 08.23, hari itu juga, Robi mengirim pesan singkat kepada Kepala KPLP Lapas Singkawang Faridh. Ternyata selain membawa kabur uang tunai, Robi juga membawa hand phone. “Tetapi ditelepon balik, tidak mau diangkat, dia hanya mau SMS-an,” kata Budi.
Isi pesan singkatnya yang pertama berisikan permintaan maaf serta alasan-alasannya kabur dari lapas. Bunyi pesan singkatnya: Maaf… terpaksa… kalau saya sudah dapat saksi baru dan barang bukti baru, saya datang sendiri ke LP (lapas, red) Pak, saya mau PK (peninjauan kembali, red)… tidak sanggup jalanin hukuman yang mana kita tidak ada berbuat… Sekali lagi maaf. Sampaikan maaf buat semuanya dan buat keluarga saya... Terima kasih.
Melalui pesan singkat itulah, petugas lapas menanyakan ke Robi bagaimana dia kabur. Pertanyaan petugas melalui pesan singkat itu, juga dijawab Robi dengan pesan singkat, isinya dia kabur memanfaatkan tali nilon (tali net voli) yang ujungnya diberi besi berbungkus kain untuk memanjat tembok Sektor 4 dengan tinggi sekitar 4 meter.
Hingga berita ini ditulis, pihak Lapas Klas IIB Singkawang masih melakukan pencarian terhadap Robi melalui koordinasi dengan pihak terkait. Tetapi, untuk sementara posisi terakhir Robi yang terdeteksi masih dirahasiakan, demi kepentingan pengejaran. (dik)
Kecurigaan banyak orang bahwa Nunun Nurbaetie sehat di pelarian terbukti. Dalam beberapa foto yang diperoleh Tempo dari sumber di satu lembaga negara terlihat, tersangka perkara suap pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia itu sedang jalan-jalan di pusat keramaian.
Nunun ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, Mei lalu. Ia dituduh menebar 480 lembar cek pelawat senilai Rp 24 miliar ke sejumlah politikus anggota Dewan Perwakilan Rakyat 1999-2004. Istri mantan Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia Komisaris Jenderal Purnawirawan Adang Daradjatun ini diduga melakukannya demi memenangkan Miranda Goeltom pada pemilihan di Dewan.
Puluhan orang anggota Dewan telah menjalani hukuman penjara terjerat perkara ini. Sedangkan Nunun baru ditetapkan menjadi tersangka, Mei 2011. Tapi, jauh sebelum menjadi tersangka --sehari sebelum dicegah keluar negeri pada 24 Maret 2010, Nunun telah meninggalkan Tanah Air.
Pada satu foto yang diperoleh Tempo, pekan lalu, ia tampak sedang berjalan-jalan di mal besar. Ia didampingi seorang perempuan berusia sebaya, mengenakan busana berwarna putih. Di latar belakang mereka tampak gerai butik, sepertinya Celine. Sumber Tempo mengatakan, "Foto ini diambil di Singapura, beberapa bulan lalu."
Celine memiliki beberapa gerai di Singapura: Takashimaya, Nge Ann City, dan Isetan Scotts di Orchard Road, serta DFS Galleria di Scotts Road. Artinya, Nunun dalam foto ada kemungkinan sedang jalan-jalan di satu di antara mal-mal itu.
Sumber Tempo tidak bersedia menyebutkan detail pengambilan foto, termasuk lokasinya. Dari gambarnya, foto tampak diambil dari sudut pandang bawah. Bisa jadi, sang pemotret membidikkan kamera saku atau kamera telepon seluler dengan sembunyi-sembunyi.
Selama ini, keluarga dan pengacaranya menyebutkan, Nunun terserang stroke dan kesulitan mengingat masa lalu. Karenanya, ia selalu mangkir dari panggilan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi maupun Komisi Pemberantasan Korupsi. Sejumlah orang yang mengenalnya secara dekat memastikan: perempuan 61 tahun itu sehat bugar. Meski paspornya dicabut, ia bisa tinggal di Singapura, kemudian Kamboja, dan Thailand.