Bangkai Satelit NASA Jatuh Dekat IndonesiaVivanews - Teka-teki di mana jatuhnya puing satelit Upper Atmosphere Research Satellite (UARS) milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), terjawab.
Ini menjawab kekhawatiran banyak orang, yang takut pecahan seberat ribuan kilogram menimpa mereka. Sebelumnya, telah diprediksi, bahwa sisa UARS akan jatuh. Waktunya, sekitar akhir September sampai awal Oktober. Namun tak ada satupun yang bisa memprediksi jam berapa dan di mana titiknya.
Dalam laporan yang diungkap Selasa 27 September 2011, NASA mengungkapkan, UARS hancur berkeping-keping saat masuk ke Bumi, sebagian besar terbakar di atmosfer.
Di mana lokasinya?
Sampah antariksa tersebut diyakini jatuh di daerah terpencil di Samudera Pasifik. Kepala ilmuwan NASA yang membidangi puing orbital, Nick Johnson mengatakan, titik masuk bangkai satelit berada di sekitar Pulau Christmas, di sebelah selatan Indonesia.
"Sepertinya tak ada tak ada siapapun yang menyaksikannya," kata Johnson. Dia menambahkan, NASA belum mendapat laporan mengenai penampakan kapal terbang, kapal, atau penduduk di wilayah jatuhnya pesawat.
Sementara, Bill Ailor, direktur Center for Orbital and Reentry Debris Studies pada Aerospace Corp mengaku bersyukur dengan kabar kepastian pendaratan itu. "Itu yang seharusnya. Sempurna."
Dalam pengumuman di situsnya --yang diberi label 'laporan final jatuhnya satelit' -- NASA menyebut, puing satelit menerobos atmosfer pada pukul 04.00 GMT Sabtu 24 September 2011, atau tengah malam waktu Pantai Timur AS. Lokasinya di, "daerah yang luas dan terpencil di belahan bumi selatan, dan jauh dari massa daratan yang besar". Dengan kata lain, sisa satelit itu diperkirakan nyemplung ke laut.
Koordinat tepat lokasi jatuhnya pesawat, seperti dicatat NASA, berada di 14,1 derajat lintang selatan dan 189,8 derajat bujur timur (170,2 bujur barat).
Menurut pernyataan itu, puing pesawat jatuh di sekitar 300 sampai 800 mil timur laut dari titik masuk ke Bumi.
UARS diluncurkan pada tahun 1991 dalam sebuah misi ulang alik. Tugas satelit ini paripurna pada 2005 lalu. Selama proses kembali ke Bumi, ia pecah menjadi 26 bagian -- dengan berat total 1.200 pound atau 544,3 kilogram.
Sebelumnya, untuk mewaspadai potensi jatuhnya puing di wilayah Indonesia, pemantauan terus-menerus dilakukan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar