Jumat, 26 Agustus 2011

AWAS !! KETUMBAR BERACUN BANYAK BEREDAR



Ada-ada saja kreativitas pedagang yang satu ini. Melakukan hal yang membahayakan konsumen tak lagi jadi soal, ketika hasil menggiurkan sudah di depan mata.


Inilah yang terjadi di sebuah pergudangan pengolahan ketumbar, di Jalan Kalianak Madya IV/30 Surabaya, yang kemarin digerebek Unit Tipiter Satuan Reskrim Polrestabes Surabaya. Di gudang ini, polisi menemukan proses pencucian ketumbar yang dicampur bahan-bahan kimia berbahaya.


“Kami mendapati ketumbar ini dicuci menggunakan campuran kaporit, soda api, dan hidrogen peroksida. Ketiga zat ini sebenarnya bukan untuk makanan,” kata AKBP Indarto, Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, didampingi Kanit Tipiter AKP Andi Sinjaya, Kamis (25/8).


Polisi mengamankan Thio Heri, Direktur PT Sian Liep Bumi Persada sekaligus pemilik gudang itu. Untuk memastikan kandungan racunnya, polisi bekerjasama dengan Dinas Pertanian Surabaya mengusut kasus ini.
Menurut Indarto, zat kimia yang digunakan untuk membersihkan bumbu dapur tersebut lazim digunakan untuk nonkonsumsi. Kaporit yang memiliki kode kimia CaCl (OCl) ini biasanya digunakan untuk menjernihkan air.


Sedangkan hidrogen peroksida (H2O2) biasanya dipakai sebagai zat pengelantang pada industri pulp, kertas, dan tekstil.


Senyawa ini juga biasa dipakai pada proses pengolahan limbah cair, industri kimia, pembuatan detergen, medis, serta industri elektronika (pembuatan PCB). Zat lain yang lebih fatal adalah soda api atau natrium hidroksida (NaOH).


Soda api biasa digunakan untuk membersihkan lantai dan kloset. Jika terkena kulit, cairan itu langsung beraksi dan menimbulkan gatal serta luka bakar di permukaan kulit. Soda api termasuk dalam zat kimia berbahaya.


Dijelaskan Indarto, ketiga zat kimia itulah yang dipakai pelaku untuk membuat ketumbar yang awalnya berwarna kecokelatan menjadi lebih bersih. “Kalau di pasaran, dengan kondisi bersih seperti ini jelas bisa mendongkrak harga,” paparnya.


Hanya saja, sebut Indarto, sang pemilik, Thio Heri membantah bahwa dirinya yang menjadi aktor praktik pencucian ketumbar itu. Thio hanya mengakui kalau ketumbar itu dia datangkan dari Bulgaria dan India. Selebihnya mengenai pengolahan, dilakukan oleh temannya yang bernama Luki.


“Kalau omongan itu benar, maka bisnis antara Luki dan Thio tentu sangat besar nilainya. Tapi, jangankan surat perjanjian bisnis, nomor telepon Luki saja, Thio mengaku nggak punya. Inilah yang membuat kami curiga,” imbuh Andi Sinjaya.


Dari keterangan sejumlah saksi diketahui bila kapasitas produksi pabrik ini mencapai 500 kg sampai 1 ton ketumbar setiap harinya. Ketumbar yang sudah bersih, diedarkan ke berbagai kota di Indonesia, termasuk Surabaya. Selain ketumbar, perusahaan ini juga mendatangkan berbagai hasil bumi atau palawija.


Sementara itu, dari hasil pemeriksaan awal diketahui, bisnis pencucian ketumbar dengan zat kimia berbahaya ini sudah berlangsung sejak 2010. Lokasi gudang yang jauh dari pantauan, membuat pelaku leluasa melakukan praktik curang dan berbahaya bagi kesehatan itu.


Tidak mudah bagi tim yang dipimpin Iptu Solikin Ferry itu menjangkau gudang penyimpanan sekaligus pengolahan ketumbar tersebut. Selain ditutup dengan pagar setinggi hampir 3 meter, pencucian dilakukan di lantai dua bangunan yang berbeda dengan gudang utama.


Dalam penggerebekan kemarin, polisi menemukan 33 karung ketumbar yang belum dicuci, 1 karung ketumbar yang sudah dicuci dengan zat kimia, 1 botol cairan soda api, 38 jeriken hydrogen peroxide, 1 botol kaporit, buku keluar barang, mesin molen, dan lembar bertuliskan aturan pencampuran untuk mencuci ketumbar.


Kepala UPTD Pembibitan Dinas Pertanian Surabaya, Ir Liliani yang melihat langsung proses pencucian ketumbar ini berpendapat, praktik ini sangat berbahaya. “Sebenarnya ketumbar ini bisa dikonsumsi dalam keadaan natural tanpa dibersihkan dengan bahan-bahan tertentu. Bayangkan, soda api itu kalau kena kulit langsung beraksi panas. Apalagi kalau masuk perut,” tukasnya.


Liliani mengimbau agar masyarakat tidak tergiur ketumbar yang tampak putih bersih. Sebab, tampilan ketumbar demikian inilah yang malah berbahaya. “Ketumbar putih seperti ini jelas berbahaya karena mengandung zat kimia,” katanya.


Timbulkan Kanker
Ahli kimia Universitas Katolik Widya Mandala (UKWM) Surabaya, Dr Suryadi Ismaji Phd mengatakan, pemakaian bahan-bahan kimia tersebut dalam konsentrasi besar bisa menimbulkan kanker. “Misalnya, jika kaporit digunakan melebihi standar yang ditetapkan, lambat laun akan berakibat fatal. Kaporit bisa mempertinggi risiko penyakit kanker hingga mengerasnya pembuluh darah,” jelasnya saat dihubungi terpisah.
Dosen Teknik Kimia ini menegaskan, kaporit tidak boleh dipakai untuk membersihkan makanan, termasuk rempah sejenis ketumbar. Sebab, zat kimia ini berfungsi sebagai pemutih. “Jika digunakan pada bahan makanan, dikhawatirkan bisa masuk pencernaan. Karena sifatnya yang asam, bisa merusak lambung. Kalau terus dibiarkan akan berakibat kanker,” tambah Suryadi.


Begitu juga dengan penggunaan zat H2O2 dan soda api. “Jika dicuci dengan soda api, kandungan NaOH yang tertinggal bisa masuk ke mulut manusia,” kata Suryadi.
[surya.co.id]





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman