Rabu, 08 Oktober 2008
Belajar dari Ang Lee -
“Keberuntungan mungkin akhirnya datang bagi yang menunggu. Tetapi hal itu adalah sisa yang ditinggalkan oleh mereka yang telah mengejarnya terlebih dahulu.”
Abraham Lincoln
Sosok Ang Lee, pria kelahiran Taiwan, 3 Oktober 1954, lebih tepat menggambarkan orang yang tidak ingin mendapatkan sisa keberuntungan dari orang lain. Upayanya harus menghadapi tantangan sulit sebelum berhasil menjadi seorang Asia pertama yang dianugerahi sebagai sutradara terbaik dalam ajang Oscar Academy Award pada tanggal 5 Maret 2006. Kita dapat belajar dari perjuangan Ang Lee, bagaimana ia mengejar keberuntungannya itu.
Sekilas tentang Ang Lee di negeri asalnya, Taiwan, semasa masih sekolah setingkat SMU ia pernah gagal ujian dua kali. Kegagalan tersebut benar-benar mempengaruhi semangat Ang Lee pada masa-masa berikutnya. Selepas menyelesaikan pendidikan tersebut Ang Lee menempuh pendidikan seni di National Taiwan College of Art. Pada tahun 1975, ia berhasil menyelesaikan pendidikan di sana.
Menyadari bakatnya di bidang seni, Ang Lee berimigrasi ke Amerika Serikat lalu melanjutkan pendidikan ke University of Illinois, USA, jurusan seni drama. Langkah Ang Lee menempuh pendidikan seni pembuatan film di New York University menunjukkan sikap Ang Lee yang konsisten. Ilmu seni drama dari University of Illinois, USA, berkaitan erat dengan ilmu pengetahuan yang ia dalami di New York University.
Pada tahun 1984, bakat Ang Lee yang sangat potensial di bidang seni mulai bersinar ketika ia menampilkan sebuah karya tulis berupa drama berdurasi 43 menit. Drama berjudul Fine Line itu benar-benar menyedot perhatian pemirsa dan kekaguman para juri. Tak diragukan lagi, karya Ang Lee tersebut mendapat predikat film dan sutradara terbaik dari New York University.
Sejak saat itu bakat dan kemampuan Ang Lee di bidang seni perfilman di Amerika sudah mengagumkan. Tetapi ia ingin mengangkat kisah kehidupan masyarakat Tionghoa ke layar lebar. Untuk itu ia memboyong keluarganya kembali ke Taiwan pada tahun 1986.
Setiba di Taiwan, tak satupun yang bisa ia lakukan, kecuali menganggur selama enam tahun. Sementara istrinya, Jane Lin, bekerja untuk memenuhi seluruh kebutuhan rumah tangga sebagai seorang tenaga ahli biologi. Diceritakan bagaimana Jane Lin berusaha bersabar meskipun kehidupan ekonomi mereka sangat menderita. “Bukan salahnya (Ang Lee). Orangnya baik, hanya tidak dapat pekerjaan saja, ” ujar Lin bijaksana.
Meskipun belum mendapatkan kesempatan kerja, Ang Lee tidak tinggal diam. Ia terus mengasah kreatifitas dengan menulis naskah-naskah film, karena ia yakin akan kemampuannya di bidang tersebut. Tak mengherankan jika Ang Lee sudah siap dengan karyanya ketika pemerintahan Taiwan saat itu mengumumkan sebuah ajang kompetisi di bidang perfilman. Pada kompetisi yang diadakan pada tahun 1991 itu, Ang Lee mengirimkan karyanya berjudul Pushing Hands.
Dalam ajang tersebut karya Ang Lee tak tertandingi oleh yang lain, alias mendapatkan penghargaan sebagai karya terbaik. Sementara dalam The Golden Horse Film Festival di Taiwan, Pushing Hands, mendapatkan penghargaan dalam kategori aktris dan aktor terbaik. Sementara dalam Festival Film Asia – Pasifik di Hong Kong, Pushing Hands mendapatkan predikat Jury’s Special Award.
Sejak saat itu karir Ang Lee di dunia perfilman internasional mulai bersinar. Film-film yang ia sutradarai menjadi terkenal dan diterima baik oleh masyarakat internasional, terutama para penonton di Asia. Beberapa film tersebut adalah The Wedding Banques (1992), Eat Drink Man Wowen (1994), Sense & Sensibility (1995), dan The Ice Storm (1997), dan Ride with the Devil (1999).
Pada tahun 2000, film-film arahannya semakin mendapatkan perhatian penonton di seluruh dunia. Terbukti karya Ang Lee berjudul Crouching Tiger, Hidden Dragon yang dibintangi aktris Asia ternama yaitu Chow Yun Fat (Hong kong), Michelle Yeoh (Malaysia) dan Zhang Ziyi (China) itu mendapatkan predikat 16 British Academy Award Nominee dan 14 Oscar Academy Award Nominess. Crouching Tiger, Hidden Dragon mendapatkan 4 penghargaan, termasuk sebagai film berbahasa asing terbaik (The Best Foreign Language Film) dalam Piala Oscar, dan sebagai film dengan sutradara terbaik (Best Director) dalam Golden Globes.
Meski nama Ang Lee di dunia perfilman sebagai sutradara kian melambung, tetapi tak menjamin karirnya terus menanjak. Hasil dari upaya Lee mengangkat cerita komik The Hulk (2003) ke layar lebar tak seperti yang ia harapkan. Lee hampir putus asa, tetapi berkat motivasi ayahnya ia kembali berkomitmen membangun keberhasilan di bidang perfilman.
Kemudian Lee berusaha meningkatkan kemampuannya. Lalu ia mengangkat kisah asmara sepasang homo tulisan E. Annie Proulx ke layar lebar dengan judul Brokeback Mountain. Karya Lee itu mendapatkan respon yang sangat fantastis di dunia perfilman Amerika dan Eropa. Brokeback Mountain memborong 4 penghargaan sekaligus dalam ajang Oscar Academy Awards, dua diantaranya adalah Best Director dan Best Screenplay. Sementara dalam ajang British Academy Awards (BAFTAs), karya Lee tersebut menyabet penghargaan sebagai film dengan sutradara terbaik.
Brokeback Mountain dianggap sebagai karya spektakuler yang mampu menembus batas-batas antarbudaya. Dikatakan dalam sebuah majalah ternama, Time, bahwa Lee merupakan salah satu diantara 100 orang penentu dunia. “Saya tahu ia menciptakan sebuah pengaruh besar dalam hidup para pembuat film dan aktor yang lebih muda, ” ungkap seorang aktris China, Zhang Ziyi (pemeran film Memoirs of A Geisha), dalam majalah tersebut.
Prestasi Ang Lee yang spektakuler dan berpengaruh itu penuh dengan pelajaran berharga bagi kita. Sikap yang penuh semangat, konsisten, berkomitmen kuat merupakan modal dasar keberhasilan Ang Lee. Selain itu, ia tidak mudah puas atas keberhasilannya. Kemauan Ang Lee yang terus meningkatkan kemampuan dan prestasi adalah sesuatu yang sangat mengagumkan dan hanya dimiliki orang-orang sukses. Itulah hal-hal terpenting yang harus kita perhatikan untuk menjadi sutradara terbaik seperti Ang Lee, setidaknya menjadi sutradara yang sukses bagi kehidupan kita sendiri.
* Andrew Ho adalah seorang motivator, pengusaha, dan penulis buku best seller. Ia baru saja meluncurkan buku terbarunya yang berjudul Life is Wonderful (Kiss Publishing, 2006).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
instanx
Total Tayangan Halaman
Categories
- abdul muid badrun (2)
- Acha Septriasa (4)
- ade asep syafruddin (4)
- alexandra dewi (1)
- alpiyanto (1)
- andrew ho (91)
- Ardian syam (22)
- arief yuntanu (2)
- arif gunawan (40)
- arif yustanu (1)
- artikel (13118)
- bambang trim (1)
- beni bevly (1)
- berita (3795)
- BLOGERNAS (1)
- damardi darmawangsa (13)
- danang a akbarona (2)
- dany chandra (3)
- dewi lestari (1)
- Dian Sastro (1)
- didik darmanto (2)
- dodi mawardi (2)
- DOWNLOAD EBOOK GRATIS (234)
- edi zaqeus (1)
- edit (110)
- eko jalu santoso (1)
- eni kusuma (11)
- goenardjoadi goenawan (1)
- hari subagya (7)
- haryanto kandani (4)
- hendra (10)
- ida kuraeny (1)
- indra cahya (1)
- iqnatius muk kuang (8)
- jennie s bev (1)
- johanes koraang (1)
- joko susilo (47)
- joni liu (2)
- joshua w utomo (2)
- joycelina (1)
- kerjadarirumah (4)
- kristopher david (1)
- lamser aritonang (1)
- Luna maya (15)
- m ichsan (41)
- m ikbal (1)
- Mariana Renata (1)
- marsello ginting (1)
- marzuki usman (3)
- Mieke Amalia (1)
- mugi subagya (1)
- muk kuang (1)
- Mulan Jameela (1)
- original artikel (103)
- profil (3)
- pujiono (1)
- rab a broto (4)
- Revalina S. Temat (3)
- riyanto s (4)
- ronal frank (2)
- roni jamaludin (1)
- ruby herman (1)
- ruddy kusnadi (1)
- rudy lim (19)
- sansulung john sum (1)
- saumimam saud (1)
- stephen barnabas (1)
- suryanto wijaya (3)
- syahril syam (17)
- tan bonaventura andika sumarjo (1)
- tanadi santoso (1)
- tante girang (454)
- thomas sugiarto (8)
- tung desem waringin (4)
- undang a halim (1)
- walpaper (50)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar