Rabu, 08 Oktober 2008
Berlibur Sambil Belajar
“The real voyage of discovery consists not in seeking new lands, but in seeing with new eyes. – Perjalanan pencarian sesungguhnya tidak hanya mencari pulau baru, melainkan melihat dengan cara pandang yang berbeda.”
Marcel Proust
Sepuluh tahun belakangan ini saya mengunjungi puluhan negri di lima benua di dunia. Berlibur ke luar negri bersama keluarga dan teman-teman dekat begitu menyenangkan. Kami sangat menikmati keindahan alam, budaya, adat dan makanan khas daerah yang kami kunjungi. Pengalaman itu membuat saya sangat terkesan, sekaligus ingin membagikan inspirasi dan semangat baru yang saya peroleh saat mengunjungi negri orang.
Ketika berkunjung ke Tembok Raksasa (The Great Wall) di Cina dan Piramida di Mesir saya membayangkan begitu hebat kedua bangsa itu. Karena di masa dahulu dimana segalanya masih sederhana saja mereka sudah mampu membangun karya besar dan menjadi icon keajaiban dunia. Kedua karya besar itu adalah bukti bahwa setiap insan di dunia ini sangat berpotensi, tak terkecuali Anda sendiri. Dalam era tehnologi secanggih saat ini, pasti sangat mungkin bagi kita untuk menciptakan mahakarya yang lebih luar biasa
Sewaktu berada di kota Tokyo, saya terkagum-kagum pada bangsa Jepang yang begitu disiplin dan tertib. Penduduk negara itu cukup padat begitupun lalu lintasnya. Tetapi pelayanan MRT atau Skyline sangat baik dan tertib, kemacetanpun jarang terjadi.
Sangat jauh berbeda dengan keadaan kota Jakarta dan kota-kota besar lainnya di negri ini. Kemacetan tidak pernah sepi dari pemandangan setiap hari. Bayangkan berapa banyak waktu yang harus terbuang sia-sia ketika setiap hari terjebak kemacetan. Belum lagi pemborosan bahan bakar dan udara tercemar yang harus kita hirup.
Siapakah yang harus bertanggung jawab dan dipersalahkan atas keadaan tersebut ? “The only real mistake is the one from which we learn nothing. – Kesalahan satu-satunya adalah kita tidak mau belajar,” kata John Powell. Mengapa kita tidak belajar hidup tertib seperti bangsa Jepang?
Perjalanan mengunjungi peninggalan sejarah di Eropa Timur dan Eropa Barat membuat saya terkesan pada keseriusan warga dan pemerintah setempat dalam memelihara lingkungan dan peninggalan budaya bangsa. Saat melihat sungai-sungai di Swiss yang airnya jernih, tiba-tiba saya teringat sungai-sungai yang keruh dan banyak sampah.
Tiba-tiba pula saya teringat apa yang pernah diucapkan oleh Marion Wright Edelman. “You really can change the world if you care enough. – Anda pasti akan dapat merubah dunia ini jika Anda cukup peduli,” ujarnya. Seandainya ada sedikit saja kepedulian untuk menjaga lingkungan dan mengasihi sesama dari jutaan penduduk di negri ini digabungkan dan direalisasikan, mungkin kita tidak perlu jauh-jauh datang ke Eropa untuk melihat pemandangan yang menyejukkan mata dan merasakan suasana yang menyenangkan.
New Zealand adalah negri yang kaya obyek wisata. Padahal sewaktu saya berkunjung kesana, saya melihat kekayaan alam negri tersebut tidaklah seberapa. Tetapi masyarakat di negri itu sangat kreatif mengolah potensi wisata. Sehingga daya tarik negri itu tidak saja dikarenakan buah kiwi yang molek dan lezat, melainkan wisata dengan berbagai aktifitas yang menyenangkan, misalnya bungy jump dan the ludge.
Belajar dari New Zealand, sebenarnya sangat banyak peluang yang potensial bila kita bersedia mengasah dan mengolah kreatifitas. Dr. Wayne W. Dyer mengatakan, “Creativity means believing you have greatness. – Kreatifitas pertanda percaya bahwa Anda memiliki potensi.” New Zealand merupakan salah satu bukti, bahwa hanya dengan sedikit kreatifitas, negri tersebut menjadi salah satu negri tujuan wisata yang potensial dan ternama di dunia.
Dari New York saya mendapatkan sebuah gambaran masyarakat yang sangat maju dan modern karena menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi. Disana bermacam budaya, bangsa, agama, ras, dan bahasa hidup berdampingan, saling menghargai dan harmonis, karena mereka menganggap demokrasi itu sangat penting. “Democracy does not guarantee equality of conditions. It only guarantees equality of opportunity. – Demokrasi memang tidak menjamin suatu kesamaan kondisi. Tetapi demokrasi hanya akan menjamin sebuah kesamaan kesempatan,” tegas Irving Kristol. Untuk mencapai kemajuan yang berarti dan menekan perselisihan mungkin kita perlu lebih menanamkan budaya demokrasi dan harus banyak belajar dari masyarakat di sana.
Suatu ketika, saya mengunjungi Afrika Selatan. Disana saya senang berdiri di Cape Point (Tanjung Pengharapan) dan melihat pertemuan antara Samudra Atlantik dan Samudra India. Saya teringat pada para pelaut Belanda dan Portugis di jaman dahulu. Di satu sisi, prestasi mereka luar biasa karena tidak saja mampu melewati Tanjung Pengharapan itu, tetapi mereka juga menemukan dan pernah menahlukkan Indonesia dan Tanah Melayu (Malaysia).
Ilmu pengetahuan tentang keberanian bangsa Belanda dan Portugis serta pengalaman melihat samudra yang begitu luas itu sangat menyentuh hati. Seandainya keberanian kita sebesar milik para pelaut itu, pasti kita tidak akan pernah merasa kesulitan untuk menahlukkan lautan tantangan seluas apapun dan menggapai prestasi yang luar biasa.
Kemudian saat kami bermain dengan Pegium Afrika dan naik burung ostrik, saya mendapatkan pengalaman lucu. Burung ostrik memiliki kebiasaan unik. Burung tersebut akan cepat-cepat menyimpan kepala di bawah tanah, apabila diserang musuh. Ia mungkin berpikir kalau ia sendiri tidak melihat, maka musuhpun tidak akan melihatnya. Tentu kita tidak ingin berperilaku seperti burung ostrik bukan?
Luar biasa ! Sangat banyak hal yang dapat kita teladani dari negri orang. Kemajuan negri lain mungkin perlu kita jadikan referensi untuk lebih bersemangat berusaha menjadi lebih baik. Gandi mengatakan, jika kita ingin melihat dunia ini seperti apa yang kita inginkan, maka sebelumnya kita harus merubah diri kita seperti apa yang ingin kita saksikan di dunia ini. “You must be the change you wish to see in the world,” katanya.
* Andrew Ho adalah motivator dan penulis buku best seller
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
instanx
Total Tayangan Halaman
Categories
- abdul muid badrun (2)
- Acha Septriasa (4)
- ade asep syafruddin (4)
- alexandra dewi (1)
- alpiyanto (1)
- andrew ho (91)
- Ardian syam (22)
- arief yuntanu (2)
- arif gunawan (40)
- arif yustanu (1)
- artikel (13118)
- bambang trim (1)
- beni bevly (1)
- berita (3795)
- BLOGERNAS (1)
- damardi darmawangsa (13)
- danang a akbarona (2)
- dany chandra (3)
- dewi lestari (1)
- Dian Sastro (1)
- didik darmanto (2)
- dodi mawardi (2)
- DOWNLOAD EBOOK GRATIS (234)
- edi zaqeus (1)
- edit (110)
- eko jalu santoso (1)
- eni kusuma (11)
- goenardjoadi goenawan (1)
- hari subagya (7)
- haryanto kandani (4)
- hendra (10)
- ida kuraeny (1)
- indra cahya (1)
- iqnatius muk kuang (8)
- jennie s bev (1)
- johanes koraang (1)
- joko susilo (47)
- joni liu (2)
- joshua w utomo (2)
- joycelina (1)
- kerjadarirumah (4)
- kristopher david (1)
- lamser aritonang (1)
- Luna maya (15)
- m ichsan (41)
- m ikbal (1)
- Mariana Renata (1)
- marsello ginting (1)
- marzuki usman (3)
- Mieke Amalia (1)
- mugi subagya (1)
- muk kuang (1)
- Mulan Jameela (1)
- original artikel (103)
- profil (3)
- pujiono (1)
- rab a broto (4)
- Revalina S. Temat (3)
- riyanto s (4)
- ronal frank (2)
- roni jamaludin (1)
- ruby herman (1)
- ruddy kusnadi (1)
- rudy lim (19)
- sansulung john sum (1)
- saumimam saud (1)
- stephen barnabas (1)
- suryanto wijaya (3)
- syahril syam (17)
- tan bonaventura andika sumarjo (1)
- tanadi santoso (1)
- tante girang (454)
- thomas sugiarto (8)
- tung desem waringin (4)
- undang a halim (1)
- walpaper (50)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar