Oleh: Didik Darmanto
Buku ini saya tulis dengan inspirasi awal banyaknya orang yang mengeluh tidak bisa berbisnis gara-gara ketiadaan modal. “Pingin sih punya usaha sendiri apalagi kerja kantoran juga sudah bosan. Tapi gimana ya, modalnya kagak ada!” begitulah ungkapan yang sering saya dengar.
Yah, lagi-lagi masalah uang. Tentunya Anda tidak mau dong menyerah begitu saja. Pengalaman saya sebagai seorang wartawan yang sering berinteraksi dengan pengusaha-pengusaha sukses menunjukkan, bahwa banyak di antara mereka yang mengawali bisnisnya dengan modal uang pinjaman alias ngutang. Lantas kenapa Anda tidak mengikuti jejak mereka?
Sebenarnya masalah keterbatasan modal bukanlah alasan untuk tidak segera berbisnis. Kalau memang tidak punya uang, ya solusinya pinjam uang saja. Toh banyak lembaga keuangan yang bersedia mengucurkan dana segarnya untuk Anda.
Gimana ya berbisnis kok dengan uang utangan, bisnis dengan uang sendiri saja rasanya berat? Jangan-jangan nanti tidak bisa bayar utang!? Masa sih harus berutang seperti orang melarat saja!?
Perasaan takut dan malu berutang inilah yang menjadi penghalang utama kesuksesan Anda. Selama ini utang selalu diidentikkan dengan kebangkrutan finansial. Sebenarnya anggapan semacam itu tidak selamanya benar. Acapkali orang yang berutang adalah orang yang sedang jaya-jayanya dalam berbisnis. Konsekuensinya, ia memerlukan suntikan modal untuk melakukan ekspansi bisnis.
Lagi pula, berutang sudah merupakan hal yang lumrah bagi para pebisnis sukses. Dapat dikatakan hampir semua orang kaya di dunia ini memiliki aset yang banyak, tapi sekaligus tercatat sebagai orang yang punya utang banyak. Jadi, kalau mau ikutan kaya seperti mereka jangan segan-segan untuk mencari pinjaman duit.
Tentunya Anda kenal Donald Trump, sang raja properti dari negeri Paman Sam (AS). Siapa sih yang menyangkal kalau sponsor acara reality show top dunia The Apprentice ini orang yang super kaya raya? Hampir separuh lebih properti Amerika di bawah kekuasaannya. Tapi meskipun sudah kaya raya, Trump tetap saja punya utang. Justru dari uang pinjaman itulah ia membangun kerajaan bisnisnya. Hingga sekarang ia terkenal piawai menyulap utang menjadi kekayaan (turn debt in to wealth).
Begitu pula dengan entrepreneur gila kita, Purdie E Chandra (Bos Primagama Group). Selain hobi main golf, ia mengaku juga hobi berutang. Kerajaan bisnisnya dibangun dengan uang pinjaman dari kiri-kanan. Coba bayangkan, berawal dari bisnis les privat kecil-kecilan di pojok kota Yogyakarta, ia kemudian bisa berkembang menjadi “raja bimbingan belajar” di Indonesia. Kata kunci kesuksesan bisnisnya tiada lain adalah rajin berutang.
Tak mengherankan kalau pendiri Entrepreneur University ini selalu mengompori orang lain untuk berutang. Dalam ceramah-ceramah entrepreurship yang diselenggarakannya, ia selalu bertanya kepada para peserta, “Kapan mobilmu disekolahkan?” Maksudnya, kapan mobil mereka bakal digadaikan untuk dijadikan modal usaha.
Lain Purdie, lain pula Miming Pangarah, Bos Indoprint, Offset & Printing Industries, Bandung. Miming termasuk orang yang merasakan manfaat ngutang. Berkat uang pinjaman ia bisa melejitkan asetnya dari ratusan juta menjadi Rp10 miliar hanya dalam tempo tiga tahun saja!
Begitu pula dengan Budi Utoyo, pengusaha Leha-leha Spa dan franchisor Clup-Clup, ini mampu menggandakan asetnya dari puluhan juta menjadi Rp3 miliar dalam waktu kurang dari satu tahun. “Bahkan saya bisa beli ruko senilai Rp470 juta tanpa pakai duit,” tukasnya saat saya temui di Hotel Le Meridien, Jakarta.
Dan lebih gila Masbukhin Pradana, pengusaha dengan julukan “raja voucher”, ini membeli kios hanya dengan menggunakan kartu belanja Carrefour. Kemampuan mengelola utang membuat asetnya bertambah secara cepat dengan memanfaatkan duit orang lain alias ngutang.
Cara berpikir orang-orang sukses seperti mereka bukannya bagaimana agar terbebas dari utang. Tapi, sebaliknya mereka justru berpikir bagaimana caranya supaya bisa memperbesar utang. Ketika Anda menerima utang, jangan Anda pikirkan bagaimana cara melunasinya, tapi pikirkan bagaimana cara memanfaatkan uang pinjaman tadi. Kalau uang itu sudah bekerja untuk Anda, maka Anda tidak perlu repot-repot lagi memikirkan cara melunasinya. Karena utang sudah dilunasi oleh orang lain yang memanfaatkan usaha Anda. Istilah Purdie, “Silahkan kamu berutang, biar konsumen yang melunasi.”
Sebenarnya, cara berpikir mereka sederhana sehingga membuat mereka berani berutang dan kemudian sukses. Yaitu, dengan modal seadanya saja sudah untung, apalagi kalau ada tambahan modal pasti akan lebih menguntungkan lagi. Memang benar, selama utang digunakan untuk usaha dan memberikan hasil yang lebih tinggi dibanding bunga pinjamannya, maka dijamin bahwa semakin besar utang akan semakin besar pula keuntungan yang Anda peroleh. Misalkan pinjam uang Rp100 juta dengan bunga pinjaman 1,5 persen per bulan. Semantara keuntungan yang diperoleh dari bisnis yang dibiayai dengan uang pinjaman tadi sebesar 5 persen. Berarti ada selisih 3,5 persen dari Rp100 juta yang masuk ke kantong Anda. Coba kalau utangnya Rp500 juta, tentu akan lebih besar pula keuntungan yang Anda raih. Dengan begitu, semakin banyak utang otomatis akan semakin kaya!
Mengelola utang untuk menambah aset inilah yang sebenarnya dimaksud oleh Robert T Kiyosaki, bahwa uang bekerja untuk kita. Cukup dengan mencari utang kemudian Anda putar di dunia usaha, tiba-tiba aset Anda sudah bertambah dengan sendirinya. Anda tidak perlu memikirkan bagaimana mengembalikannya karena di belakang Anda sudah ada pelanggan yang siap melunasi. Kalau utang sudah terbukti bisa bikin kaya, lantas kenapa Anda tidak segera berutang?
* Didik Darmanto adalah mantan wartawan tabloid Bisnis Uang yang sekarang berkarir sebagai Perencana Pembangunan di Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas. Selain sebagai PNS, Didik juga menjadi wirausaha dan tercatat sebagai anggota Certified Wealth Managers’ Association (CWMA). Artikel ini merupakan bagian dari bukunya yang akan segera terbit dengan judul: “Kalau Mau Kaya Ngapain Takut Ngutang” (Bornrich, 2006). Ia dapat dihubungi di: didikdarmanto@gmail.com.
Jumat, 07 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
instanx
Total Tayangan Halaman
Categories
- abdul muid badrun (2)
- Acha Septriasa (4)
- ade asep syafruddin (4)
- alexandra dewi (1)
- alpiyanto (1)
- andrew ho (91)
- Ardian syam (22)
- arief yuntanu (2)
- arif gunawan (40)
- arif yustanu (1)
- artikel (13118)
- bambang trim (1)
- beni bevly (1)
- berita (3795)
- BLOGERNAS (1)
- damardi darmawangsa (13)
- danang a akbarona (2)
- dany chandra (3)
- dewi lestari (1)
- Dian Sastro (1)
- didik darmanto (2)
- dodi mawardi (2)
- DOWNLOAD EBOOK GRATIS (234)
- edi zaqeus (1)
- edit (110)
- eko jalu santoso (1)
- eni kusuma (11)
- goenardjoadi goenawan (1)
- hari subagya (7)
- haryanto kandani (4)
- hendra (10)
- ida kuraeny (1)
- indra cahya (1)
- iqnatius muk kuang (8)
- jennie s bev (1)
- johanes koraang (1)
- joko susilo (47)
- joni liu (2)
- joshua w utomo (2)
- joycelina (1)
- kerjadarirumah (4)
- kristopher david (1)
- lamser aritonang (1)
- Luna maya (15)
- m ichsan (41)
- m ikbal (1)
- Mariana Renata (1)
- marsello ginting (1)
- marzuki usman (3)
- Mieke Amalia (1)
- mugi subagya (1)
- muk kuang (1)
- Mulan Jameela (1)
- original artikel (103)
- profil (3)
- pujiono (1)
- rab a broto (4)
- Revalina S. Temat (3)
- riyanto s (4)
- ronal frank (2)
- roni jamaludin (1)
- ruby herman (1)
- ruddy kusnadi (1)
- rudy lim (19)
- sansulung john sum (1)
- saumimam saud (1)
- stephen barnabas (1)
- suryanto wijaya (3)
- syahril syam (17)
- tan bonaventura andika sumarjo (1)
- tanadi santoso (1)
- tante girang (454)
- thomas sugiarto (8)
- tung desem waringin (4)
- undang a halim (1)
- walpaper (50)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar