Bunyi meriam rakitan yang melontarkan potongan besi dan pecahan kaca itu saling bersahutan di tengah bentrokan. Mereka bentrok di jalan, perkampungan, bahkan dekat kantor kecamatan di wilayah perbatasan kedua desa. Lampu-lampu di rumah dan jalan di sekitar lokasi kejadian dipadamkan. Aksi saling lempar batu dan menyalakan meriam rakitan dapat diatasi setelah aparat desa masing-masing dibantu tokoh masyarakat setempat turun mengamankan warganya.
Pimpinan Desa Kotarindau dan Kotapulu berdiri di tengah-tengah, lalu meminta warganya mundur. Aparat dari Polsek Dolo dan Polres Donggala juga turun untuk mengamankan situasi. Dengan menggunakan pengeras suara, polisi bersama aparat desa meminta warga mundur. “Jangan hanya kami diminta mundur, mereka juga harus mundur,” teriak salah satu warga dari salah satu kelompok yang mengendap di tempat gelap.
Usaha aparat keamanan dan kepala desa belum membuahkan hasil karena kedua kubu kembali saling lempar batu bahkan mengenai atap kantor kecamatan setempat yang berada di lokasi bentrokan. Sekitar pukul 02.40 Wita, situasi kembali tegang karena kedua kelompok bentrok dengan memakai meriam rakitan. Bahkan, mereka memasang barikade di jalan yang berfungsi sebagai tameng dari serangan kubu lain.
Mereka juga saling melontarkan kata-kata cacian di tengah aksi saling lempar batu. Pukul 03.15 Wita, polisi yang dipimpin Kapolres Donggala AKBP I Nengah Subagia bisa memaksa mundur kedua pihak dengan melepas tembakan ke udara. Setelah situasi aman, Kapolres bersama Camat Dolo Azhar Latjinala dan kepala desa dari desa tersebut meminta warga masuk rumah. Polisi membubarkan para warga yang masih bergerombol di jalan.
Puluhan polisi kini disiagakan di perbatasan kedua desa untuk mengantisipasi bentrokan susulan. Situasi baru dapat dikendalikan sekitar pukul 04.00 Wita. Bentrokan itu tidak menyebabkan korban luka atau meninggal dunia. Hingga kini penyebab bentrokan belum diketahui.
Warga Kotapulu menuduh warga Kotarindau memprovokasi dengan cara melempar batu hingga mengenai kantor kecamatan setempat. Sementara itu, warga Kotarindau menuduh warga Kotapulu yang memprovokasi dengan membunyikan meriam rakitan. Kedua warga pernah bentrok pada tahun 1997 lalu seusai pertandingan sepak bola.
sumber :http://www.tribunnews.com/2011/02/19/gila-bentrok-antardesa-pakai-meriam-rakitan
klikunic.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar