Oleh: Anang Haryadi
Mungkin ada sebagian dari kita yang belum tahu apa itu sugesti. Mungkin ada di antara kita yang tanpa sadar telah mempergunakan sugesti dalam beraktivitas sehari-hari, tetapi belum kenal istilah sugesti. Dan, mungkin juga sudah banyak orang yang sudah mengenal, paham dan bisa menempatkan/mempergunakan sugesti tersebut pada/untuk kepentingan-kepentingan yang bersifat positif serta tidak merugikan orang lain.
Sugesti adalah sebuah ilmu penghantar materi dan media untuk menyampaikan suatu maksud tertentu dengan kata-kata yang menarik kepada orang yang dituju. Dengan kata lain, sugesti adalah sebuah ilmu untuk meyakinkan orang lain, dengan hanya berbekal rangkaian kata/ucapan. Seperti seorang dokter, ia menerapkan sugesti untuk memberi saran dan nasihat-nasihat yang bersifat mutlak untuk diikuti/ditaati oleh sang pasien agar bisa sembuh dari sakitnya.
Seperti juga seorang guru saat megajar para muridnya. Seorang guru mempergunakan sugesti untuk menyampaikan materi ilmu kepada murid-muridnya. Dalam hal ini, jika ingin pintar sang murid harus mencermati setiap kata yang diucapkan oleh sang guru. Dengan kata lain, murid harus patuh atau “manut opo jare guru” pada saat sang guru menyampaikan materi atau teori. Itu jika si murid ingin mendapatkan ilmu dari gurunya.
Di bidang marketing, seorang sales wajib mempergunakam sugesti supaya bisa menjual produknya dengan menyakinkan calon konsumen tentang kualitas dan manfaat produk tersebut. Kita juga akan sering menjumpai segesti dalam acara hiburan dan acara-acara di televisi, seperti sulap yang bernapaskan hipnotis dan kuis-kuis interaktif.
Jadi intinya, ilmu sugesti adalah ilmu untuk meyakinkan orang lain dengan kata-kata atau membuat orang lain menjadi tertarik/percaya, supaya kemudian mengikuti apa yang kita inginkan. Jika kita tinjau dari hakikat ilmu, apa pun jenis ilmu tersebut bisa dipergunakan untuk hal positif, namun juga bisa dipergunakan untuk hal yang bertujuan negatif.
Ada pendapat yang menyebutkan bahwa keberadaan ilmu terbagi menjadi dua golongan. Pertama adalah golongan ilmu ”PUTIH” yang bisa membawa manfaat. Yang kedua adalah golongan ilmu ”HITAM” yang bisa membuat orang sengsara dan tersiksa. Menurut penulis, pendapat seperti itu tidak mutlak benar. Karena, segala dampak yang bersifat positif dan negatif dari sebuah ilmu itu tergantung pada si pengguna ilmu tersebut.
Seperti halnya saat kita naik motor, kita punya tujuan akan ke mana kita dengan naik motor itu. Dan, ketika dalam perjalanan kita bisa sesuka hati mau belok ke kanan/kiri. Penggunaan ilmu juga bisa kita ibaratkan dengan pola/standar makan kita sehari-hari. Setiap orang punya standar dan kapasitas makan yang berbeda-beda. Tetapi, orang jawa umumnya makan sehari tiga kali, atau sama dengan tiga piring sehari.
Bisa kita tebak apa yang akan terjadi jika kita makan melebihi porsi/standar dan kapasitas perut kita. Dalam jangka pendek, makan terlalu banyak bisa membuat kita sakit perut. Sedangkan untuk jangka panjang, banyak penyakit yang menanti kita. Ini terjadi jika pola makan kita masih tak teratur dan masih sering makan secara berlebih tanpa memerhatikan kapasitas yang ada.
Nah, itu sebabnya banyak orang jadi stres/gila gara-gara mempelajari dan menerapkan sebuah ilmu yang tidak sesuai dengan kapasitas/level yang ada pada dirinya. Ternyata, jika doktrinnya terlalu tinggi melebihi dosis sugesti pada bidangnya, ilmu sugesti juga bisa berdampak negatif pada kondisi psikologis seseorang. Hal semacam itu bisa dilihat pada kasus-kasus penipuan.
Seorang korban penipuan pasti akan memgalami stres dan mungkin bisa gila jika mental si korban tidak kuat. Akhir-akhir ini para ahli banyak yang membuat konsep, rumus, dan penemuan baru yang bisa di sebut sebagai ilmu. Dengan perkembangan zaman dan teknologi seperti sekarang ini, banyak profesor di dunia berlomba membuat rumus dan ilmu baru.
Ada profesor yang berusaha mencari penemuan-penemuan yang bermanfaat bagi sesama dan untuk lebih mempermudah serta semakin memanjakan manusia dengan teknologi terbaru yang mereka ciptakan. Tetapi, ada juga profesor di negara maju yang dengan sengaja menciptakan ilmu justru untuk merusak alam atau membuat otak manusia terkontaminasi oleh ilmu yang dia ciptakan. Mungkin, tujuan yang sebenarnya adalah untuk mematikan potensi-potensi SDM yang berada di luar wilayah mereka, dan supaya tidak ada manusia yang lebih pintar selain dari golongan mereka.
Pada tahun 1994, ada satu peristiwa yang menyangkut ilmu dan berdampak negatif bagi warga NKRI. Pada saat itu ada wabah ilmu dari luar yang membikin heboh masyarakat yang tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan Balikpapan. Di Surabaya, waktu itu yang menjadi virus adalah “Multi-Level Marketing” bernama PoMas atau Pohon Emas, “MLM” berbentuk saham (Catatan redaksi: Pomas dimasukkan dalam kategori money game, skema piramid, atau penggandaan. Oleh sebab itu, Pomas dan sejenisnya tidak bisa disebut sebagai MLM).
Lalu, apa hubungannya dengan sugesti? Ternyata, “MLM” dirancang dengan sebuah ilmu ekonomi yang di kenal dengan istilah Siklus Members System. Ilmu ekonomi Siklus Mebers System tersebut ternyata sarat dengan sugesti berdosis tinggi yang cenderung membodohi orang lain, dan memperdaya para member dengan khayalan belaka. Ironisnya, para member yang seharusnya sebagai pelaku pada bisnis tersebut, justru di jadikan target sebagai konsumen tetap produk-produk “MLM”. Yang lebih hebat lagi, para member tidak merasa dirugikan apa lagi tertipu oleh “MLM”.
Kalaupun ada di antara para member yang mengeluh, itu juga akan sia-sia belaka karena “MLM” ternyata tidak bisa disentuh dengan pasal-pasal KUHP. Itu karena sebelumnya para member sudah menyatakan bersedia untuk menjadi member, dan siapa yang bisa digugat jika ada seorang member yang merasa tertipu, sedangkan member yang levelnya di atas sang korban adalah juga korban “MLM” yang mungkin belum menyadari?
Mengapa rata-rata produk MLM itu adalah produk impor? Mengapa Siklus Members System belum diterapkan oleh merek produk-produk lokal? Mengapa Siklus Members System masih disebarluaskan sebagai salah satu ilmu ekonomi di Indonesia, padahal sudah jelas merugikan orang lain bila diterapkan? Menurut penulis, Siklus Memers System tidak layak disebut sebagai ilmu karena tidak bisa meningkatkan kemampuan SDM, dan merugikan orang lain jika diterapkan, karena hanya menguntungkan seorang pemilik pabrik produk MLM saja.
Nah, mari kita sama-sama mengkaji MLM secara logis. Seorang member MLM lebih cenderung untuk menarik orang lain menjadi member baru dari pada hanya menjual produknya. Coba kita bayangkan, andai kata seluruh warga negara Indonesia menjadi member MLM, lalu siapa yang akan menjadi konsumen? He he he.... Pasti, yang akan menjadi konsumen tetap adalah para member itu sendiri! Karena, dari awal para member sudah teradopsi oleh sistem kekeluargaan yang diarahkan dari pusat MLM di luar negeri, sebelum mereka menawarkan MLM-nya kepada orang lain.
Sudah hampir sembilan tahun (mungkin) MLM masuk ke Indonesia melalui negara tetangga Malaysia dan Singapura (Catatan Redaksi: informasi di APLI menyatakan, setidaknya cikal-bakal direct selling sudah muncul di Indonesia sejak tahun 1970-an, sementara khusus MLM sudah muncul sejak 1986, saat PT Sun Chlorella berdiri). Sejak tahun 2002, MLM mulai menyebar dari kota hingga ke pelosok desa terpencil. Dan, tidak cuma satu merek MLM yang tersebar, sekarang sudah lebih dari 15 merek MLM merata di seluruh wilayah Indonesia (Catatan redaksi: data perusahaan DS/MLM yang berizin/SIUPL sebanyak 130 perusahaan. Digabung dengan yang belum berizin diperkirakan lebih dari 200 perusahaan). Target yang dibidik MLM juga tidak pandang bulu. Mulai dari para pejabat, akademisi, pelajar, pegawai negeri, dan sekarang menyentuh petani di desa dengan produk pupuk.
Mengapa sampai sekarang belum ada tindakan tegas dari pemerintah RI? Haruskah nasib rakyat di pertaruhkan untuk hanya demi IMF? Atau mungkin, takut terkena embargo ekonomi dari AS? Jika memang pemerintah berani ambil sikap untuk memblokir MLM dan Siklus Members System dari ilmu ekonomi, itu akan menyelamatkan nasib masa depan bangsa Indonesia dari impitan negara asing.
Seandainya pemerintah tidak kuasa untuk ambil sikap karena masih sangat tergantung pada IMF, setidaknya Departemen Pendidikan RI wajib menghapus Siklus Members System dari kurikulum ilmu ekonomi. Karena, menurut penulis Siklus Members System yang menjadi landasan MLM itu adalah ilmu monopoli dari IMF. Dengan dibantu para ulama, tokoh masyarakat, intelektual, aktivis, dan seluruh lapisan masyarakat yang harus peduli untuk membebaskan para member MLM.
Karena kita adalah saudara satu bangsa, walau mungkin ada di antara kita yang masih bisa berkelit untuk tidak menjadi member, tapi secara tak langsung kita semua ikut terkena imbasnya. Seperti dulu saat kita masih dijajah dengan senjata, maka kita bersatu melawan dengan senjata pula. Tetapi sekarang lawan kita mempergunakan ilmu untuk menyerang otak/pikiran kita. Makanya, kita harus lawan bersama dengan segenap ilmu dan kemampuan yang telah dianugerahkan Tuhan kepada kita.
Mari kita barjihad tanpa harus ada korban jiwa. Berikut ini adalah faktor-faktor penyebab orang terpengaruh oleh sugesti, serta cara untuk membentengi diri dari sugesti yang negatif.
Dan, penulis juga sisipkan usulan contoh UU sugesti kepada pemerintah, beserta bukti-bukti penyalahgunaan sugesti pada beberapa bidang yang terkait. Orang yang terpengaruh sugesti adalah pertama, orang yang awam. Kedua, labil (karena pendirian yang kurang kuat dan karena saat diserang sugesti dia sedang dalam masalah).
Cara untuk membentengi diri dari sugesti: Saat kita menghadapi sugesti, kita boleh menyimak setiap kata yang di ucapkannya, sambil kita fokus mencari hal-hal yang ganjil/tidak masuk akal di balik kata-katanya. Harus diingat bahwa sugesti yang positif adalah tanpa kata-kata yang ganjil.
Contoh Undang-Undang Sugesti:
Bidang-bidang yang terkait dengan sugesti:
1. Kesehatan/medis/pengobatan alternatif
2. Pendidikan formal/nonformal
3. Agama, dakwah/penyebaran ajaran lima agama resmi di Indonesia
4. Pemasaran produk secara langsung kepada konsumen atau dengan calo
5. Jasa menyampaikan informasi, asuransi, pelayanan Umum
6. Politik, partai politik yang menawarkan visi dan misi
7. Hiburan yang menggunakan sugesti/hipnotis
8. Promosi/iklan melalui media cetak dan elektronik
Contoh Pembatasan Sugesti pada masing-masing bidang:
1) Kesehatan/medis/pengobatan alternatif
Pengobatan yang tidak mengarah pada kesembuhan atau belum ada bukti yang nyata tentang kesembuhan pasien.
2) Pendidikan formal/nonformal
Pendidikan yang mengajarkan ilmu pengetahuan tanpa merugikan orang lain dan tidak mengurangi kemampuan sumber daya manusia seperti Siklus Members Sistem (sebuah ilmu ekonomi yang harus dihapus)
3) Agama, dakwah/penyebaran ajaran lima agama resmi di Indonesia
Penyebaran ajaran yang menyangkut keyakinan/agama di luar lima agama resmi di Indonesia
4) Pemasaran produk secara langsung kepada konsumen atau dengan calo
Pemasaran yang langsung kepada konsumen tetapi tidak sesuai dengan kualitas produk. Dengan melalui calo, maksimal berantai tiga orang.
5) Jasa menyampaikan informasi, asuransi, pelayanan umum
Produk asuransi yang tidak bisa membuktikan secara nyata pada klien
6) Politik, partai politik yang menawarkan visi dan misi
Penyampaian visi dan misi partai politik yang bersifat memperdaya/membodohi
7) Hiburan yang menggunakan sugesti/hipnotis
Hipnotis pada pertunjukan sulap yang berdampak bagi penonton setelah pertunjukan berakhir. Kuis interaktif di televisi pada tengah malam.
8) Promosi/iklan melalui media cetak dan elektronik. Iklan pada media cetak dan elektronik yang bersifat menipu.
”Selamat berjihad”[anh]
* Anang Haryadi, penulis mengetik dengan menggunakan kedua kakinya di Komputer Pentium III, bertempat tinggal di Jl Ade Irma Suryani No 8 b Klangon – Bojonegoro, Jawa Timur 62113. Ia dapat dihubungi melalui hanphone: 085232633213 atau email: anank_bjn@yahoo.com.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
instanx
Total Tayangan Halaman
Categories
- abdul muid badrun (2)
- Acha Septriasa (4)
- ade asep syafruddin (4)
- alexandra dewi (1)
- alpiyanto (1)
- andrew ho (91)
- Ardian syam (22)
- arief yuntanu (2)
- arif gunawan (40)
- arif yustanu (1)
- artikel (13118)
- bambang trim (1)
- beni bevly (1)
- berita (3795)
- BLOGERNAS (1)
- damardi darmawangsa (13)
- danang a akbarona (2)
- dany chandra (3)
- dewi lestari (1)
- Dian Sastro (1)
- didik darmanto (2)
- dodi mawardi (2)
- DOWNLOAD EBOOK GRATIS (234)
- edi zaqeus (1)
- edit (110)
- eko jalu santoso (1)
- eni kusuma (11)
- goenardjoadi goenawan (1)
- hari subagya (7)
- haryanto kandani (4)
- hendra (10)
- ida kuraeny (1)
- indra cahya (1)
- iqnatius muk kuang (8)
- jennie s bev (1)
- johanes koraang (1)
- joko susilo (47)
- joni liu (2)
- joshua w utomo (2)
- joycelina (1)
- kerjadarirumah (4)
- kristopher david (1)
- lamser aritonang (1)
- Luna maya (15)
- m ichsan (41)
- m ikbal (1)
- Mariana Renata (1)
- marsello ginting (1)
- marzuki usman (3)
- Mieke Amalia (1)
- mugi subagya (1)
- muk kuang (1)
- Mulan Jameela (1)
- original artikel (103)
- profil (3)
- pujiono (1)
- rab a broto (4)
- Revalina S. Temat (3)
- riyanto s (4)
- ronal frank (2)
- roni jamaludin (1)
- ruby herman (1)
- ruddy kusnadi (1)
- rudy lim (19)
- sansulung john sum (1)
- saumimam saud (1)
- stephen barnabas (1)
- suryanto wijaya (3)
- syahril syam (17)
- tan bonaventura andika sumarjo (1)
- tanadi santoso (1)
- tante girang (454)
- thomas sugiarto (8)
- tung desem waringin (4)
- undang a halim (1)
- walpaper (50)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar