Menurut anggota Tim Investigasi, Bambang Boediono, terdapat kegagalan struktur pada pengait tadi. Seharusnya, pengait itu mampu menahan beban kabel vertikal jembatan(hanger) yang punya kekuatan tarik hingga maksimal 220 ton. Ternyata, kata dosen Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung itu, kekuatangerser klem cuma 130 ton. “Harusnya kekuatangerser (clamp) itu melebihi, paling tidak dua kali lipat atau 440 ton, atau marjinal 1,5 kalinya dari kekuatan hanger,” katanya kepada Tempo, Kamis 15 Desember 2011.
Bambang menepis dugaan petaka bermula dari putusnya salah satu hanger atau kabel vertikal jembatan (gantungan). Kalau itu yang terjadi, jembatan tidak akan serta-merta roboh. “Putushanger itu tidak getas.” Kegagalan struktur seperti itu, menurut dia, wajar terjadi, namun tidak akan berakibat fatal seperti kejadian pada 26 November sore lalu itu.
Dalam kondisi ada hanger yang putus, sebelumnya jembatan akan mengalami deformasi atau pergeseran. Badan jembatan turun perlahan karena kabel hanger sebelum putus akan memanjang lebih dulu pelan-pelan ke bawah. Setelah putus, beban hanger yang putus itu masih bisa digantikan atau ditopang oleh klem dan hanger di sisi kiri dan kanannya. Proses turun atau miringnya badan jembatan itu bisa terlihat oleh siapa saja yang berada di badan jembatan atau dek, atau orang-orang di sekitarnya. “Itu bisa jadi semacam peringatan dini agar orang menghindar,” ujar Bambang.
Situasinya berbeda ketika klem putus, meski hanya satu. Kalau itu terjadi, dayanya akan berpindah ke hanger dan klem lainnya. Lantaran Jembatan Tenggarong kurang kuat sehingga akibatnya fatal. “Begitu satu klem putus, otomatis jadi hancur semua dalam 20 detik. Itu keruntuhan getas yang dilarang dalam perencanaan struktur,” katanya menegaskan. Klem yang putus itu terletak di titik hanger nomor 2 atau 3 dari menara Jembatan Tenggarong.
sumber
Jangan lupa di like...
@osserem Follow juga ya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar