Oleh: Rab A. Broto
Perubahan dari khawatir kondisi akan lebih buruk bila melakukan hal lain ke pola pikir ‘apa yang mungkin’ jelas memberi konsekuensi berbeda. Berpikir tentang ‘apa yang mungkin’ memperluas wawasan sadar dan bawah sadar tentang keberlimpahan. Kasus nyata bisa diamati adalah pada sejumlah anggota komunitas manusia perahu Vietnam yang berimigrasi ke AS. Banyak warga Amerika mengkhawatirkan dampak negatif yang bisa terjadi pada kesejahteraan dan layanan publik lainnya saat mereka masuk.
Tapi menariknya banyak imigran Vietnam yang masuk ke dunia bisnis dengan inisiatif sendiri sering akhirnya menuai kesuksesan besar. Jawaban jelas kenapa mereka sukses adalah bahwa para manusia perahu itu telah melampaui ambang batas ketertindasan.
Dari awalnya berada di negeri yang bila berkata salah saja konsekuensinya adalah kepalanya ditembus pelor, mereka kini masuk ke negeri di mana hal terburuk yang mungkin terjadi adalah orang akan menelepon atau menghinanya saat tak bayar utang.
“Jika Anda datang dari dunia di mana kematian adalah kenyataan yang sering sekali dihadapi ke dunia di mana pilihan tak terbatas, jelas sama sekali tak ada alasan untuk tidak mencoba berbagai kemungkinan yang tersedia.”
Jadi alih-alih marah atau nelangsa karena mesti meninggalkan negeri tumpah darahnya, mereka tampak sangat mensyukuri hidup. Alih-alih tenggelam dalam kesesalan atau mengasihani diri sendiri, banyak di antara manusia perahu mengadopsi sikap kreatif.
Sikap kreatif ini terutama berada di seputar pertanyaan ‘apa yang mungkin?’ Meskipun jelas saat di awal kedatangannya dua atau tiga keluarga harus berdesakan tinggal dalam satu apartemen sempit dan mendapat gaji minimum saat mulai mencari nafkah.
Kreatifnya dalam keterbatasan itu justru mereka mengumpulkan sisa gaji dari yang dibelanjakan bagi kebutuhan hidup rutin. Saat uang tabungan bersama itu mencapai jumlah cukup, mereka memutuskan memulai usaha sendiri dan semua keluarga membantu di situ.
Begitu bisnis berkembang dan memberikan hasil, mereka membeli aset properti untuk investasi. Begitu seterusnya. Bagi para mantan manusia perahu itu, sukses merupakan satu penegasan tentang apa yang mungkin bagi mereka.
Mereka mau dengan sepenuh hati menderita beberapa waktu untuk meraih tujuan jangka panjangnya agar makmur dan sejahtera. Ini jelas hanya masalah menentukan prioritas dan bagaimana mereka mengelompokkan sejumlah kemungkinan yang berbeda.
Jadi prinsipnya setiap orang bisa melakukan apapun yang diinginkan. Pertanyaannya: apa yang akan mereka lakukan untuk mendapatkan kemungkinan hasil tersebut?
Kesabaran menentukan
Dalam soal itu mungkin kebanyakan orang Jerman bisa diteladani. Merupakan satu hal yang lazim bagi kebanyakan orang Jerman untuk menabung uangnya sebelum melakukan pembelian barang yang mahal agar bisa membayar secara kontan pada saatnya.
Di Jerman, satu-satunya utang yang kebanyakan orang miliki adalah cicilan rumah dan mobilnya. Sementara di negeri ini sangat sering warganya menulis surat pembaca karena diperlakukan kasar debt collector karena tak bisa membayar cicilan minimum kartu kreditnya.
Tampaknya orang Jerman menikmati menabung sedikit demi sedikit untuk sesuatu yang spesial. Sebabnya mereka melihat jauh ke depan, pada ganjaran mendapatkan apa yang diinginkan. Segera setelah merasakan kepuasan, mereka segera mulai menabung lagi untuk barang mahal selanjutnya atau liburan petualangannya.
Fenomena warga Jerman yang berkemampuan menunda pemuasan segera yang bisa diberikan kartu kredit ini menarik. Mereka bisa melihat ke depan saat mereka bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan degnan antisipasi dan rasa ekstase.
Mereka tak mengeluh sama sekali karena harus menyisihkan uang setiap waktu untuk bisa mencapai tujuan selanjutnya. Mereka bahkan memusatkan diri pada rasa betapa bersyukurnya mereka atas apa yang dimiliki dan dengan sabar terus melihat apa yang akan mereka dapat.
Kemampuan menunda pemuasan adalah keterampilan yang mumpuni. Menurut Daniel Goleman, penulis buku Emotional Intelligence pada 1995, ini merupakan satu kemenangan penalaran otak atas kehendak impulsif.
“Orang yang mampu mengasah kesabarannya dengan menunda pemuasan kebutuhannya seketika cenderung akan lebih berhasil dalam hidup,” tambah Goleman yang mengutip satu hasil penelitian pada 1960-an tentang sekelompok anak yang diberi melon untuk mengetes kesabarannya.
Anak-anak dalam eksperimen tersebut diundang satu per satu masuk ke satu ruangan oleh peneliti dan masing-masing diberi satu melon. Kamu bisa memiliki satu melon ini sekarang, kata si peneliti, tapi jika menunggu sesaat saat aku pergi kamu akan mendapat dua melon saat aku kembali. Dan si anak ditinggal pergi.
Sebagian anak langsung mengambil buah itu dan sebagian mau menunggu sebelum akhirnya tak bisa menahan godaan ingin segera memakannya. Tapi ada pula yang tetap menunggu. Mereka menutup mata, bersenandung, menundukkan kepala, bermain atau bahkan tidur. Mereka melakukan apa saja untuk bertahan.
Berdasarkan survei kepada orangtua dan guru, anak-anak yang dalam usia empat tahun berkemampuan menunggu beberapa waktu untuk mendapatkan melon kedua, itu memang beda. “Mereka biasanya tumbuh dengan adaptasi diri yang lebih baik, lebih populer, suka tantangan, percaya diri dan bisa diandalkan.”
Berdasarkan uraian Goleman, bukti ini memastikan bahwa kesabaran sepertinya memainkan peran penting dalam kesuksesan banyak orang. Terkait dengan mereka yang sudah dewasa, kemampuan untuk menolak atau mengendalikan hasrat (impuls) dapat dikembangkan lewat praktik.
Saat tiba-tiba dilanda godaan kuat membelanjakan uang untuk sesuatu yang tidak sungguh Anda perlukan, ingatkan pada diri tentang berbagai tujuan jangka panjang keuangan Anda. Benturkan pula dengan situasi keuangan saat ini dengan menyadari bahwa Anda menabung sungguh untuk masa depan yang sejahtera dan berkelimpahahan.
* Rab A. Broto adalah penulis dan editor alumni Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Pengembangan Yogyakarta (LP3Y) dengan pengalaman 10 tahun. Sebelumnya, ia bekerja sebagai wartawan dan redaktur di Harian Ekonomi Bisnis Indonesia. Hingga kini ia telah menulis 2.000 straight news (berita pendek ekonomi, politik dan budaya), 400 features (ekonomi, psikologi, iptek dan kesehatan), 5 makalah seminar dan buku Parent Guide (bagian dari paket pendidikan anak My First One Year Activity Book produksi Pustaka Lebah). Kini Rab A. Broto adalah ketua dewan redaksi pada majalah bulanan Indonesian Tax Review Digest dan Buletin Bee Parent yang diterbitkan Lembaga Manajemen Formasi. Ia dapat dihubungi melalui e-mail: nauram@yahoo.com
Senin, 10 November 2008
(2) Psikologi Duit: Konsisten Pangkal Kaya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
instanx
Total Tayangan Halaman
Categories
- abdul muid badrun (2)
- Acha Septriasa (4)
- ade asep syafruddin (4)
- alexandra dewi (1)
- alpiyanto (1)
- andrew ho (91)
- Ardian syam (22)
- arief yuntanu (2)
- arif gunawan (40)
- arif yustanu (1)
- artikel (13118)
- bambang trim (1)
- beni bevly (1)
- berita (3795)
- BLOGERNAS (1)
- damardi darmawangsa (13)
- danang a akbarona (2)
- dany chandra (3)
- dewi lestari (1)
- Dian Sastro (1)
- didik darmanto (2)
- dodi mawardi (2)
- DOWNLOAD EBOOK GRATIS (234)
- edi zaqeus (1)
- edit (110)
- eko jalu santoso (1)
- eni kusuma (11)
- goenardjoadi goenawan (1)
- hari subagya (7)
- haryanto kandani (4)
- hendra (10)
- ida kuraeny (1)
- indra cahya (1)
- iqnatius muk kuang (8)
- jennie s bev (1)
- johanes koraang (1)
- joko susilo (47)
- joni liu (2)
- joshua w utomo (2)
- joycelina (1)
- kerjadarirumah (4)
- kristopher david (1)
- lamser aritonang (1)
- Luna maya (15)
- m ichsan (41)
- m ikbal (1)
- Mariana Renata (1)
- marsello ginting (1)
- marzuki usman (3)
- Mieke Amalia (1)
- mugi subagya (1)
- muk kuang (1)
- Mulan Jameela (1)
- original artikel (103)
- profil (3)
- pujiono (1)
- rab a broto (4)
- Revalina S. Temat (3)
- riyanto s (4)
- ronal frank (2)
- roni jamaludin (1)
- ruby herman (1)
- ruddy kusnadi (1)
- rudy lim (19)
- sansulung john sum (1)
- saumimam saud (1)
- stephen barnabas (1)
- suryanto wijaya (3)
- syahril syam (17)
- tan bonaventura andika sumarjo (1)
- tanadi santoso (1)
- tante girang (454)
- thomas sugiarto (8)
- tung desem waringin (4)
- undang a halim (1)
- walpaper (50)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar