Minggu, 04 Desember 2011

Wah, CIA Memata-matai 5 Juta Tweet Per Hari

Wah, CIA Memata-matai 5 Juta Tweet Per Hari:


Sebuah gedung yang terletak di sudut kawasan industri di Virginia, Amerika Serikat, diam-diam memonitor dinamika daring di seluruh dunia. Inilah salah satu markas Central Intelligence Agency (CIA) yang disebut Open Source Center.



Lembaga ini bertanggung jawab memonitor sekitar 5 juta tweet per hari termasuk dinamika di Facebook, koran, saluran TV berita, kolom komentar di internet, dan apapun yang dapat diakses secara terbuka di seluruh dunia. Dari lembaga ini, Amerika membaca opini dunia mengenai berbagai hal aktual yang terjadi, seperti penyerangan SEAL yang berakibat terbunuhnya Osama bin Laden, atau juga kondisi negara Timur Tengah.



"Kami telah memprediksi bahwa di negara seperti Mesir, sosial media dapat menjadi pengubah keadaan dan menjadi ancaman bagi rezim yang sedang berkuasa," ujar Doug Naquin, Director Open Source Center, seperti dilaporkan secara eksklusif Associated Press yang dimuat Yahoo News, Jumat, 4 November 2011. Selain itu jejaring sosial seperti Facebook atau Twitter dapat menjadi sumber informasi dari suatu krisis yang bergerak secara cepat, seperti kerusuhan di Bangkok, Thailand, pada pertengahan tahun lalu.



Naquin mengakui media sosial yang diakses melalui perangkat komputer dan jaringan internet baru merepresentasikan sebagian kecil dari populasi yang mereka monitor. Namun, penetrasi media sosial melalui telepon seluler tumbuh yang di wilayah seperti Afrika, bisa memberikan jangkauan populasi yang lebih luas dari sebelumnya.



Pusat lembaga ini berada di Virginia, namun analis lembaga ini berada seluruh kantor kedutaan Amerika di seluruh dunia, agar berada lebih dekat dengan subyek mereka. Lembaga ini mulai fokus memonitor media sosial setelah Twitter berhasil mengguncang Iran pada 2009, di mana ribuan orang melakukan protes terhadap hasil pemilu yang mengantarkan Mahmoud Ahmadinejad kembali ke kursi presiden.



Naquin bercerita bahwa analis yang paling sukses memiliki cara kerja yang mirip seperti Lisbeth Salander, tokoh utama wanita dalam The Girl With Dragon Tattoo, yang bekerja sebagai peretas dan memiliki pengetahuan untuk mengumpulkan data-data yang tidak diketahui orang. Sementara itu ahli bahasa dan kepustakaan yang menguasai banyak bahasa juga dipandang sebagai tenaga yang berharga di lembaga ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman