Selasa, 11 November 2008

Menulis Meningkatkan Kecerdasan Intrapribadi dan Linguistik

Oleh: M. Iqbal Dawami


Kurang lebih lima belas tahun yang lalu Howard Gardner seorang psikolog sekaligus peneliti Barat telah menemukan sebuah teori tentang multiple intelegence (kecerdasan ganda), yang mengatakan bahwa dalam diri manusia terdapat banyak potensi yang belum dikembangkan. Dan, bahkan kadang potensi tersebut telah kita kubur gara-gara kesibukan kita sehari-hari, seperti pekerjaan dan mengurus rumah tangga atau karena sekolah. Dan dalam budaya kita pada umumnya orang yang dianggap cerdas yaitu orang yang pintar secara otak bukan emosi, atau lebih dikenal IQ (Intelectual Quotient) dan bukan EQ (Emotional Quotient). Dalam penemuannya, setidaknya ada tujuh kecerdasan yang patut diperhitungkan secara sungguh-sungguh sebagai sebuah kecerdasan juga. Tujuh kecerdasan itu di antaranya kecerdasan linguistik¸ logis-matematis, spasial, musikal, kinestetik, jasmani, antarpribadi, dan intrapribadi.

Dengan adanya tujuh kecerdasan tersebut memberikan peluang pada kita bahwa kita pun patut dianggap cerdas walau tidak dalam kacamata adat masyarakat. Hanya kadang kita menganggap sebagai orang bodoh lantaran tidak cerdas dalam berpikir, matematika, atau pandai berkata-kata. Kita harus menganggap bahwa sesungguhnya kita adalah orang yang cerdas dalam salah satu kecerdasan itu atau bahkan lebih. Sekarang tinggal bagaimana kita menemukan dan menggalinya di antara ketujuh kecerdasan itu.

Lantas apa hubungannya multiple intelegence (kecerdasan ganda) dengan menulis sebagaimana judul di atas? Setelah saya amati penelitian Gardner tersebut dan ditambah dengan membaca buku Thomas Armstrong—pengembang teori Gardner—ternyata aktivitas menulis bisa dimasukan pada dua kecerdasan yaitu, kecerdasan linguistik (Word Smart) dan kecerdasan intrapribadi (self smart). Kedua kecerdasan tersebut sama-sama menggunakan alat ‘aktivitas menulis’ untuk meningkatkan kedua kecerdasan tersebut. Setidaknya ‘aktivitas menulis’ ikut andil dalam peningkatan kedua kecerdasan itu. Untuk membedah masalah ini saya menggunakan sebagian besar buku karangan Thomas Armstrong yang berjudul 7 Kinds of Smart yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Ia adalah pengajar dan peneliti mengenai pendidikan di California.

Kecerdasan linguistik bertumpu pada kemampuannya dalam berbicara dan menulis. Menurut Armstrong, orang yang mempunyai bakat di bidang ini akan peka dan tajam terhadap bunyi atau fonologi bahasa. Mereka sering menggunakan permainan kata-kata, rima, tongue twister, aliterasi, onomatope, dan lain-lain. Mereka juga mahir memanipulasi sintaksis (struktur atau susunan kalimat), juga kepekaannya terhadap bahasa melalui semantik (pemahaman tentang makna).

Kemampuan tersebut mereka gunakan dalam berbicara (berkomunikasi dan pidato) maupun menulis. Ia pun memberi contoh dengan Marcel Proust, Robert Lowell, dan William Safier. Proust mampu merangkai anak kalimat menjadi kalimat satu paragrap untuk menciptakan dampak yang menakjubkan. Penyair Robert Lowell menjadi masyhur karena mampu mengambil kata apa pun yang dibahas dalam kuliah penulisan puisi di Harvard, kemudian membahas penggunaan kata itu dalam berbagai cara sepanjang sejarah kesusastraan Inggris. Demikian pula William Safier, yang menulis sebuah kolom mingguan di The New York Times, telah memilih karir memeriksa neologisme pembentukan kata baru dan nuansa makna yang subtil dalam bahasa Inggris yang terus menerus berkembang.

Sedangkan kecerdasan intrapribadi (self smart) bertumpu pada kemampuannya mengelola diri, menganggap diri adalah sebagai konsep hidupnya. Diri sejati, bagi mereka kata Armstrong, merupakan sumber kreativitas batin, fasilitas, spontanitas, dan kesejahteraan emosi seseorang. Menurut psikiater James Masterson, penulis buku The Search for the Real Self, diri sejati mempunyai sejumlah komponen, yaitu:

1. kemampuan untuk mengalami berbagai perasaan secara mendalam dengan gairah, semangat, dan spontanitas
2. kemampuan bersikap tegas
3. pengakuan terhadap harga diri
4. kemampuan untuk meredakan perasaan sakit pada diri sendiri
5. mempunyai segala sesuatu yang diperlukan untuk mempertahankan niat dalam pekerjaan maupun relasi
6. kemampuan untuk berkreasi dan berhubungan secara dekat
7. kemampuan untuk menyendiri

Thomas Armstrong menerangkan bahwa Masterson telah menunjukkan tentang diri sejati yang mampu bertahan menghadapi waktu dan ruang. “Entah di atas atau di bawah, dalam suasana hati yang baik atau buruk, menerima kegagalan atau hidup dengan keberhasilan, seseorang dengan diri sejati mempunyai inti batin yang tetap sama bahkan sewaktu dia tumbuh dan berkembang.” Ahli psikologi juga mengatakan bahwa diri tak lebih dari suatu peta mental yang amat rumit atau sebuah sistem skema yang memungkinkan kita mengorganisasi informasi tentang dunia secara lebih efisien. William James merangkum gagasan tentang diri. Ia mengatakan: ”Seringkali saya berpikir bahwa cara terbaik untuk merumuskan watak seseorang adalah dengan mencari sikap moral atau mental tertentu, bila menyangkut dirinya, dia dapat mengenal dirinya secara paling mendalam, sangat aktif, dan sangat hidup. Pada saat itu, muncul suara dari dalam batin yang berkata:’inilah Saya yang sejati’”.

Masih dalam buku 7 Kinds of Smart, Howard Gardner menganggap seseorang yang mempunyai kecerdasan intrapribadi yang kuat dapat memilah-milah berbagai emosi batin, kemudian memberinya nama, mengungkapkannya dalam bentuk simbol, lalu memanfaatkan emosi itu sebagai sarana untuk memahami dan membimbing perilaku diri. Orang semacam ini mencakup ahli terapi, tetua masyarakat, dan penulis. Marcel Proust, misalnya, ketika dewasa menghabiskan sebagian besar hidupnya dengan tiduran di ranjang sambil merenungkan kembali kehidupannya dengan detail yang menakjubkan. Hasil permenungannya merupakan salah satu karya sastra terbesar dalam peradaban dunia Barat, yakni novel Remembrance of Things Past.

Baiklah, sekarang bagaimana cara melejitkan diri lewat menulis untuk meningkatkan kecerdasan linguistik (word smart) dan intrapribadi (self smart)? Ini adalah latihan yang diberikan Thomas Armstrong.

Latihan Kecerdasan Linguistik (Word Smart)
Duduklah di atas bangku atau meja dengan beberapa lembar kertas dan dua atau tiga pensil terletak di dekat situ. Tutup kedua mata anda dan dengarkanlah arus bawah kata-kata yang mengalir melalui pikiran anda. Amati apakah kata-kata itu muncul dalam bentuk tetesan (kata-kata tunggal), riak lembut (potongan kalimat), aliran deras (arus komentar), atau dengan cara lain. Setelah mendengarkan suara batin selama dua atau tiga menit, ambillah sebatang pensil, masih dengan kedua mata setengah tertutup, mulailah menuliskan secara persis apa yang Anda dengar seandainya Anda mampu mendengar sesuatu. Lakukanlah latihan ini selama kurang lebih lima belas menit.

Latihan tersebut bisa digunakan untuk mencari ilham dalam pembuatan puisi, pidato, cerita, esai, dan yang lainnya, dimana ketika Anda tidak mampu untuk memulainya.

Cara Membuat Aliran Kata
Ini adalah saran Natalie Goldberg, penulis Writing Down the Bones, tentang bagaimana agar kata-kata bisa mengalir. Hal-hal yang perlu diingat ialah ingatan pertama anda, orang yang anda sayangi, orang yang telah meninggalkan anda, peristiwa paling menakutkan yang pernah anda alami, perasaan paling dekat yang pernah anda alami dengan Tuhan atau alam, seorang guru yang anda kenal, kenangan akan kakek-nenek, dan lain-lain.

Selain itu ada juga cara-cara untuk mengembangkan kecerdasan linguistik—terutama menulis—dengan media bahasa:
1. bergabunglah dengan klub pecinta buku
2. hadirilah konferensi pengarang, ceramah, atau lokakarya tentang mengarang pada perguruan tinggi setempat
3. hadirilah acara peluncuran buku atau acara lain yang menampilkan penulis ternama
4. kunjungi perpustakaan/toko buku secara teratur
5. bacalah sebuah buku setiap minggu dan buatlah perpustakaan pribadi
6. belajarlah menggunakan program pengolah kata
7. buatlah buku harian atau usahakan untuk menulis tentang apa saja yang ada dalam pikiran anda setiap harinya sebanyak 250 kata
8. dll

Armstrong mengatakan bahwa penjelajahan bahasa dapat menghabiskan waktu yang tak terbatas ketika bereksperimen, memanipulasi, menafsirkan, memproduksi, memperluas atau memodifikasinya dengan berbagai cara sesuai dengan dimensi yang kita pilih. Dalam proses ini, mungkin kita baru tersadar bahwa pikiran kita sendiri telah berkembang, sebab pada dasarnya bahasa merupakan alat berpikir. Dengan menggunakannya secara sadar untuk meningkatkan kecerdasan, kita dapat mengalami keragaman dan kekayaannya dengan cara yang pragmatis, tetapi juga menyenangkan.

Latihan Kecerdasan Intrapribadi (Self Smart)
Berikut ini adalah beberapa saran untuk berpindah ke citra diri yang positif:
1. jangan mengecewakan diri dengan menjelek-jelekkan diri sendiri
2. lakukanlah sesuatu yang dapat memompa semangat Anda setiap hari
3. tuliskan 20 pernyataan positif tentang diri Anda dan bacalah pernyataan itu secara teratur
4. bentuklah gambaran mental diri sejati Anda
5. kelilingi diri Anda dengan tokoh panutan yang positif
6. bacalah buku self-help yang memperkuat munculnya rasa diri positif

Kunci penting, kata Armstrong, dalam mengembangkan citra diri positif adalah memupuk rasa batin yang menguasai dan berkompeten, atau perasaan batin bahwa kita mempunyai pengaruh terhadap dunia.

Cara-Cara Untuk Mengembangkan Kecerdasan Batiniah
1. tuliskan autobiografi Anda
2. ciptakan ritual pribadi atau ritual perjalanan hidup Anda
3. rekam dan tafsirkan mimpi Anda secara teratur
4. bacalah buku self-help
5. tentukan sasaran jangka pendek dan jangka panjang Anda dan kemudian tindaklanjuti rencana itu
6. buatlah buku atau catatan harian untuk merekam gagasan, perasaan, sasaran, dan kenangan Anda
7. amatilah biografi dan autobiografi orang besar yang memiliki kepribadian hebat
8. dll.

Bagaimana perasaan Anda setelah membaca hal yang di atas? Ternyata menulis bisa menggabungkan dua kecerdasan sekaligus bukan? Selamat mencoba

* M. Iqbal Dawami lahir di Pandeglang, 02 Mei 1982 telah menyelesaikan program pendidikan S-1 jurusan Bahasa dan Sastra Arab di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pernah aktif di HMI cabang Yogyakarta komisariat fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan sebagai redaktur pelaksana bulletin Progress HMI. Selain itu juga pernah mengurus media kampus yaitu jurnal Wahatul Adab sebagai sekretaris redaksi. Sekarang mengurus lembaga penerjemahan Tape Translation, dan koordinator komunitas GARIS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman