Minggu, 04 Desember 2011

Andik Vermansyah; Sepenggal Kisah Perjalanan Menjadi Bintang

Andik Vermansyah; Sepenggal Kisah Perjalanan Menjadi Bintang: Andik Vermansyah merupakan pemain yang sedang menjadi perbincangan publik sejak (30/11/11) lalu. Hari itu mungkin menjadi hari yang sangat bersejarah bagi pria kelahiran Jember 23 November 1991 ini, pasalnya di hari itu Andik mendapat kesempatan sebagai starter tim Indonesia Selection dalam laga melawan LA Galaxy.

Namun ada yang lebih special lagi untuk penyerang Persebaya 1927 tersebut. Setelah pertandingan LA Galaxy vs Indonesia Selection selesai, Andik berhasil mendapatkan jersey pemain bintang LA Galaxy David Beckham. Beckham yang pada pertandingan tersebut sempat melakukan tackle keras kepada Andik merasa bersalah dan tidak enak hati kepada striker timnas U23 Sea Games 2011 tersebut, dan sebagai permohonan maafnya Beckham meminta Andik untuk bertukar kaus dengannya.

Perjuangan seorang Andik

Perjalanan Andik Vermansyah merintis karir hingga kini tidaklah mudah. Andik harus bekerja keras untuk menjadi pemain bintang Indonesia seperti sekarang ini. Pria yang berasal dari keluarga sangat sederhana ini menyukai sepakbola sejak usia nya menginjak 10 tahun. Ayahnya, Saman, hanya seorang kuli bangunan dan ibunya, Jumi’ah, hanya seorang tukang jahit. Keadaan tersebut membuat Andik harus merantau dari Jember ke Surabaya bersama sang ibu untuk mengadu nasib demi melanjutkan kehidupan keluarganya.


Surabaya merupakan tempat yang bersejarah buat Andik. Pertama kali tinggal di kota tersebut, Andik dan ibunya hanya mendiami rumah kontrakkan dengan ukuran 6×3 meter yang terletak di Jalan Rangkah no.7, Surabaya. Rumah kontrakkan tersebut rupanya menjadi penyalur hobi Andik dalam bermain sepakbola. Lapangan bola yang lokasinya tak jauh dari rumah membuatnya leluasa menjalankan hobinya itu setiap pulang sekolah bersama kakak dan teman-temannya, meski selalu dimarahi ibunya yang tak senang jika Andik bermain bola karena khawatir cedera.

Hobi dan semangat yang besar mendorong Andik untuk terus bermain sepakbola hingga akhirnya mendapat restu dari ibunya bahkan sampai dibelikan sepatu bola walau hanya dengan harga Rp.15.000. Usia sepatubola pemberian sang ibu pun tak bertahan lama, kualitas yang tidak terlalu bagus membuat sepatu tersebut hanya bertahan 3 bulan. Namun semangat seorang Andik nampaknya tak pernah padam untuk sepakbola, ia tak segan untuk berjualan kue dan es keliling kampung hanya untuk membeli sepatubola.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Itulah pepatah yang tepat untuk seorang Andik Vermansyah. Semangat dan tekad kuat yang ada dalam dirinya, akhirnya membuat Andik menemukan titik terang untuk berkarir dalam dunia sepakbola. Saat ia bermain sepakbola tarkam (antar kampung ), bakat besar Andik terlihat oleh Rudi, pelatih SSB Suryanaga. Andik pun mendapat tawaran masuk SSB tersebut tanpa biaya alias gratis.

“Waktu itu dia iseng nonton aku bermain dan dia bertanya kamu ikut SSB apa? Aku jawab, tidak ada. Aku pun diajak ke Suryanaga, gratis. Terus aku bilang kakak dan diizinkan,” ungkapnya, saat diwawancara Kompas beberapa waktu lalu.
Anak bungsu dari empat bersaudara ini pun tak ragu menyebutkan bahwa kedua orangtuanyalah yang justru paling berjasa dalam kehidupannya. Mantan bintang kesebelasan PON Jawa Timur ini menilai sikap dan dukungan dari orangtuanya telah melecut dirinya untuk menjadi seorang Andik seperti sekarang ini.

Tentu ini bukanlah akhir dari perjalanan karir seorang Andik Vermansyah yang kerap disebut Messi karena perawakannya yang mungil dan lincah saat membawa bola, mirip pemain terbaik dunia asal Argentina tersebut. Masih banyak waktu bagi seorang Andik untuk membuktikan prestasinya, dan peluang mewujudkan mimpi menjadi pemain besar sekelas Messi akan terbuka, asalkan tetap rendah hati dan tidak cepat puas dengan pujian.

Tetap semangat Andik ! (http://suarajakarta.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman