Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono menegaskan bahwa Indonesia siap memproduksi vaksin H5N1 (Flu Burung) dengan adanya penyerahan “seed vaccine” H5N1 dari Unair yakni A/Indonesia/Unair/2005.
“Unair merupakan satu-satunya universitas di Indonesia yang meneliti flu burung, karena itu wapres memberi apresiasi sampai dua kali ke Unair,” kata Agung Laksono di sela-sela peresmian Health Sains Centerdi Unair Surabaya, Minggu (21/8/2011).
Didampingi Wamendiknas Prof Fasli Jalal, Sekjen Kemenkes, dan Rektor Unair Prof Fasich Apt, ia menjelaskan produksi “seed vaccine” untuk manusia itu sekarang bergantung kepada PT Bio Farma.
“Yang jelas, apa yang dihasilkan Unair itu merupakan kebanggaan, karena kita tidak tergantung lagi kepada luar negeri. Lebih dari itu, kalau diproduksi di dalam negeri, tentu vaksin H5N1 itu akan lebih murah dan ketersediaan bahan dasarnya juga ada jaminan,” ujarnya.
Senada dengan itu, peneliti Flu Burung dari Unair Dr C.A. Nidom menegaskan bahwa pihaknya melakukan penelitian H5N1 sejak ada pasien flu burung yang meninggal dunia di Bogor pada tahun 2005.
“Bagi Unair, penelitian yang dibiayai Bio Farma itu mengandung dua keuntungan yakni kami mampu membuat ’seed vaccine’ dan kami akhirnya memiliki 10 orang peneliti yang merupakan peneliti penyakit tropis yang potensial, karena usia mereka di bawah 35 tahun,” ucapnya.
Ditanya tentang tingkat pandemi flu burung, ia menyatakan pandemi flu burung di Indonesia itu memiliki potensi besar, karena tingkat kematian mencapai 83 persen.
“Sampai hari ini ada sekitar 176 kasus flu burung dengan 150-an orang di antaranya meninggal dunia, tapi kami belum mengetahui model penularannya, karena itu kami memilih untuk mencegah dengan ’seed vaccine’ itu,” tutur Nidom.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar