PBB – Bulan depan (Oktober), jumlah penduduk dunia akan mencapai 7 milyar –sebuah pertanda agar Dana Kependudukan PBB (UNFPA) menggiatkan upayanya meningkatkan kesadaran perlunya kerjasama global demi memecahkan masalah pembangunan.
Medio September, PBB dan para pemimpin masyarakat sipil bertemu dalam suatu panel untuk membahas beberapa tantangan hingga komponen-komponen penting dalam pembangunan ekonomi dan sosial, terutama kesehatan dan pendidikan. Ini merupakan bagian dari inisiatif Aksi 7 Milyar, sebuah kampanye penyadaran yang bertujuan mewadahi individu, kelompok bisnis, pemerintah, dan pihak lainnya guna memudahkan aksi bersama.
Meski sumberdaya yang dibutuhkan untuk mendukung 7 milyar penduduk dunia tak lebih besar secara proporsional daripada yang diperlukan untuk mendukung 6,8, atau 6,9 milyar, UNFPA menyebutnya sebagai tonggak bagi “seruan aksi yang langka untuk memperbarui komitmen global terhadap kesehatan dan dunia berkelanjutan.”
Sekjen PBB Ban Ki-moon menyatakan dalam pembukaan panel tersebut bahwa mereka yang lahir sekarang menghadapi “sebuah dunia penuh kontradiksi”, yang mengandung kemiskinan ekstrem sekaligus kekayaan melimpah, dan masyarakat kelaparan di tengah makanan berlimpah. Paradoks ini menunjukkan apa yang dia sebut “implikasi luas” dari dunia berpenduduk 7 milyar.
Krisis pangan dan air, migrasi, konflik tanah merupakan sebagian masalah yang harus ditangani penduduk bumi yang terus bertambah, ujar Babatunde Osotimehin, Direktur Eksekutif UNFPA yang menjadi salah satu panelis dalam pertemuan itu. Dan sementara kesehatan, keluarga berencana, dan pendidikan mesti menjadi prioritas, “tak ada satu ukuran yang cocok untuk semua” solusi, Osotimehin menekankan.
Menganalisis secara kritis keadaan setiap negara akan menentukan langkah apa yang akan paling berkontribusi untuk pembangunan negara itu, ujarnya.
Hal sama dikatakan Carsten Staur, perwakilan tetap Denmark untuk PBB, yang mengingatkan bahwa pembangunan harus dilakukan secara berkelanjutan.
“Tujuh milyar pada intinya panggilan” untuk menggerakkan negara tentang pentingnya pembangunan ekonomi berkelanjutan, ujarnya. Dia menambahkan, ini menimbulkan pertanyaan: tindakan apa yang harus diambil untuk menciptakan pembangunan berkelanjutan, terutama karena jumlah penduduk dunia bertambah, dan sumberdaya apa yang dikonsumsi dengan laju cepat.
Dengan tingkat pertumbuhan sekarang, penduduk dunia diperkirakan mencapai 9 milyar pada 2050 dan 10 milyar pada 2010, menurut PBB.
Osotimehin berkata kepada IPS bahwa 1.8 milyar remaja di dunia, 90 persennya tinggal di negara-negara berkembang, harus “menghadapi tahap pembangunan berikutnya” dan karenanya perlu akses pendidikan dan sumberdaya lain.
Pemberdayaan Perempuan Kunci Pembangunan
Pemberdayaan dan investasi pada perempuan dan gadis remaja masih dan akan terus menjadi elemen penting dalam upaya dan inisiatif bagi pembangunan negara, hal yang disepakati para penelis. Moderator Riz Khan, pembawa acara televisi internasional, mengatakan bahwa di dunia berkembang perempuan memimpin inovasi.
Perempuan menghasilan setengah pangan dunia dan melakukan 66 persen pekerjaan di dunia, namun mendapat penghasilan hanya 10 persen dari pendapatan dunia dan hanya satu persen yang memiliki properti, ujar badan Perempuan PBB.
Osotimehin berkata UNFPA perlu “menciptakan kesadaran dan kebutuhan akan hak-hak manusia … terutama perempuan dan gadis remaja” yang merupakan sektor paling rentan dari populasi, dan memastikan pendidikan gadis remaja sebagai prioritas.
Badan-badan PBB, termasuk UNFPA dan Perempuan PBB, mengakui bahwa hambatan budaya dapat merintangi pemberdayaan perempuan, khususnya tradisi yang menganjurkan anak gadis berdiam di rumah dan tak boleh ke sekolah, serta menikah dini. Badan-badan PBB ini menekankan bahwa pemerintah dan insiatif masyarakat akar-rumput harus menumbuhkan harapan dan memungkinkan anak gadis pergi ke sekolah serta perempuan dapat mengontrol kapan dan berapa anak yang mereka inginkan.
Naveen Salvadurai, salah seorang pendiri Foursquare dan anggota panel, menyoroti manfaat media baru untuk mendidik anak gadis. Untuk tahu bagaimana pendekatan orang lain atas masalah serupa, para remaja merangkul media dan jejaring sosial, yang melintasi beragam budaya, ujarnya.
Salvadurai juga menyarankan agar negara-negara berkembang tak mengikuti negara-negara maju sebagai model ideal bagi pembangunan, karena standar tertentu di negara indutrial tak sesuai dipraktikkan.
Contohnya, di kota-kota di negara berkembang, juga negara-negara maju, menciptakan sistem transportasi publik yang didesain dengan baik jauh lebih praktis, efisien, dan tahan lama ketimbang berusaha memastikan setiap orang memiliki mobil pribadi, kata Salvadurai.
Dia berpendapat upaya pembangunan perlu melampaui “daftar negara kaya” dan langsung menjawab kebutuhan spesifik dari masalah negara-negara kurang berkembang agar lebih efektif dan efisien. Gagasan ini, dengan fakta jumlah penduduk dan kebutuhannya yang akan terus bertambah, mungkin memiliki beberapa manfaat .
[palakat]
Medio September, PBB dan para pemimpin masyarakat sipil bertemu dalam suatu panel untuk membahas beberapa tantangan hingga komponen-komponen penting dalam pembangunan ekonomi dan sosial, terutama kesehatan dan pendidikan. Ini merupakan bagian dari inisiatif Aksi 7 Milyar, sebuah kampanye penyadaran yang bertujuan mewadahi individu, kelompok bisnis, pemerintah, dan pihak lainnya guna memudahkan aksi bersama.
Meski sumberdaya yang dibutuhkan untuk mendukung 7 milyar penduduk dunia tak lebih besar secara proporsional daripada yang diperlukan untuk mendukung 6,8, atau 6,9 milyar, UNFPA menyebutnya sebagai tonggak bagi “seruan aksi yang langka untuk memperbarui komitmen global terhadap kesehatan dan dunia berkelanjutan.”
Sekjen PBB Ban Ki-moon menyatakan dalam pembukaan panel tersebut bahwa mereka yang lahir sekarang menghadapi “sebuah dunia penuh kontradiksi”, yang mengandung kemiskinan ekstrem sekaligus kekayaan melimpah, dan masyarakat kelaparan di tengah makanan berlimpah. Paradoks ini menunjukkan apa yang dia sebut “implikasi luas” dari dunia berpenduduk 7 milyar.
Krisis pangan dan air, migrasi, konflik tanah merupakan sebagian masalah yang harus ditangani penduduk bumi yang terus bertambah, ujar Babatunde Osotimehin, Direktur Eksekutif UNFPA yang menjadi salah satu panelis dalam pertemuan itu. Dan sementara kesehatan, keluarga berencana, dan pendidikan mesti menjadi prioritas, “tak ada satu ukuran yang cocok untuk semua” solusi, Osotimehin menekankan.
Menganalisis secara kritis keadaan setiap negara akan menentukan langkah apa yang akan paling berkontribusi untuk pembangunan negara itu, ujarnya.
Hal sama dikatakan Carsten Staur, perwakilan tetap Denmark untuk PBB, yang mengingatkan bahwa pembangunan harus dilakukan secara berkelanjutan.
“Tujuh milyar pada intinya panggilan” untuk menggerakkan negara tentang pentingnya pembangunan ekonomi berkelanjutan, ujarnya. Dia menambahkan, ini menimbulkan pertanyaan: tindakan apa yang harus diambil untuk menciptakan pembangunan berkelanjutan, terutama karena jumlah penduduk dunia bertambah, dan sumberdaya apa yang dikonsumsi dengan laju cepat.
Dengan tingkat pertumbuhan sekarang, penduduk dunia diperkirakan mencapai 9 milyar pada 2050 dan 10 milyar pada 2010, menurut PBB.
Osotimehin berkata kepada IPS bahwa 1.8 milyar remaja di dunia, 90 persennya tinggal di negara-negara berkembang, harus “menghadapi tahap pembangunan berikutnya” dan karenanya perlu akses pendidikan dan sumberdaya lain.
Pemberdayaan Perempuan Kunci Pembangunan
Pemberdayaan dan investasi pada perempuan dan gadis remaja masih dan akan terus menjadi elemen penting dalam upaya dan inisiatif bagi pembangunan negara, hal yang disepakati para penelis. Moderator Riz Khan, pembawa acara televisi internasional, mengatakan bahwa di dunia berkembang perempuan memimpin inovasi.
Perempuan menghasilan setengah pangan dunia dan melakukan 66 persen pekerjaan di dunia, namun mendapat penghasilan hanya 10 persen dari pendapatan dunia dan hanya satu persen yang memiliki properti, ujar badan Perempuan PBB.
Osotimehin berkata UNFPA perlu “menciptakan kesadaran dan kebutuhan akan hak-hak manusia … terutama perempuan dan gadis remaja” yang merupakan sektor paling rentan dari populasi, dan memastikan pendidikan gadis remaja sebagai prioritas.
Badan-badan PBB, termasuk UNFPA dan Perempuan PBB, mengakui bahwa hambatan budaya dapat merintangi pemberdayaan perempuan, khususnya tradisi yang menganjurkan anak gadis berdiam di rumah dan tak boleh ke sekolah, serta menikah dini. Badan-badan PBB ini menekankan bahwa pemerintah dan insiatif masyarakat akar-rumput harus menumbuhkan harapan dan memungkinkan anak gadis pergi ke sekolah serta perempuan dapat mengontrol kapan dan berapa anak yang mereka inginkan.
Naveen Salvadurai, salah seorang pendiri Foursquare dan anggota panel, menyoroti manfaat media baru untuk mendidik anak gadis. Untuk tahu bagaimana pendekatan orang lain atas masalah serupa, para remaja merangkul media dan jejaring sosial, yang melintasi beragam budaya, ujarnya.
Salvadurai juga menyarankan agar negara-negara berkembang tak mengikuti negara-negara maju sebagai model ideal bagi pembangunan, karena standar tertentu di negara indutrial tak sesuai dipraktikkan.
Contohnya, di kota-kota di negara berkembang, juga negara-negara maju, menciptakan sistem transportasi publik yang didesain dengan baik jauh lebih praktis, efisien, dan tahan lama ketimbang berusaha memastikan setiap orang memiliki mobil pribadi, kata Salvadurai.
Dia berpendapat upaya pembangunan perlu melampaui “daftar negara kaya” dan langsung menjawab kebutuhan spesifik dari masalah negara-negara kurang berkembang agar lebih efektif dan efisien. Gagasan ini, dengan fakta jumlah penduduk dan kebutuhannya yang akan terus bertambah, mungkin memiliki beberapa manfaat .
[palakat]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar