Zona Malam - Pengakuan siswi SMPN di kawasan Jl Sunan Drajat, Paciran, Lamongan yang menjadi korban perkosaan ini sungguh kelewatan. Peristiwa yang menggemparkan itu diduga hanyalah rekaan Seli Selvia (14).
Polisi dan juga para wartawan yang meliput peristiwa itu sama sekali tak menduga kalau gadis berwajah imut ini bisa berakting bak aktris Hollywood. Tragisnya, kebohongan Seli baru terkuak 13 hari setelah polisi jungkir balik menyelidikinya.
Bayangkan saja, Senin (12/9/2011) siang, Seli dengan diantar paman dan bibinya datang ke Mapolres Lamongan. Ia mengaku diculik dua pemuda bersepeda motor sepulang dari sekolah, Sabtu (10/9/2011). Ia dibawa ke tengah hutan untuk diserahkan kepada Alin (30). Perjaka tua inilah yang memerkosa dirinya hingga nyaris pingsan. Seli mengaku diselamatkan pencari rumput.
Saat dibawa petugas ke ruang Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA), selang sehari setelah kejadian, Seli masih berjalan dengan tertatih-tatih dengan dua kaki direnggangkan. Wajahnya cengar-cengir seolah menahan sakit nyeri. Itu sebabnya, dua petugas Polsek Paciran yang menangani dan menyelidiki kasus ini juga yakin bahwa Seli benar-benar korban perkosaan. Karenanya, hari itu juga korban dimintakan visum et repertum ke RSUD dr Soegiri.
Lantaran kasus itu dilimpahkan ke Mapolres, Kanit Reskrim Unit 1 Aiptu Supriyanto bersama anggota menyelidiki kasus ini hingga ke Paciran, termasuk ke tempat tinggal Seli di Desa Takerharjo, Kecamatan Solokuro, Lamongan.
Dari penyelidikan inilah polisi menemukan sejumlah kejanggalan. Alin, pria yang dituding memerkosa korban, ternyata pada saat kejadian, Sabtu (10/9/2011), berada di rumah sehari penuh. Alin yang dikatakan memerkosa gara-gara cintanya ditolak korban ini baru keluar rumah sekitar pukul 17.00 WIB.
Dua pemuda yang disebut-sebut menculik korban juga tak ada jejaknya sama sekali. Berdasar kesaksian Alin, Fatih, H Syukur, pemilik warung, dan Fahat (anak H Syukur) serta hasil olah TKP, polisi memastikan bahwa laporan Seli hanyalah cerita bohong.
Saat kejadian, Sabtu (10/9/2011), ternyata Seli memang pulang sekolah lebih awal, sekitar pukul 10.00 WIB. Ia duduk-duduk santai di sebelah warung H Syukur, sekitar 50 meter dari sekolah. Setengah jam kemudian datang Fatih (13), teman yang juga tetangganya.
Dari pukul 10.30 WIB hingga 14.00 WIB, Seli dan Fatih bertahan duduk di tempat itu. ”Saya lihat mereka asyik mengobrol sampai jam dua,” kata H Syukur yang juga dibenarkan Fahat, anaknya. Syukur dan Fahat tidak tahu kemana mereka pergi setelah itu. Yang jelas, Seli dibonceng Fatih dengan Honda Grand.
Lantas apa kata Fatih? Cowok ini mengaku ngobrol berjam-jam dengan Seli untuk menagih utang. Seli pinjam uang Rp 200.000 kepada Fatih. “Ya saya tagih, karena sudah berbulan-bulan dia tak mau bayar,” ujar Fatih.
Dari dekat warung H Syukur, Fatih mengajak Seli pindah tempat ke gardu di pinggir jalan raya yang bersebelahan dengan wilayah Hutan Brumbun. Di tempat baru itu, Fatih kembali mendesak Seli untuk melunasi utang. Karena proses penagihan utang selama berjam-jam tak membuahkan hasil, Fatih memulangkan Seli ke rumahnya di Desa Takerharjo. Saat tiba di rumah Seli sekitar pukul 14.30 WIB, menurut Fatih, paman dan bibi Seli sedang tidak ada di rumah.
Tapi, sejak melapor ke polres, Seli menutup diri. Hingga hari ke 13, penyidik belum bisa mengkroscek keterangan para saksi dengan Seli. Setiap kali ditemui penyidik dan ditanya mengenai peristiwa yang dialami, Seli berpura-pura pingsan. Sementara hasil visum menyebutkan, luka di vagina gadis ini adalah luka lama, bukan karena perkosaan yang baru dialami.
Kasat Reskrim Polres Lamongan AKP Rofiq Ripto Himawan, Jumat (23/9/2011) pagi, menyatakan, “Tidak hanya polisi dan wartawan, semua dibohongi, termasuk keluarganya.”
Rofiq memastikan akan menjerat Seli dengan Pasal 220 KUHP karena telah memberikan keterangan palsu. Untuk sementara polisi menyimpulkan bahwa Seli panik karena tak bisa membayar utang Rp 200.000. Dengan mengarang cerita seperti itu, ia berharap Fatih akan iba dan tak lagi menagih utang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar