Rabu, 29 Oktober 2008

RAHASIA SIMPAN TALI PUSAT TERKUAK

Oleh: Marsudijono

TERKAIT kehidupan manusia, masyarakat Jawa mempunyai tradisi mengadakan selamatan, dimulai sejak manusia masih berada dalam kandungan, lahir ke dunia, sampai dengan kematiannya. Salah satu selamatan tersebut dinamakan puputan.

Biasanya, bayi antara umur sepuluh hari sampai dua minggu, tali pusarnya sudah putus. Setelah tali pusar atau tali pusat putus, lalu diadakan selamatan yang dinamakan puputan atau pupak puser. Puputan asal kata dari puput (bahasa Jawa), yang artinya putus. Tujuan selamatan ini agar bayi selalu diberi kesehatan dan keselamatan dalam hidupnya. Kemudian tali pusat tersebut dikeringkan dan disimpan.

Ada kepercayaan bahwa tali pusat ini mempunyai kasiat untuk menyembuhkan. Bila sang empunya tali pusat sakit, maka tali pusat tadi direndam dengan air panas beberapa saat, kemudian air diminumkan. Dengan meminum air hangat bekas rendaman tali pusat tadi, diharapkan penderita sembuh.

Peranan Tali Pusat
Dalam buku berjudul Sembilan Bulan Pertama dalam Hidupku yang diterbitkan oleh Yayasan Cipta Loka Karya disebutkan, bahwa untuk pertumbuhan bayi, sang bayi harus mendapat sejumlah zat hidup yang cukup besar; makanan, zar asam, dan air. Semuanya ini disampaikan oleh ibunya melalui plasenta atau tembuni. Plasenta ialah alat yang memegang seluruh konsumsi bayi sampai saat kelahirannya. Plasenta memang merupakan kue bagi bayi dan bentuknya juga mirip bentuk kue. Plasenta itu berakar dalam selaput lendir rahim. Pada bulan keempat garis tengahnya kurang lebih delapan senti. Sesudah kelahiran, plesenta itu dilepaskan dan didorong keluar. Garis tengahnya bertambah menjadi kurang lebih 20 cm dan beratnya hampir setengah kilogram.

Plasenta adalah suatu alat yang sanggup menjawab berbagai kebutuhan, pendeknya serba guna. Plasenta dapat menjalankan bermacam-macam fungsi sekaligus seperti fungsi paru-paru, buah pinggang, usus, hati dan kelenjar hormon. Pula, plasenta menghasilkan zat untuk memberantas infeksi. Plasenta menjalankan fungsi paru-paru dewasa sebagai berikut; dalam plasenta karbon-dioksida (CO2) yang meninggalkan peredaran darah bayi ditukar dengan oksigen (O2), yang melalui peredaran darah ibu dibawa dari paru-paru kepada plasenta. Darah bayi mengalir melalui tali pusat ke plasenta dan tak pernah meninggalkan sistem pembuluh darah tertutup itu. Pertukaran karbondioksida dengan oksigen, dari bahan terpakai dengan bahan makan baru, diadakan melalui dinding pembuluh yang halus.

Pada saat tali pusat keluar, darah tidak lagi lewat jalan ini. Jika bayi sudah bernapas pertamakalinya, darah harus melalui paru-paru untuk mengambil oksigen di situ. Kini sebuah katup atau klep yang besar di jantung harus ditutup, sehingga darah yang sudah dipakai dipisahkan dari darah segar. Dalam beberapa menit sesudah kelahiran bayi harus mulai bernapas, supaya menerima oksigen. Darah terakhir dari plasenta yang masih mengandung oksigen diterima bayi pada saat ia dilahirkan. Peredaran darah dalam tali pusat terputus segera kalau kena udara. Alam menjaga penutupannya dengan zat semacam agar-agar yang terletak di sekeliling tiga batang pembuluh dari tali pusat. Zat ini membesar kalau kena udara dan menjepit pembuluh-pembuluh darah seperti sebuah jepitan. Pemotongan tali pusat tak berdarah. Juga kalau tidak diputuskan, tali pusat ini—serta plasenta di ujung lain—menjadi kering, dan lepas dengan meninggalkan bekas biasa, yaitu pusat. Pada umumnya plasenta dilahirkan segera sesudah bayi. Pada kelahiran, plasenta melepaskan diri dari semua ikatan. Tali pusat dan plasenta telah mengakhiri tugasnya masing-masing pada saat kelahiran.

Bank Darah Tali Pusat
Pemanfaatan darah tali pusat untuk terapi penyakit telah dimulai pada tahun 1988 di Perancis. Tali pusat bayi bisa berperan penting karena mengandung sel-sel induk. Sel induk (stem cell) yang diambil dari darah yang berasal dari tali pusat, dapat dimanfaatkan untuk pengobatan beberapa penyakit seperti diabetes, lupus, kanker payudara, kelainan darah seperti talasemia, dan leukimia (kanker darah).

Sel induk dapat digunakan dengan cara transpalasi sel dan terapi sel. Pada transpalasi, sel induk dimasukkan ke aliran darah pasien sehingga bermigrasi ke sumsum tulang dan berdiferensiasi menjadi tiga sel, yakni sel darah merah, darah putih, dan keping darah. Hal itu untuk dilakukan untuk menggantikan darah dan mengembalikan sistem kekebalan tubuh.

Sel induk disimpan dalam tabung bersuhu minus 196 derajat celcius dan secara teoretis dapat bertahan selama-lamanya. Volume darah pada tali pusat yang diambil sekitar 22,5 ml. Pada pemanfaatannya, sel induk dapat digunakan bagi saudara kandung pemilik tali pusat dengan kemungkinan kecocokan 50-70 persen. Sedangkan bagi orang tua, tingkat kecocokannya 25-50 persen.

Saat ini pengambilan dan penyimpanan darah tali pusat dapat dilakukan di Perancis, Singapura, maupun di Indonesia. Biaya pengambilan darah memerlukan dana sekitar Rp9 juta. Sedangkan biaya penyimpanan setahun dipungut kurang lebih Rp1,5 juta.

Penutup
Benda-benda yang terkait dengan kelahiran seorang manusia, seperti air ketuban, tali pusat, dan ari-ari mempunyai kedudukan yang unik bagi sebagian orang, khususnya suku Jawa. Pecahnya air ketuban sebagai pertanda akan adanya proses kelahiran. Tali pusat dirawat dan disimpan, karena dipercaya sebagai obat bagi si empunya tali pusat. Demikian juga dengan ari-ari, dirawat, lalu di kubur di depan atau di belakang rumah layaknya seorang manusia. Ada juga yang digantung di plafon. Ditanam di sekitar rumah atau digantung di atap rumah, dengan harapan pemilik ari-ari, kerasan tinggal di rumah atau tidak pergi jauh. Sebagian orang melarung atau menghanyutkan ari-ari di laut, dengan harapan agar si manusia baru ini menjadi perantau.

Beberapa tahun yang lalu ari-ari atau plasenta dimanfaatkan, di antaranya untuk bahan kosmetik, disusul kemudian dengan pemanfaatan darah tali pusat untuk terapi penyembuhan beberapa penyakit, bagi si pemilik tali pusat, maupun saudara-saudara kandungnya. Rahasia kebiasaan merawat dan menyimpan ari-ari dan tali pusat yang selama ini berdasarkan petunjuk turun-menurun dari leluhur—di mana belum memerhitungkan faktor higienis—saat ini telah terkuak secara ilmiah, di mana ternyata darah dari tali pusat secara medis mempunyai manfaat untuk pengobatan.[m]

* Marsudijono adalah karyawan Divisi Pemasaran BBM Industri dan Marine PT Pertamina. Ia juga alumni Sekolah Penulis Pembelajar yang saat ini sedang menyusun sebuah buku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman