Maka perlu ditegaskan bahwa kegiatan
seks sebagai penyaluran kebutuhan biologis saja,
sangat berbeda dengan seks yang bisa menghasilkan anak.!!!
Kalimat “cinta tanpa syarat”, pasti kita semua sudah pernah membacanya, dan mungkin sudah melaksanakannya. Tetapi bagaimana dengan fenomena “seks tanpa syarat”…? Jika membahas soal ini, pasti akan ramai dan banyak debat akan digerai, di mana ujungnya adalah makna kata “moral” yang jadi primadona untuk diketengahkan sebagai wasitnya.
Membicarakan “seks tanpa syarat”, selain terkaitnya makna kata “MORAL”, yang tidak bisa kita lepaskan adalah makna kata “hak”, yaitu HAK untuk menikmati apa yang kita mau, dan apa yang bisa kita dapat, tanpa menganggu orang lain. maka tidak heran,sekarang banyak masyarakat di kota - kota besar menjalani kehidupan ’seks tanpa syarat’ ini, baik single dengan single, maupun double dengan double.! yang lebih gawat lagi, hal ini berkembang subur di rumah-rumah kost mahasiswa.!
Sejak zaman purba, seks merupakan kebutuhan biologis mahluk hidup yang tidak bisa dihindari dan tidak bisa dihilangkan, yang ada adalah kesempatan untuk mengendalikan penyaluran keinginan biologis ini secara bijaksana, dan jangan lupa aman terkendali!
Maka perlu ditegaskan bahwa kegiatan seks sebagai penyaluran kebutuhan biologis saja, sangat berbeda dengan seks yang bisa menghasilkan anak.!!!
Sayangnya, banyak anak muda melupakan dan melakukan kegiatan penyaluran kebutuhan biologisnya dengan tidak memperhatikan “keamanan”, akhirnya menjadi polemik berkepanjangan jika sampai terjadi hamil!
Kita melihat drama kehidupan yang memprihatinkan, di mana beberapa mahasiswi harus menjadi korban pembunuhan teman main seksnya, karena kepanikan dalam menangani masalah kehamilan di luar perhitungan ini.
Tulisan ini bukan dimaksud untuk menilai benar atau salah, suci atau tidak suci seseorang melakukan hubungan seks di luar pernikahan. itu sepenuhnya tanggung jawab diri masing-masing, sebagai orang tua kita tidak bsia mengawasi 100% gerak hidup anak-anak kita, tetapi berdasarkan pengalaman melihat, anak-anak yang diberi pengertian akan bahaya dan resiko seks bebas, mereka lebih waspada dalam memandang kegiatan seks ini, dibanding anak-anak yang terkekang dengan banyak peraturan dan kemarahan orang tuanya tentang pergaulan anak-anak mereka.
Kembali pada topik di awal tulisan ini, yaitu membicarakan “seks tanpa syarat”, yang selanjutnya akan kita singkat saja dengan STS. Kita ingat juga dengan istilah “free sex”, yaitu istilah dari negara Barat, di mana kondisi pelaku “free sex” bebas dari keterikatan komitmen, seperti harus menikahi, atau harus setia pada satu orang saja dan sebagainya. Sebagai contoh, anak muda di negara Barat bisa berucap pada kekasihnya: “Saya cinta kamu, tetapi sekarang saya mau berhubungan intim dengan temanmu.” Di sini kita melihat bagaimana seseorang bisa bicara terus terang bahwa mencintai dan berhubungan intim adalah hal yang berbeda.
Nah, sekarang apa yang dimaksud dengan STS itu? Kita sudah tahu dengan seks yang dibayar, di mana wanita mendapat gelar pelacur, dan lelaki mendapat gelar gigolo. Tetapi bagaimana dengan STS ini? Ternyata seks tanpa syarat ini sudah lama menjadi semacam model dari pergaulan modern di kota-kota besar, termasuk di negara kita. Banyak istilah kita dengar, mulai dari SAL (sex after lunch) atau BBS (bobo bobo siang), bisa juga BBSS (buang-buang sperma sore), dan masih banyak istilah lainnya.
Seks tanpa syarat dimaksud adalah bersih dari imbalan bentuk uang atau barang, dan tidak terikat perasaan harus setia dengan seorang saja, atau harus menikahinya dan sebagainya. Yang menjadi syarat hanyalah sebuah KOMITMEN yaitu “TANPA TUNTUTAN” yang berlaku pada kedua pihak.
Di internet banyak beredar tip-tip untuk relasi seperti ini, misalnya carilah teman untuk kegiatan ini yang setara dalam pendidikan, ekonomi, dan cara berpikir. Sebab, tidak tertutup kemungkinan relasi tanpa syarat ini menjadi masalah dan bumerang yang akan melukai pelakunya, apabila didapat pengingkaran untuk komitmen yang sudah disepakati, yaitu tanpa tuntutan apa pun, dan tidak mengganggu kenyamanan hidup orang lain dari masing-masing pihak.
Gegap gempita hidup di kota-kota besar, bukan berarti kita harus lebur dengan gaya hidup sebagian penghuninya, jelas sebagai makhluk merdeka kita juga punya kemerdekaan diri untuk berkata TIDAK atas ajakan STS ini.!
STS ( Seks Tanpa Syarat ) http://ceriwis.us
Tidak ada komentar:
Posting Komentar