Senin, 26 September 2011

Bahan Bakar Nusantara; Hasilkan Bensin Murah Dari Plankton. Wow!

Bahan Bakar Nusantara; Hasilkan Bensin Murah Dari Plankton. Wow!:
Bahan Bakar Nusantara; Hasilkan Bensin Murah Dari Plankton. Wow!
BSW Adji Koesoemo, Penemu Bahan Bakar Nusantara
CICIT Sultan Hamengkubuwono VII, Adji Koesoemo tidak menamatkan kuliahnya dari Fakultas Filsafat UGM, Yogyakarta. Dia hanya setahun menempuh pendidikan di bangku universitas ternama itu pada 1986. Dia kemudian banyak mengisi waktunya dengan unjuk rasa, hal yang masih ditabukan Orde Baru saat itu.

"Saya pernah merasakan kerangkeng Order baru," ujar Adji ditemui Persda Network pada acara penyerahan bibit padi Merah Putih hasil budi daya lembaga Indonesia Bangkit Yogyakarta yang dipimpinnya, di Salatiga, Jawa Tengah.

Guru Besar Universitas Gajah Mada Prof Damarjati Supadjar menyebut Adji manusia sangat cerdas. "Adji Koesome itu mahasiswa saya yang tidak lulus, karena kepintaran, bukan karena tidak pintar. Dia menemukan energi, yang dihasilkan plankton sebelum fosil. Biaya produksi satu liter bensin kurang dari 500," ujar Damarjati melalu telepon kepada Persda Network.

Temuan BBN sudah disampaikan kepada pemerintah, namun kurang mendapat repons. Kemudian, menurut Damarjati, saat ini sedang dikembangkan TNI AL. Bahkan Presiden Venezuela Hugo Chaves, mengatakan sangat tertarik mengembangkan energi alternatif ini.

"Bensin berbahan planton ini sudah terbutki. Waktu kami demonstrasi di depan seorang tentara Cina, BBN menyala dan bagusnya tidak panas. Kalau tidak terbukti, mana mau saya mau ngomong di depan umum," ujar Damarjati yang mengaku kenal dekat dengan banyak peneliti termasu penemu blue energy asal Nganjuk Joko Suprapto.

Lebih jauh, Adji menerangkan asal-asul inspirasi penemuan BBN dari plankton. "Pikiran saya saederhana saja. Premium yang sekarang kita pakai kan hasil plankton yang mati jutaan tahun kemudian jadi fosil. Lalu saya berpikir, mengapa tidak dipotong prosesnya, langsung menggunakan bahan baku biota laut, plankton yang sangat banyak kita temui," ujarnya.

Menurut ayah tiga anak ini, jika produksi BBN dapat dilakukan secara massal, maka Indoneisa tidak gunjang-ganjing oleh kenaikan harga BBM. "Kalau negara mendukung, saya bilang negara bukan pemerintah orang per orang, dan produksi dapat dilakukan dengan mengubah semua infrastruktur SPBU, dalam dua tahun Indonesia tidak akan kekurangan BBM," kata Adji yakin.

Produksi BBN, menurut dia dapat dilakukan massal, dengan kapasitas tak terbatas. Dengan menggunakan plankton, biota laut lainya akan terlindungi. Tidak ada proses perusakan terumbu karang, dan ikan-ikan serta potensi laut. Bahkan dia sedang menguji coba budidaya plaknton di darat. Perkembangbiakan plankton sendiri cangat cepat, seperti deret ukur atau perhitungan dengan perkalian.

"Penangkaran plankton pada areal satu meter persegi dapat memproduksi bensin 14 liter per sepuluh hari, dengan ongkos produksi hanya Rp 380. Kalau ini dikembangkan kita dapat menikmati BBM harga murah," ujarnya.

"Proses produksi sangat sederhana. Ke depan, dalam proyek besar, tanker minyak bisa sambil menyedot plankton, diolah kemudian langsung membawa minyak," tandasnya.

Dr. Supranto yang Ketua Pasca Sarjana Teknik Kimia Universitas Gagah Mada (UGM) Yogyakarta membenarkan adanya temuan biota laut yang dapat diolah jadi minyak. Biota laut yang dikembangkan berupa tumbuhan atau sejenis rumput laut. Atau tanaman rendah yang bayak mengandung asiri dan hidro karbon.

“Biota laut jenis ini tidak terlihat mana batang, daun ataupun bunga, karena bentuknya sama semua. Dan jenis ini memang bisa dikembangkan di darat dengan kadar kelembapan udara tertentu,” jelas bapak murah senyum ini.

Dikatakan lebih lanjut, untuk pengolahan bisa ditempuh dengan dua cara. Yaitu, dengan ekstilasi, dimana biota laut diolah dengan cara dilarutkan dalam solven atau pelarut. Pelarut bisa berupa etanol, alkohol atau benzena.

Cara kedua lewat langkah destilasi. “Atau orang biasa menyebutnya cara penyulingan. Relatif lebih murah dari langkah yang pertama. Karena dengan sistem pemanasan, akan dipisahkan menjadi bahan bakar padat, cair dan gas,” terangnya lagi.

Bahan bakar gas yang dimaksut LPG biasa dipakai untuk keperluan masak. Sedang yang cair bisa berupa minyak tanah, solar dan bensin. Dan dari hasil penyulingan itu, akan dihasilkan pirolosis atau termal craking. Itupun masih harus dipisahkan lagi antara bensin, solar, dan minyak tanah. Dan bensin yang dihasilkan mengandung oktan antara 86-94 atau hampir setara Pertamax.

Juga akan terasa agak wangi karena kandungan alkoholnya tinggi. “Dan tidak menutup kemungkinan bahwa temuan Adji ini merupakan loncatan yang luar biasa dan harus digandeng oleh pemerintah selaku pihak yang sangat berkompeten,” tutupnya penuh harap. (DetikForum)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman