Jumat, 31 Oktober 2008

CANTIK ALAMI ATAU KIMIA

CANTIK ALAMIAH ATAU KIMIA -
Oleh: Saumiman Saud

Wajah cantik, siapa yang tidak suka! Tentu semua orang suka, bukan? Mulai anak kecil, remaja, pemuda hingga orang dewasa bahkan orangtua suka akan yang cantik. Itulah sebabnya tidak heran, banyak kaum wanita yang tidak sungkan-sungkan menghabiskan uang belanjanya hanya mengurus masalah kecantikan. Ia rela memaksakan diri diet supaya tubuhnya langsing dan elok dipandang. Berpuasa pun tidak menjadi soal, asal kelihatannya cantik. Apa sebenarnya guna kecantikan itu?

Wow, kecantikan itu rupanya untuk dilihat dan dipandang oleh orang lain selain diri sendiri. Kadang-kadang karena masalah kecantikan ini cermin yang ada itu menjadi korban hanya gara-gara di wajahnya muncul sebutir jerawat, sebab kemarin malam ia tidak dapat menahan selera terhadap kacang yang gurih itu. Lalu mulailah ia mengoleskan diri dengan berbagai bumbu eh salah dengan berbagai bedak dan krim agar secepatnya mengusir jerawat nakal itu.

Saya pernah dikirim sebuah email yang berisi wajah artis cantik di kala tidak bersolek, wah wajah mereka ternyata lebih jelek dari dari para wanita-wanita yang secara umum dilihat oleh mata manusia itu jelek. Dengan kata lain, ternyata kecantikan mereka itu hanya merupakan polesan belaka, atau kasarnya tipuan. Saya berpikir jika ada kesempatan, kita membuat kepanitiaan kontes kecantikan para wanita tanpa bersolek. Nah, pada waktu itulah akan ketahuan, siapa sebenarnya yang cantik secara alamiah atau yang cantik secara “kimia”, maksudnya dipoles dengan bedak-bedak dan gincu serta “spidol” yang mahal itu.

Suatu hari ada seorang suami yang merasa agak jengkel pada isterinya, sebab ia suka bersolek dan memilih pakaian berjam-jam lamanya setiap hendak bepergian. Apalagi ditambah dengan setiap pakaian yang dicoba itu selalu ditanyakan pada sang suami, “sudah cantik belum saya begini atau begitu”. Sementara sang suami sudah menjawab “ya , cantik” , tetapi sang isteri masih tidak puas. Lalu menggantikan lagi dengan pakaian yang lain. Setelah berulang kali gonti-ganti pakaian, sang suami berkata, “bukankah cukup kalau saya sudah mengatakan kamu itu sudah cantik”? Mau dipamerkan untuk siapa lagi?

Di dunia nyata kita, kecantikan itu memegang peranan yang sangat penting, misalnya para manajer merekrut sekretaris, pastilah ia memilih yang berwajah cantik. Lalu para artis juga pada umumnya yang cantik-cantik dan para pria memilih pacar, pasti memilih yang cantik, walaupun sesungguhnya kecantikan itu sangat subjektif sekali, namun menurut standar kacamata pria itu calon isterinya pasti yang paling cantik di dunia. Sesungguhnya wanita yang paling cantik di dunia dari jaman “dahoeloe” sampai sekarang hanya satu, yakni Hawa, karena waktu itu tidak ada saingannya. Kalau sekarang sudah banyak sekali wanita yang cantik-cantik di dunia ini.

Ukuran pasangan yang ideal seseorang itu sebenarnya bukan masalah cantik atau tidak, coba lihat nenek-nenek dan kakek-kakek yang sudah tua, mereka masih setia bergandengan tangan pergi ke mana-mana, masih akrab dan saling menyayangi. Kalau kecantikan merupakan standar, pastilah sudah jauh-jauh hari mereka berpisah, karena saat ini mereka sudah TOP alias sudah Tua, Ompong, dan Peot. Pertanyaannya, mengapa demikian? Karena bukan kecantikan yang sebagai ukuran, tetapi ada sesuatu yang melebihi dari kecantikan itu, yang yang berada di dalam hati yang terdalam itu (inner beauty).

Ingat, kita tidak boleh terkecoh, jangan mencintai seseorang karena kecantikannya, namun karena kita mencintainya maka dia menjadi cantik. Makanya tidak heran sering ditemukan wanita yang wajahnya cantik, kebanyakan pasangannya di luar perhitungan kita artinya tidak setampan yang kita anggap sepadan. Saya katakan “kebanyakan” yang artinya tentu tidak mutlak. Hal ini membuktikan bahwa ternyata kecantikan itu tidak penting di dalam masalah cinta-mencintai. Namun bukan berarti pula para wanita tidak perlu bersolek, sehingga mereka tampil apa adanya dan membiarkan tubuhnya gembrot melorot. Kalau ini terjadi maka dunia tidak seindah sekarang ini, walaupun sesungguhnya kecantikan itu banyak bohongnya.

Sekarang permisi tanya, kalau kecantikan itu tidak terlalu penting, lalu apanya yang penting? Terus terang apa artinya seorang wanita itu cantik rupawan, namun hidupnya tidak karuan. Hatinya jahat, suka mabuk-mabukan, candu narkoba, perokok berat, suka ngomong jorok, berpakaian yang seronok dan sebagainya. Di dalam Bible dikatakan “seperti anting-anting emas di jungur babi, demikianlah perempuan cantik yang tidak susila” (Amsal 11:22 ). Pemandangan terhadap wanita yang model beginian membuat standar para wanita cantik itu menjadi tenggelam dan murahan. Belum ditambah dengan para wanita cantik itu biasanya banyak teman prianya, kemungkinan besar juga banyak pacarnya. Nah kalau itu terjadi, maka standarnya akan bertambah melorot, ia ibarat piala bergilir yang gonta-ganti pemiliknya.

Ada satu kecantikan yang tidak dapat dibeli dan tidak dapat hilang, yakni kecantikan dalam yang disebut kecantikan batiniah. Walaupun kita tidak mengupas sampai jauh mendalam, karena ini bagiannya psikologi, namun kita dapat melihat bahwa kecantikan yang ada di dalam itu melebihi segalanya. Itulah sebabnya mengapa di dalam Kidung Agung, Raja Salomo menuliskan tentang “gadisnya yang hitam tetapi cantik” (Kidung Agung 1:5), suatu penilaian yang sungguh-sungguh keluar dari hati yang terdalam, bukan berdasarkan standar yang secara umum. Memang kita sering mengatakan seorang wanita itu “hitam manis”, dan kita tidak pernah katakan “putih cantik”, biasanya kalau putih itu berarti pucat pasi.

Kecantikan yang ada di dalam diri seseorang itu lebih berarti daripada kecantikan di wajah. Di atas sudah dijelaskan bahwa, kecantikan karena wajah itu dapat menimbulkan berbagai problem kebohongan, yang sangat tergantung pada alat-alat kecantikan, lagi pula sifatnya sementara. Tetapi kecantikan yang di dalam tidak demikian, ia sudah terpatri di dalam diri orang tersebut dan tidak pernah luntur.

Seseorang yang cantik dihadapan Tuhan adalah seseorang yang mengerti bahwa kecantikan itu adalah anugerah, dan itu tidak dapat dibeli dengan uang. Itu sebabnya jangan ada yang sombong. Belum tentu orang yang cantik itu akhirnya mendapatkan suami yang tampan, yang kaya, dan segalanya yang terbaik, namun sering kali karena kesombongannya atas kecantikannya itu membuat dia harus dijauhi orang banyak, teman juga sedikit bahkan tidak ada. Tidak sedikit saya temukan ada wanita yang semasa mudahnya cantik, bahkan banyak yang naksir, tetapi karena jual mahal dan sombong, akhirnya ia harus hidup sendirian.

Selain itu orang yang hidupnya cantik di hadapan Tuhan sudah pasti mengasihi orang lain, pengampunan itu akan gampang sekali diberikan. Bagi orang yang di dalam dirinya memiliki kasih yang murni, pastilah ia juga bakal dikasihi orang lain. Namun kalau sampai orang lain membencinya, pastilah ada yang tidak beres. Sangat indah tentunya orang yang cantik juga mengasihi Tuhan, sehingga ada keseimbangan secara khusus. Dengan demikian maka lahirlah mereka yang cantik diri dari dalam, cantik kepribadiannya, cantik karakternya dan juga cantik kerohaniannya. Sedangkan kecantikan di wajah sudah menjadi relatif sekali dan bukan yang terlalu dipentingkan bukan? Orang yang demikian sungguh cantik.

Anda mau memilih yang mana, kecantikannya alamiah atau kecantikan kimia? Yang kimia segera hilang yang alamiah senantiasa ada. Sang Pencipta sangat mengasihi kita, Ia tidak memasang syarat kecantikan pada kita. Artinya, Ia menerima kita apa adanya, tuntutan-Nya hanya satu, penyerahan diri secara total kepada-Nya. Generasi saat ini dan mendatang membutuhkan orang-orang yang cantik secara alamiah, bukan yang kimia. Kecantikan alamiah, tanpa topeng namun cantik secara lahiriah. Sudahkah Anda memilikinya?[ss]

* Saumiman Saud adalah rohaniwan, penulis buku, dan pemerhati yang saat ini berdomisili di San Jose, California, USA. Ia dapat dihubungi via email saumiman@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman