Jumat, 31 Oktober 2008

SISTEM KEPERCAYAAN

Oleh: Syahril Syam

Kita sudah cukup berpanjang lebar mengenai konsep diri ini. Sekarang kita akan menuju pada sistem mental block yang kedua: SISTEM KEPERCAYAAN.

Ketika kita membicarakan tentang sistem kepercayaan, saya tidak mengajak Anda untuk berbicara tentang suatu keyakinan religius tertentu. Mengenai keyakinan religius itu, biarlah menjadi hak Anda untuk menentukan sendiri. Saya hanya mengajak Anda untuk melihat lebih dalam tentang kepercayaan yang Anda pegang, di mana kepercayaan tersebut sangat menghambat kemajuan prestasi Anda.

Kita sudah membicarakan konsep diri di atas. Dan ketika membicarakan konsep diri, maka sangatlah tidak mungkin untuk menghindari pembicaraan mengenai sistem kepercayaan, karena kedua hal ini sangat berkaitan erat. Sistem kepercayaan–sesuai dengan defenisi dalam kamus elektronik Encarta–adalah:

1. Penerimaan terhadap kebenaran yang diyakini
2. Percaya akan sesuatu
3. Prinsip-prinsip atau doktrin yang diterima sebagai suatu kebenaran
4. Suatu pendapat yang diyakini kebenarannya
5. Keyakinan terhadap Tuhan

Berdasarkan defenisi di atas, maka yang saya maksudkan hanya pada defenisi nomor 1 sampai nomor 4 saja. Biarlah defenisi nomor 5 menjadi pembicaraan Anda dan kelompok Anda saja.

Apa pun bentuk kepercayaan Anda, yang jelas bahwa hal itu akan membentuk kehidupan Anda. Jika Anda berpendapat bahwa semakin tinggi sekolah semakin susah, maka hal itu pula yang akan Anda dapatkan ketika Anda semakin menanjak jenjang pendidikan. Kehidupan seperti apa yang Anda jalani hari ini adalah hasil dari kepercayaan Anda di masa lalu. Dan apa pun bentuk kepercayaan Anda hari ini, akan membentuk kehidupan Anda nanti. Jika Anda ingin mengubah kehidupan Anda, maka Anda tinggal mengubah kepercayaan Anda hari ini.

Banyak orang yang selalu percaya bahwa cari uang itu susah, cari pekerjaan susah, cari istri yang cantik susah, cari suami yang setia susah, dan berbagai jenis susah-susah yang lain. Maka apa yang terjadi? Kebanyakan orang kemudian hidup di garis rata-rata, ada uang tapi dikeluhkan sedikit. Andai pun mendapatkan pekerjaan setelah susah payah dicari, tidak sesuai lagi dengan bakat dan minat yang dimiliki. Pilih-pilih calon istri eh… malah dapat istri yang tidak sesuai harapan; begitu pula dengan mencari suami.

Yang jelas, apa pun bentuk kepercayaan Anda, itulah yang Anda dapatkan dalam kehidupan Anda. Oleh sebab itu belajarlah untuk melihat kepercayaan apa yang Anda yakini hari ini, dan bersikaplah objektif: apakah kepercayaan yang saya yakini hari ini telah mendukung kemajuan hidup saya atau belum.

Apa pun itu (konsep diri atau pun sistem kepercayaan), mental block ini tentu saja sangat mempengaruhi pencapaian kesuksesan seseorang. Untuk itu mari kita lihat lebih lanjut uraiannya berikut ini:

PENGARUH MENTAL BLOCK TERHADAP KESUKSESAN
Prescott Lecky, salah seorang pelopor dalam bidang psikologi yang berhubungan dengan mental block, menganggap kepribadian itu sebagai sistem ide-ide, yang keseluruhannya harus konsisten dengan satu sama lain. Ide-ide yang tidak konsisten dengan sistemnya akan ditolak, “tidak dipercayai”, dan tidak ditindaklanjuti. Ide-ide yang tampaknya konsisten dengan sistemnya, diterima. Di pusat sistem ide-ide ini–batu penjurunya, atau dasar di atas mana segala hal yang lainnya dibangun–adalah citra diri individu yang bersangkutan, atau persepsinya tentang diri sendiri.

Lecky adalah seorang guru sekolah dan berpeluang mencoba teorinya pada ribuan siswa. Ia berteori bahwa kalau seorang siswa kesulitan mempelajari pelajaran tertentu, itu mungkin saja karena pandangan siswa tersebut bahwa ia merasa kesulitan mempelajarinya. Tetapi Lecky percaya, bahwa kalau sang siswa bisa dibujuk untuk mengubah defenisi dirinya, kemampuan belajarnya pun juga seharusnya berubah.

Ini terbukti benar. Seorang siswa yang keliru mengeja 35 kata dari 100 kata dan gagal dalam banyak mata pelajaran lainnya sehingga tidak naik kelas, mencapai nilai rata-rata 91 pada tahun berikutnya dan menjadi salah seorang pengeja terbaik di sekolahnya.

Seorang gadis yang putus sekolah dari sebuah kampus karena nilai-nilainya yang buruk, masuk Columbia dan menjadi siswi yang nilainya seluruhnya A.

Seorang anak laki-laki yang diberitahu oleh sebuah biro pengujian bahwa ia tidak berbakat dalam bahasa Inggris, memenangkan kehormatan untuk literatur pada tahun berikutnya.

Masalahnya dengan siswa-siswi ini bukanlah bahwa mereka itu bodoh atau kurang dalam bakat-bakat dasar. Masalahnya adalah mereka memiliki mental block yang menghalangi mereka untuk percaya bahwa mereka bisa sukses. Mereka mempersepsikan diri mereka sebagai orang “gagal”, “tidak mampu”, dan berbagai label-label lainnya yang justru menghambat kinerja otak mereka secara positif.

Dalam buku teman saya, Adi W. Gunawan, yang berjudul Born to be a Genius, menyimpulkan dengan apik (yang sesuai dengan judul bukunya sendiri) bahwa setiap orang yang lahir itu jenius. Masalah utamanya adalah bahwa kebanyakan orang-orang yang “bermasalah” itu memiliki mental block, yang menghalangi kesuksesan mereka. Di buku ini, Adi W. Gunawan memberi contoh temannya, sebut saja Budi, yang lulus sebagai sarjana teknik industri dengan IP 3,78 dan mendapat predikat cum laude dari sebuah perguruan tinggi terkemuka. Skripsi Budi juga terpilih sebagai skripsi terbaik di jurusannya, yaitu jurusan teknik industri.

Berbekal gelar sarjana dan prestasi akademis yang sangat baik, ia memulai hidupnya di masyarakat. Setelah bekerja selama tiga tahun dengan berganti pekerjaan beberapa kali, akhirnya ia mengeluh mengenai keadaan dirinya. Secara finansial ia selalu minus. Penghasilan yang ia peroleh dari pekerjaannya selalu tidak dapat mencukupi kebutuhannya.

Mendengar keluhan ini, seorang kawan Budi, yang kebetulan pengusaha sukses, menyarankan agar ia berubah haluan dengan menjadi pengusaha. Saran ini telah disampaikan oleh temannya itu selama lebih dari tiga tahun tanpa mendapat perhatian dari si Budi.

Selama ini Budi merasa bahwa dia tidak berbakat untuk menjadi pengusaha. Dalam garis keluarganya tidak ada seorang pun anggota keluarganya yang menjadi pengusaha. Ayahnya seorang manajer, tante dan omnya berkarier di perusahaan. Jadi, Budi berpikir bahwa tidak mungkin ia bisa menjadi pengusaha. Budi berpikir sudah menjadi nasibnya bahwa ia harus tetap bekerja di suatu perusahaan, sampai akhirnya Budi benar-benar merasa terjepit dan idak mempunyai pilihan lain.

Setelah membuat keputusan untuk mengubah haluan, di bawah arahan dan bimbingan temannya, hanya dalam waktu kurang dari dua tahun, Budi telah menjadi pengusaha yang penghasilannya lima belas kali lipat dibandingkan dengan penghasilannya saat masih bekerja di perusahaan.

Dengan hilangnya mental block, maka Anda memiliki peluang yang sangat besar dalam meraih kesuksesan. Coba Anda perhatikan diagram di bawah ini:

DAUR EMOSI POSITIF

Emosi Positif—>Kekuatan Otak—>Keberhasilan—>Kehormatan Diri—>Emosi Positif

Begitu emosi Anda positif (hilangnya mental block) maka secara otomatis Anda akan memaksimalkan penggunaan otak Anda, yang berujung pada keberhasilan, sehingga konsep diri/kepercayaan Anda akan semakin positif (kehormatan diri). Dan pengaruh ini akan terus berlanjut dan menjadi lingkaran malaikat bagi Anda.

Untuk melihat lebih jelas lagi akan pengaruh mental block ini, saya akan mengajak Anda untuk melihat contoh menarik yang ditulis oleh Joe Vitale mengenai anjingnya yang bernama Spot:

“Spot adalah seekor anjing tersesat yang saya ambil menjadi milik saya ketika masih kuliah. Tetapi, ia biasa berlari-lari dan menghancurkan kebun tetangga saya, lari menyeberang jalanan dan membuat pengemudi kendaraan harus mengerem mendadak, dan kerjanya hanya mengganggu saja. Maka, saya mengikatnya dengan sebuah rantai kecil. Tetapi, saya merasa bersalah karena mengikat teman yang lucu itu dengan rantai sepanjang satu meter. Saya membeli rantai yang lebih panjang, kebebasan sepanjang dua meter, dan merantai Spot. Saya lalu berjalan sejauh dua meter dan memanggil Spot. Dia berlari–sejauh satu meter. Dia tidak berlari lebih jauh daripada panjang rantainya yang lama. Saya harus berjalan mendekatinya, memegangnya, dan mengajaknya berjalan sejauh rantai sepanjang dua meter tersebut. Sejak itu, ia terbiasa dengan rantai barunya.”

Begitu banyak orang–yang tanpa mereka sadari–telah mengikat kebebasan potensi mereka. Inilah pengaruh yang signifikan antara meraih kesuksesan dan seberapa jauh kita telah melepas “kurungan” diri sendiri. Dan “kurungan” ini paling sering saya lihat di sekeliling saya. Dalam seminar-seminar yang saya bawakan, seringkali saya memperhatikan begitu banyak peserta yang lebih suka duduk di deretan kursi belakang, seolah-olah takut untuk dipanggil maju ke depan. Saya terkadang menyinggung soal ini ketika berhadapan dengan para peserta seminar yang masih pelajar atau mahasiswa. Kenangan buruk akan peristiwa masa lalu yang mungkin pernah dialami, membuat begitu banyak orang yang lebih suka memilih duduk di deretan kursi belakang, supaya merasa lebih “aman”.[bersambung]

* Syahril Syam adalah seorang konsultan, terapis, publik speaker, dan seorang sahabat yang senantiasa membuka diri untuk berbagi dengan siapa pun. Ia memadukan kearifan hikmah (filsafat) timur dan kebijaksanaan kuno dari berbagai sumber dengan pengetahuan mutakhir dari dunia barat. Ia sering disebut sebagai Mind Programmer, dan dapat dihubungi melalui ril_faqir@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman