Minggu, 02 November 2008

INDAHNYA UNIVERSITAS FORMAL, KERASNYA UNIVERSITAS KEHIDUPAN

Oleh: Tan Bun Heng


Kepatuhan pada orangtua
Kalau kita perhatikan tahapan hidup orang Indonesia secara umum dalam hal pendidikan, maka akan dijumpai suatu rutinitas pendidikan formal yang dimulai dari TK hingga akhirnya memasuki suatu masa yang namanya masa kuliah. Setiap tahun di kota-kota besar selalu disibukkan dengan orangtua yang memilih sekolah tinggi/universitas untuk putra-putri tercintanya. Bagi sebagian besar masyarakat yang cukup berada, gelar kesarjanaan merupakan suatu simbol diri bagi anak dan keluarga, suatu simbol Kesuksesan. Dengan ‘cinta kasih’ setiap orangtua berusaha memberikan pendidikan yang terbaik bagi putra-putranya hingga perguruan tinggi.

Anda hanya cukup fokus kuliah saja
Ada anggapan dari sebagian besar orangtua bahwa selama sekian tahun anaknya hanya cukup kuliah saja, tanpa perlu mengikuti kegiatan lain apalagi bekerja dengan alasan akan mengganggu konsentrasi anak dalam menyelesaikan kuliahnya. IP tinggi masih dianggap sebagai tolok ukur keberhasilan seorang mahasiswa. Yang lebih ekstrim adalah munculnya larangan orangtua tertentu kepada anaknya agar tidak mengikuti kegiatan lainnya. Beberapa orang anak akan patuh terhadap pesan/‘ultimatum’ orangtuanya. Untuk kelangsungan kuliah sang anak, orangtua dengan rela menyediakan segala fasilitas yang dibutuhkan oleh anaknya dengan harapan anaknya lulus dengan IP tinggi. Bijaksanakah orangtua dengan cara begitu dan tepatkah sikap anak yang begitu menuruti keinginan orangtuanya ?

Sistem Pendidikan Perkuliahan secara umum di Indonesia
Umumnya pendidikan di perkuliahan tidak berbeda jauh dengan sekolah. Mahasiswa masih dihadapkan pada tugas untuk menghafal teori-teori ketika menjelang ujian/kuis. Artinya secara tidak langsung mahasiswa yang nantinya menjadi seorang sarjana akan menjadi sarjana yang ‘pintar’ hafal namun kurang berdaya dalam hal analisis dan mentalitasnya. Kalau kita perhatikan hari-hari menjelang ujian/kuis maka biasanya tempat fotokopi akan ramai oleh mahasiswa yang mencoba mencari kisi-kisi/‘bocoran’ soal. Selain itu hari-hari ujian merupakan hari-hari terberat bagi mahasiswa karena harus belajar menghafal buku-buku kuliah yang begitu tebal. Hari-hari ujian layaknya sudah seperti kehidupan di ‘neraka’. Budaya mengejar nilai tinggi masih menjadi fokus utama mahasiswa tanpa menyadari arti pendidikan dan kualitas diri yang sesungguhnya.

Universitas kehidupan sesungguhnya
Setiap tahun makin banyak sarjana yang menganggur setelah lulus dari perguruan tinggi. Kenapa hal itu terjadi?
1. Sistem pendidikan di negara ini cenderung mengajarkan seseorang untuk menjadi pekerja, bukan pembuat lapangan kerja baru.
2. Lapangan kerja yang tersedia terbatas.
3. Kualitas lulusan tidak siap menghadapi kehidupan nyata yang demikian keras dan penuh tantangan.

Berita Kompas, Rabu, 24 Januari 2007 menyajikan berita bahwa menurut Biro Pusat Statistik; jumlah pengangguran terbuka per Agustus 2006 berjumlah 10,93 juta orang. Sungguh suatu kenyataan yang bertolak belakang dengan harapan orangtua pada awalnya. Lulusan-lulusan tidak cukup bekal untuk menapaki ‘universitas kehidupan yang sesungguhnya’. Kehidupan begitu keras; terdapat berbagai karakter orang, ditambah masalah yang kompleks. Dunia yang sesungguhnya tidak semudah gambaran kita di atas kertas.

Kasih sayang orangtua yang salah
Kasih sayang setiap orangtua kepada anaknya tidak perlu kita ragukan ketulusannya. Setiap orangtua ingin anaknya meraih kesuksesan dan kebahagiaan. Hanya terkadang orangtua lupa bahwa apa yang dilakukan belum tentu sesuai untuk anaknya. Definisi kebahagiaan dan kesuksesan orangtua belum tentu sama dengan definisi anaknya. Malah justru kadang orangtua secara tidak sadar memperlakukan anaknya seperti dirinya sendiri, ingin anaknya menjadi dirinya. Sering juga metode yang diterapkan oleh orangtua justru akan membawa jurang kehancuran bagi anaknya dan membuat anaknya hidup tapi sebetulnya sudah setengah mati.

Semuanya perlu dilakukan secara bertahap
Kehidupan setiap manusia adalah tahap demi tahap. Seseorang yang ingin bisa berenang, tentunya dia tidak harus menguasai semua teori berenang terlebih dahulu. Yang bijaksana dilakukan adalah dia belajar beberapa langkah, kemudian mulai mencoba; belajar berenang dari tempat yang dangkal, lebih dalam, baru ke tempat yang dalam; berenang dari jarak dekat, lebih jauh, baru kemudian jarak jauh. Kalau cara belajarnya terbalik, dia harus menguasai seluruh teori berenang dahulu, kemudian langsung disuruh berenang jarak jauh dan ditempat yang dalam, dapat dipastikan dia akan mati tenggelam. Hal demikian berlaku juga di dalam kehidupan nyata. Seorang mahasiswa yang ketika masa kuliahnya, kegiatannya sehari-hari hanya mengikuti kuliah saja, cenderung ketika dia lulus menjadi seorang sarjana, akan kebingungan dan tidak bisa apa apa ketika menghadapi dunia pekerjaan. Universitas formal sangat berbeda dengan dunia kerja/bisnis yang sesungguhnya. Sebagai contoh, apakah dalam bekerja/bisnis kita perlu menghafal mati seperti pada saat kuliah? Jawabannya adalah tidak. Sebaliknya yang lebih dibutuhkan adalah daya analisis dalam memecahkan problem yang ada yang dilakukan secara kreatif.

Kuliah adalah masa persiapan yang penting untuk terjun di kehidupan sesungguhnya
Masa kuliah merupakan masa yang penting bagi mahasiswa dalam mempersiapkan diri menghadapi kehidupan bermasyarakat yang nantinya akan memikul tanggung jawab dan lepas dari orangtuanya. Merupakan hal yang positif sekali jika mahasiswa mulai mencari penghasilan tambahan untuk mengurangi beban orangtuanya apakah itu lewat pekerjaan part time, pekerjaan full time atau usaha yang dirintis. Selain itu bisa juga ikut aktif di kegiatan kemahasiswaan yang dapat menunjang bidang yang digelutinya. Jangan mengikuti kegiatan karena kesenangan sesaat, tetapi lihatlah kebutuhan yang sesungguhnya pada masa mendatang. Dengan demikian sedikit demi sedikit mahasiswa akan melihat dunia kehidupan yang sesungguhnya di mana setelah selesai kuliah sudah akan penuh dengan pengalaman dan sudah terbiasa. Orangtua juga sebaiknya tidak melarang anaknya untuk melakukan hal-hal tersebut dengan alasan mengganggu kuliahnya. Fakta menunjukkan bahwa banyak mahasiswa yang tetap lulus dengan nilai tinggi dan tepat waktu walaupun sudah bekerja full time sejak dari awal masuk kuliah.

Anda adalah penentu hidup Anda sendiri
Mungkin beberapa dari Anda sebagai mahasiswa ketika ditawari untuk aktif dalam sebuah organisasi atau suatu pekerjaan yang bermanfaat, menolak dengan alasan orangtua tidak mengijinkan dan tidak berani melanggarnya karena akan dianggap tidak patuh dan tidak menghargai. Justru penghargaan yang sesungguhnya kepada orangtua adalah ketika Anda bisa menunjukkan karya nyata yang betul-betul bermanfaat. Ketika kita bisa membenarkan orangtua dari pandangan yang keliru maka sesungguhnya itu adalah bakti nyata kita sebagai seorang anak. Kalau mau benar-benar jujur, betulkah alasan itu sesungguhnya yang membuat kita enggan? Banyak mahasiswa hidup dalam suatu zona kenyamanan yang telah terbentuk sejak kecil. Semua telah ada, telah disediakan dan tinggal dinikmati saja. Sulit sekali untuk lepas dari zona kenyamanan tersebut. Namun pernahkah Anda berpikir apa yang akan terjadi pada diri Anda seandainya suatu ketika karena ada sesuatu yang terjadi di mana orangtua Anda benar-benar tidak mampu membiayai Anda untuk kuliah, bahkan untuk makan pun tidak bisa. Saat itu apa yang akan Anda lakukan dengan bekal yang tidak cukup? Pepatah “Sedia payung sebelum hujan” hendaknya harus kita lakukan selagi kita memang bisa. Bagaimanapun aturan main yang telah ditetapkan oleh orangtua Anda, satu hal yang perlu Anda sadari adalah bahwa pada akhirnya tidak selamanya orangtua Anda selalu bersama Anda, tidak mungkin orangtua Anda membiayai hidup Anda selamanya. Suatu ketika Anda harus berjuang untuk menghidupi Anda sendiri, bahkan orang lain. Jadi hidup ini adalah Anda yang harus tentukan sendiri, bukan siapa-siapa, karena pada akhirnya Andalah yang akan menjalani kehidupan ini.[tbh]

* Tan Bun Heng adalah lulusan Fakultas Manajemen Informatika, Universitas Bina Nusantara (1998). Semasa kuliah aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial, rohani, pengembangan diri, dan pernah menjabat Ketua Organisasi Rohani Kampus. Saat ini ia berprofesi sebagai motivator dan inspirator di Dynamic Life Solution dan Pengajar/Pembimbing Meditasi Kesehatan dan Ketenangan. Ia dapat dihubungi di 021-92770718,0815-139-99668.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman