Senin, 10 November 2008

Teroris: Sebuah Fenomena Sosial dan Agama?

Oleh: M. Iqbal

Pada kamis siang (24 November 2005) saya memaksakan diri untuk pergi ke perpustakaan UIN Yogyakarta. Sebenarnya teramat berat melangkah kaki ke sana, karena cuaca yang begitu panas serta badan terasa capek setelah paginya masuk kuliah. Tapi, daripada tidur lebih baik saya gunakan waktu tersebut untuk ke perpustakaan. Pukul. 14.00 aku berangkat. Jarak antara kos saya dengan perpustakaan memang tidak jauh, bisa ditempuh dengan jalan kaki dengan memakan waktu sekitar lima menit.

Singkat cerita, saya telah sampai di perpustakaan UIN Yogyakarta. Jika dibandingkan dengan pagi hari, siang hari terasa sepi perpustakaan tersebut, sehingga membuat saya nyaman untuk membaca. Apalagi di lantai tiga yang isinya buku-buku yang jarang dijamah oleh para mahasiswa. Paling-paling ramainya cuma daerah tempat membaca koran dan skripsi, itu pun pada pagi hari. Pada siang hari hingga sore hari hampir dipastikan tidak ada orang.

Saya mulai menuju lantai satu, kemudian naik menuju lantai dua. Keliling-keliling sebentar, lalu naik lagi ke lantai tiga. Saya bingung, mau baca apa ya? Karena dari kos memang tidak ada niat untuk mencari buku tertentu, atau tentang masalah tertentu. Karena bingung, saya pergi menuju rak surat kabar dan majalah. Sialan, tidak ada koran baru, beritanya sudah kadaluarsa. Entah, saya tidak tahu ke mana koran-koran baru tersebut, padahal perpustakaan ini berlangganan empat surat kabar baik nasional maupun lokal. Tetapi tidak ada satu pun yang nongol.

Kemudian saya balik lagi menuju lantai dua. Saya menuju rak koleksi filsafat. Ah, tidak ada yang menarik, lalu menuju rak koleksi sosial. Saya coba mencari buku yang ada hubungannya dengan fenomena sosial pada saat ini. Aha! Saya menemukan buku yang ada kaitannya dengan masalah yang sedang heboh di Indonesia saat ini. Buku itu berjudul “Agama dan Masyarakat (Suatu Pengantar Sosiologi Agama) karya Elizabeth K. Nottingham.

Isu hangat saat ini yaitu tentang terorisme, yang diindikasikan oleh para pengamat sebagai fenomena agama dan masyarakat. Para teroris yang didalangi oleh DR. Azahari dan Noordin M. Top ini membom beberapa tempat di Indonesia atas nama jihad, yaitu sebuah usaha atas nama agama untuk melawan orang-orang kafir. Itulah mereka pahami jihad. Kafir yang dimaksud mereka adalah orang-orang barat seperti Amerika dan Australia. Dan mereka menganggap tindakannya benar dan diridhoi Tuhan. Lantas, jika terkena pada orang Indonesia, khususnya muslim, mereka mengatakan, “sudah takdirnya”.

Nah, menurut buku tersebut, bahwa memang antara agama dan masyarakat bisa saling mempengaruhi. Ada kalanya agama dilakoni dengan mengintegrasikan dengan budaya masyarakat setempat. Begitu juga sebaliknya, masyarakat beragama secara simbolis dan sangat menyatu dengan tradisi masyarakat itu sendiri. Seperti dalam Islam dengan adanya tahlilan, halal bihalal, dan lain-lain, sehingga sulit melihat mana agama dan mana budaya.

Namun, hal itu masih dalam buku tersebut tidaklah memunculkan problem sosial. Yang dikhawatirkan adalah sikap keberagamaan yang eksklusif, yaitu yang tidak mau menerima perubahan, atau menyatu dengan budaya masyarakat, sehingga dalam menjalani perilaku keberagamaan begitu sempit, kaku, dan tekstual. Mereka melihat dunia hanya hitam dan putih. Dalam pandangannya yang ada cuma halal-haram dan kawan-lawan. Penafsiran atas teks keagamaan menjadi pola pikirnya dan mengejawantah dalam perilaku kehidupannya. Lantas apa yang terjadi? Ya, sebagaimana yang terjadi saat ini mereka ibarat “ingin masuk sorga dengan mengorbankan orang lain”.

* * * Tak terasa waktu sudah sore. Sebentar lagi perpustakaan ditutup. Saya pun menutup buku tersebut, dan melangkah keluar. Sungguh, waktu yang tak sia-sia saya lalui.

* M. Iqbal Dawami adalah penulis yang aktif di komunitas GARIS, Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman