Senin, 20 Oktober 2008

ORANG KAYA BELAJAR "ACTION"

Oleh: J. Marsello Ginting

Menarik sekali kalau Anda membaca penemuan Andrias Harefa. Beliau menemukan fakta ini dari di sekolah kehidupan di Indonesia. Dia mengatakan: "Orang-orang yang paling kaya di negeri ini ternyata bukanlah mereka yang suka berbicara tentang cara-cara cepat menjadi kaya. Dan mereka bukan orang yang sering beriklan di media massa menawarakan gagasan brilian untuk menjadi kaya. Ternyata tidak satu pun yang termasuk dalam daftar 150 orang terkaya di Indonesia." Tiga nama teratas adalah Fadel Muhammad, Gubernur Gorontalo, dengan kekayaan 16,6 juta dollar AS, disusul dengan Fahma Idris,...dst.

Harefa menyimpulkan bahwa kelompok yang paling kaya tidak terbiasa dan enggan mengajarkan tentang ilmu menjadi kaya. Bahkan, mereka tidak suka berbicara tentang cara-cara cepat menjadi kaya. "Sebagian," tulis Harefa, "mereka tidak fasih berbicara dan acap kali menghindari kesempatan berbicara di muka umum. Dengan alasan tetentu, malah mereka menghindar dari pemberitaan media massa sebagai orang kaya."

Pertanyaannya, kalau begitu lebih tepat Anda belajar kaya dari orang mana? Dari penulis inovator bestseller? Tetapi, penulis itu juga hidupnya biasa-biasa saja. Tidak kaya, juga tidak miskin. Dari motivator terhebat Indonesia, juga sama halnya. Mereka bukan dari kalangan yang terkaya. Bukankah Anda pernah mendengar pepatah yang mengatakan: "Jangan dengarkan nasihat penjual celana yang tidak bercelana!"?

Harefa menyimpulkan, jalan menuju kaya dari 150 orang terkaya tersebut di atas adalah jalur bisnis, perdagangan. Tidak berarti mereka berasal dari lulusan Sekolah Tinggi Bisnis ternama di Indonesia. Mereka juga bukan bekas peserta seminar tiga hari dari motivator bertaraf internasional. Mereka bukan pula bekas pakar bisnis ternama. Mereka jadi kaya juga tidak dari membaca buku Ilmu Menjadi Kaya.

Untuk menjadi kaya raya, menurut Robert T. Kyosaki, orang harus menjadi pebisnis. Berbisnis bagi Kyosaki berarti berani mengambil risiko, berani menjadi anak jalanan. Turun dan praktik di lapangan. Bergaul dengan masyarakat dengan bermacam golongan dan latar belakang. Berkomunikasi, negosiasi, diplomasi, lihat sana lihat sini, tanya ini dan itu. Selaras dengan perkataan Bob Sadino, yang dikutip Edy Zaqeus di Pembelajar.com:

"Kalau saya mau bisnis, saya tidak perlu mikir kayak orang pintar. Bikin rencana begini-begitu. Kalau mau bisnis ya bisnis saja, tidak usah terlalu banyak mikir. Kalau terlalu banyak mikir kayak orang-orang pintar itu, percayalah, nanti ndak bakalan jadi berbisnis!"

Dari data di atas, satu pun tidak menyebutkan bahwa orang terkaya tersebut pernah belajar kaya dari tulisan, atau mengikuti seminar motivator tertentu. Namun, ini tidak berarti bahwa di antara 150 orang tersebut tidak pernah membaca buku Ilmu Menjadi Kaya. Mungkin, pernah membaca atau belajar ilmu jadi kaya, namun mereka dengan alasan tertentu tidak mengakuinya atau bisa juga sudah melupakannya.

Tulisan ini tidak bermaksud menyelidiki siapa yang mengajarkan atau memberi mereka ilmu menjadi kaya, tetapi apakah yang dikatakan orang tentang bagaimana menjadi kaya. Membaca tulisan tentang ilmu menjadi kaya, membaca biografi orang terkaya, mendapatkan informasi sekecil apa pun dari tabloid bisnis orang kaya tentulah sangat berguna. Tetapi lebih penting lagi, orang itu melakukan seperti apa yang telah dikatakan mereka. Dan mulai bertindak, itu mahapenting.

Tepat yang dikatakan Andrie Wongso dalam salah satu artikelnya "Action Is Power". Beliau mengatakan, "Kita mungkin punya sebongkah impian indah, segudang rencana, setumpuk ide cemerlang, tetapi semua itu tidak akan menghasilkan apa pun, jika kita tidak berani memulai dengan langkah pertama." Pendapat ini selaras dengan apa yang diuraikan Johanes Lim dalam bukunya Just Duit. Dengan lembut dia menulis, "Karena itu saudaraku, jika Anda sudah mengerti (ilmu menjadi kaya yang dia uraikan—pen), DO IT NOW.Jangan menunggu besok, apalagi lusa, karena ‘Tomorrow is nothing, Now is everything and our BEING’".

Apakah makna dari kata "berbisnis", "turun ke jalan", "tidak perlu mikir", "Action is Power", "DO IT NOW" dari para tokoh di atas? Sudah sering kita mendengar ucapan: "Ujung tombak perusahaan berada di tangan marketingnya." Para marketinglah yang selalu bertindak, telepon si A dan si B. Mereka yang mengadakan kunjungan sana-sini, berbicara ini dan itu. Dengan tegas Yakobus mencatat bahwa iman (kepercayaan) tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati! "Kalau terlalu banyak mikir, terlalu banyak pertimbangan, mendengarkan terlalu banyak pendapat, percayalah, akhirnya tidak bakalan jadi pebisnis," kembali ditegaskan Sadino.

Belajar dari uraian para tokoh di atas, ada dua kata kunci yang harus dilakukan untuk menjadi hidup kaya raya, hidup berkelimpahan, atau hidup sejahtera, yaitu: Berpikir dan Bekerja. Dua kata ini tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.Tentu orang akan berkata, "Bukankah semua orang juga berbuat demikian?" Tukang pikul di pelabuhan, tukang becak, tukang pangkas, petani di desa pedalaman pergi ke kebun pagi dan pulang sore, karyawan kantor, supir bus, nakhoda kapal, pilot pesawat, dan banyak lagi. Semua melakukan hal yang sama, berpikir dan bekerja. Kenyataannya hidup mereka “senen-kemis”. Di mana rahasianya menjadi kaya tersebut?

Kiranya ada satu kata lagi yang harus ditambahkan pada dua kata tersebut, yaitu "s m a r t" alias cerdas. Mereka tidak cukup hanya berpikir dan bekerja, tetapi harus berpikir cerdas dan bekerja cerdas. Dengan istilah kerennya: Think and Work Smart! Ilmu berpikir cerdas dan bekerja cerdas menjadi tema pokok program yang harus banyak diajarkan oleh para pakar motivator, para guru, dan dosen di perguruan tinggi bisnis.

Selain dua kata kunci di atas, kata "bekerja", "berbuat", "bertindak" memiliki makna kata yang lebih dalam. Kata "bekerja" atau "Do it" dalam arti "bertindak" merupakan dasar dari segalanya. Artinya, berpikir sendiri adalah pekerjaan.

Bahkan di antara sekian banyak pekerjaan, "berpikir" adalah salah satu pekerjaan yang tersulit. Akibatnya, banyak orang menunda, bahkan sedikit melakukan pekerjaan berpikir. Secara keseluruhan program Etos Kerja yang dilahirkan oleh Bapak Etos Kerja Indonesia , Jansen H. Sinamo, menjadi penting dalam terminologi "berpikir" termasuk salah satu aspek bekerja.

Mempelajari bagaimana berpikir dan bekerja cerdas merupakan salah satu pengetahuan dan program yang tidak kalah menarik. Fungsi penggunaan otak merupakan salah satu kunci utama Kyosaki. Di dalam bukunya Retire Young Retire Rich, Gramedia hal. 419, Kyosaki mengatakan: "Kalau Anda ingin pensiun muda dan pensiun kaya, dan Anda tidak mempunyai banyak uang, pendidikan, atau pengalaman, mulailah menggunakan OTAK Anda." Lebih lanjut dia mangatakan, "Dalam realitas saya, tidak diperlukan uang untuk menjadi kaya. Dalam realitas saya diperlukan kekuatan mental dan emosi."

Kemudian, di halaman 442 pada buku yang sama, dia menuliskan: "Kita sering diajarkan bahwa hanya orang atau makhluk yang paling dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang akan terus hidup dan kalau kita tidak menyesuaikan diri, kita tidak dapat hidup. Itulah cara berpikir narapidana! Banyak orang merupakan narapidana finansial dari ketakutan mereka. Itu sebabnya mereka mempertahankan jaringan pengaman, menjadi tamak, dan berjuang untuk memperoleh sedikit uang seperti anjing-anjing lapar yang berebut tulang tanpa daging, bukan mencari kebebasan finansial."

Senada dengan Kyosaki, Johanes Lim menguraikan rumus sukses dan kaya lebih cepat diperlukan dua hal. Pertama, mengadakan perubahan dan perbaikan cara berpikir tentang bagaimana mendeteksi dan mengelola kesempatan dalam program aksi memperoleh uang dan dalam cara mengelola uang. Yang kedua, keluar dari confort zone dan status quo, serta berhenti mencari alasan untuk tidak bertindak, dan menempatkan diri kita kepada suatu situasi di mana kita tidak ada jalan balik kecuali maju. Dengan kata lain, "Burn the bridge behind you!"

Jelas, dari pendapat para pakar ini semakin terlihat bahwa pikiran dan tindakan harus bekerja sama secara erat dan berkesinambungan. Setelah Anda banyak mengetahui dan menghapal metode, tahapan, sistem untuk menjadi kaya dalam pikiran, seterusnya Anda harus mengambil tindakan segera. Tindakan yang terarah kepada satu titik sasaran yang Anda sudah dapatkan.

Mungkin Anda bertanya dalam hati, "Dapatkah tulisan ini mejadi acuan untuk saya jadikan pelajaran jadi kaya? Bukankah seharusnya saya lebih tepat belajar jadi kaya dari antara 150 orang terkaya di atas?" Saya tidak tahu persis apakah Robert T. Kyosaki termasuk sama kaya dengan salah satu di antara 150 orang terkaya di Indonesia. Dari bukunya terbitan pertama, saya baca bahwa banyak sekali Kyosaki belajar dari kisah orang miskin alias orang gagal dalam kehidupan. Bahkan dia mengaku pintar mendengarkan keluhan cerita mengapa orang gagal dalam kehidupan. Artinya, di sana dia belajar "mengapa orang gagal dan mengapa orang sukses ". Mungkin itu pula yang menjadi alasan mengapa judul bukunya yang pertama dia sebut Rich Dad and Poor Dad alias "Bapa Kaya dan Bapa Miskin".

Bukan dari siapa orang belajar, melainkan lebih penting apa yang Anda lakukan setelah belajar. Sebagai perbandingan, Anda dapat belajar dari perangkat komputer. Dalam perangkat komputer ada dua elemen dasar komputer yang sangat penting, yaitu hardware dan software, perangkat keras dan perangkat lunak.

Semua program (perangkat lunak), dari yang sederhana hingga yang kompleks, dapat Anda instal pada perangkat keras komputer Anda. Setelah diinstal, Anda dapat menggunakan komputer tersebut sehingga sesuai dengan kehendak pemakainya. Hardware itu dapat diumpamakan sebagai tubuh Anda secara keseluruhan. Sebut saja di antaranya lima pancaindra, yaitu mata, telinga, hidung, kulit dari ujung kaki hingga ujung rambut, dan lidah. Sedangkan perangkat lunaknya adalah jiwa, yang di dalamnya terdiri dari pikiran, kehendak, dan emosi Anda.

Dalam setiap pribadi manusia yang ingin sukses atau kaya telah ada dua elemen dasar, yaitu Tubuh dan Jiwa. Untuk menjadi hidup sukses atau kaya raya, Tubuh dan Jiwa itu harus melakukan suatu tindakan, action. Setelah pikiran dalam otak menerima informasi ilmu jadi makmur atau kaya, selanjutnya lakukan tindakan. Artinya melakukan sesuatu sesuai dengan arah tujuan Anda. Program secanggih apa pun tidak akan menghasilkan apa pun tanpa mengaktifkan komputer Anda. Setelah mengisi program tertentu, Anda harus menghidupkan serta melakukan sesuatu dengan komputer itu. Mungkin berupa tulisan atau gambar ini atau itu yang berguna untuk kehidupan.

Jadi, kalau ada sementara hasil penelitian para pakar ilmu jiwa mengatakan bahwa manusia rata-rata hanya menggunakan lima persen dari kemampuan otaknya yang ada dalam kepalanya, mungkin itu ada benarnya. Berapa persen komputer pribadi di rumah-rumah yang sungguh-sungguh menghasilkan uang? Malahan bukannya menghasilkan, bahkan rusak karena terlalu lama tidak digunakan, kurang dipanaskan, atau kabel digigit tikus, karena terlalu lama tidak disentuh oleh kehidupan.

Demikian juga halnya, pikiran dalam otak manusia itu perlu dihidupkan. Hardware, tubuh manusia itu, perlu dibersihkan, dipanaskan, digunakan agar tidak rusak atau karatan. Demikian Anda telah mengisi pikiran Anda dengan program kemakmuran atau kaya raya. Semuanya sudah tersusun rapi dalam otak anda. Bila anda tidak mengatifkannya, tidak akan pernah menghasilkan kekayaan. Semakin diaktifkan, reaksinya semakin bagus. Jalan pikiran yang bercampur-baur dengan setiap wujud perasaan akan membentuk suatu tenaga "magnetik".

Jalan pikiran yang bercampur baur dengan emosi dapat dibandingkan dengan sebuah "BENIH" yang jatuh di tanah yang subur, bertumbuh dan berlipat kali ganda secara berulang kali, sampai biji benih yang pertama itu menghasilkan jutaan biji baru yang coraknya sama.

Banyak orang mengatakan orang kaya itu semakin mudah tambah kaya. Mungkin hal itu ada benarnya,karena mereka banyak BERPIKIR dan banyak "DO IT".[jmg]

* J. Marsello Ginting lahir di Sibolangit Deli Serdang, Sumatera Utara, pada 19 April 1958. Penghobi bacaan, traveling, dan koleksi buku-buku, khusus tentang motivasi dan pengembangan diri. Telah dikaruniai empat anak, hasil perkawinannya dengan Henny Helena. Marsello Ginting memiliki pengalaman kerja yang beragam, mulai dari percetakan di Pangkal Pinang, Bangka, Social Worker for Galang Island Refugees, guru SMA negeri dan swasta di Bandung. Setelah menyelesaikan pendidikan di Fakultas Filsafat Unpar Bandung (1988) ia kemudian hijrah ke Jakarta dan bekerja di Departemen Agama Pusat Jakarta. Karena tidak betah, ia kemudian bekerja sebagai Building Waterproofing Contractor. Ia pernah juga menjabat posisi manajerial di sejumlah perusahaan di Jakarta. Dua tahun terakhir ini ia dan beberapa rekannya telah mendirikan Yayasan Pondok Gede, Great House Management, untuk membantu masyarakat yang terkena PHK dan jobless. Ia dapat dihubungi di email: gintingshow@yahoo.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman