Selasa, 04 November 2008

MENULIS BERARTI MENUJU KEBIJAKSANAAN

Oleh: Eni Kusuma W


Jika Anda memutuskan untuk menulis hari ini, saya ucapkan "Selamat!". Karena dengan menulis berarti kita sedang melatih diri menuju proses yang membuat kita menjadi lebih bijaksana. Apalagi untuk tipe orang seperti saya. Emosi yang meledak-ledak dan gampang pecah. Maklum, perempuan. Bungsu lagi...hehehe.

Saya biasa menulis diari jika saya marah, benci, stres, suntuk, jengkel dan perasaan lain yang tak terkontrol. Patah hati adalah salah satu masa sulit saya. Saya merasa sangat sedih melihat kenyataan diri, ternyata kecantikan saya masih diragukan. Sama kecewanya ketika saya menghadapi kenyataan tak lolos UMPTN dulu. Suatu bukti telak bahwa tingkat intelijensi saya masih harus dipertanyakan.

Biasanya saya menuliskan semua perasaan saya tersebut. Kemudian saya tutup dan kembali membukanya keesokan harinya. Apa yang terjadi? Ternyata saya tertawa begitu membaca kembali isi diari itu. Kekanak-kanakan, tidak dewasa dan konyol. Itulah penilaian saya terhadap diri saya sendiri. Jika Anda bertanya: "Masih adakah diari-diari saya itu?" Sayang sekali, sudah tidak ada. Karena saya tidak pernah mau menyimpan perasaan-perasaan negatif saya.

Bagi saya, menjadi seorang yang "mengerti" dan bijaksana memerlukan proses. Dan menulis adalah salah satu cara yang paling ampuh (meskipun bukan satu-satunya cara) untuk melatihnya. Melatih emosi agar tak terlampiaskan pada orang lain atau dilingkungan sekitarnya. Dengan menulis saya bisa berlatih mengendalikan diri atau menahan emosi supaya tak terlampiaskan. Awalnya saya memang "terpaksa" menahan diri tetapi semakin lama saya semakin berusaha untuk mengerti bahwa emosi tidak perlu dilampiaskan. Sebab akan merugikan semua pihak dan diri saya sendiri.

Tidaklah mudah untuk mengendalikan amarah, ketika "disakiti" oleh orang lain. Apalagi dengan gampang memaafkannya. Ini membutuhkan kemampuan kontrol yang tinggi. Jujur saja saat ini saya masih dalam tahap berusaha mengerti untuk tidak "terpaksa". Terpaksa menahan amarah dan terpaksa memaafkan. Meskipun begitu, paling tidak itu sudah bisa membuat saya lebih bisa menerima dan berlapang dada. Apalagi saya yang seorang pembantu, yang mana 'hak-hak' saya sering kali terabaikan. Sungguh, untuk bisa memahami tentang makna keikhlasan membutuhkan kemampuan kendali yang sangat tinggi. Apalagi dalam menjalankannya secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari.

Menulis juga bisa melatih saya untuk menganalisis, menalar, dan menilai suatu kejadian atau peristiwa yang saya alami. Membuat pikiran saya lebih jernih. Sehingga saya bisa menghadapi persoalan selalu dalam kendali akal. Bagi saya menulis adalah proses pembelajaran saya untuk 'mengerti dan paham'. Sedangkan mengerti dan paham hanya didapat dari pembelajaran yang intensif sepanjang usia. Jadi saya akan tetap menulis sepanjang usia saya. Bagaimana dengan Anda?

Saya merasa senang dengan kegiatan menulis. Menulis tentu harus dibarengi dengan membaca. Karena baca tulis adalah sepasang kegiatan yang tidak bisa dipisahkan. Baca tulis adalah awal dari ilmu pengetahuan. Dengan ilmu saya bisa menembus yang samar, menemukan sesuatu yang hilang, dan menyingkap sesuatu yang tersembunyi. Dengan terus belajar, menuntut ilmu dan menggali pengetahuan saya tidak akan merasakan sedih dan bosan dalam hidup. Sepahit apa pun. Senantiasa gembira karena pasti hari ini tidak sama dengan hari kemarin ataupun hari esok. Karena akan selalu ada yang baru.

Dengan rajin membaca dan menulis, bukankah sebenarnya kita sedang melatih kerja otak untuk mengkaji dan memahami makna yang berada dibalik tulisan? Bukankah orang bijak berkata: "Kehidupan jiwa adalah konsep dan makna?"

Menulis dan membaca tidak hanya bermanfaat untuk mengisi waktu luang baik siang maupun malam. Namun lebih dari itu, kita akan mendapatkan 'penghormatan dari kaum awam sekaligus persahabatan dengan para guru'. Kita bisa melatih kemampuan otak untuk menalar, membentuk kepribadian, mengembangkan harta dan menjaga kehormatan.

Jadi , siapa pun Anda. Di tangga profesi manapun posisi Anda saat ini, bahkan jika hanya seorang ibu rumah tangga sekalipun, jika gemar menulis dan membaca akan lebih baik. Apalagi jika dibarengi dengan memahami, menganalisis, dan menalar. Mumpung ada buku dan pena, menulis saja. Karena jika kita sudah berada di Surga, apakah Tuhan masih menyediakan buku dan pena? Adakah perpustakaan di sana? Ataukah pintu untuk mengkaji ilmu sudah ditutup?

* Eni Kusuma W adalah seorang TKI (pembantu rumah tangga) di Hongkong. Ia aktif di mili Penulis Best Seller dan mengaku sebagai manusia pembelajar yang sedang menjalankan program dari Pembelajar.com, yaitu "rajin belajar". Ia suka menulis cerpen, artikel opini, dan sedang menulis buku maupun merampungkan novel keduanya. Eni dapat dihubungi di: eni_kusumaw@yahoo.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman