Kamis, 13 November 2008

Bom..! Bom..! Bom..!



Sebuah Komentar Oleh Mm Andrew

Menonton berita di televisi, air mata tak terasa jatuh melihat betapa para korban amat merana baik secara fisik maupun batin.

Terbayang seandainya kita yang di sana, apa yang ada di hati dan otak kita ?
Pagi berangkat dari rumah dengan tujuan mencari nafkah untuk keperluan hidup sehari-hari baik diri sendiri maupun keluarga, nyatanya di tempat kerja malah mendapat petaka. Atau seperti seorang ibu yang sudah kehilangan nyawa putranya eh.. malah kehilangan putrinya akibat kepanikan yang membuatnya bingung menentukan mana yang harus lebih dulu di jaga, yang hidup atau yang sedang dalam keadaan sekarat.

Mendung benar-benar telah menyelimuti hati kita, apalagi mereka.

Selain saya, ternyata banyak pula yang punya kesan sedih terhadap tragedy ini, bahkan ada pula yang marah dan mengutuk, tapi ada pula yang tampak tenang-tenang saja dengan berbagai alasan. Saya yakin sekali bahwa salah satu alasannya ada yang mendukung si pelaku tentu dengan pandangan yang sama ekstrim-nya dengan si pelaku.

Kalau boleh saya ungkapkan pendapat saya (boleh atau tidak boleh, tangan saya tak bisa berhenti untuk menulis ini), jika si pelaku adalah warga Indonesia juga atau paling tidak bagian dari negara Indonesia, apa pun tujuan si pelaku, tidak dapat dikatakan sasaran hanya pada satu individu atau golongan, tapi sudah pada keseluruhan negara bahkan untuk dirinya sendiri dan keluarganya.

Tidak ada manusia yang benar-benar sebatangkara. Maka, juga untuk si pelaku terror bom ini, pastilah dia memiliki keluarga. Katakanlah, dia melakukan ini atas ikrar terhadap golongannya, atau kepada dirinya sendiri, atau kepada Tuhannya. Tidakkah ini berpengaruh pada orang-orang terdekatnya ? Siapakah dia, apakah ajudan Tuhan ? Mengapa merasa berhak atas nyawa atau ketentraman orang lain. Sedangkan jika kita minta berkah untuk diri sendiri dari Tuhan masing-masing, berkah itu jatuh dan tercurah juga kepada orang lain.

Rumah saya kekeringan air, saya minta air pada Tuhan saya, Tuhan saya berikan hujan untuk rumah saya dan rumah tetangga saya yang belum tentu meminta seperti saya. Jadi, bila tujuannya adalah warga negara asing di negeri kita ini, apakah hanya mereka yang kena sasaran ? Lihat satpam itu bukankah satu warga negara dengan kita, lihat pejalan kaki itu bukankah satu agama dengan kita, lihat yang lain-lain selain musuh sasaranmu itu, kamu jagakah mereka ?

Saya begitu terkesiap mendengar penuturan salah satu tersangka (dan sudah mengaku) pada peristiwa bom Bali yang ditanya oleh wartawan, bagaimana dengan korban lain yang jatuh padahal bukan sasaran kalian ? Dia menjawab: ya …. Kalau dia ikhlas, dia akan masuk surga, dan semoga saja dia ikhlas.

Jawaban itu adalah ungkapan suatu kesombongan dan pemaksaan terhadap orang lain.

Hai manusia, kita sama adalah orang berdosa yang sedikitpun sebenarnya tidak bersyarat sebagai umat Tuhan, mengapakah kita mengambil hak dan tugas Tuhan.

Siapakah kita ?

Mm. Andrew
10 September 2004
Penulis dapat dihubungi melalui email :autocentre@uniparts.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman