Kamis, 13 November 2008

The Power of Dream [01] -



Oleh Danang A. Akbarona

Teman-teman, akhir-akhir ini saya sangat termotivasi oleh ucapan Walt Disney:

I f y o u c a n d r e a m i t, y o u c a n d o i t !

Mimpi yang oleh kebanyakan orang dianggap sebagai bunga tidur, dalam arti yang lain dapat dianggap sebagai kekuatan bawah sadar yang mampu melipatgandakan keinginan kita menjadi kenyataan. Dalam pengertian yang tidak terlalu menyimpang (menurut saya), inilah yang disebut oleh Jalaluddin Rakhmat ketika mengantarkan buku Kecerdasan Milyuner (Ahaa, 2003), sebagai “kekuatan imajinasi”. Mimpi dalam pengertian ini tidak lagi berada dalam ruang bawah sadar, karena imajinasi—melampaui dan mendahului batas waktu—merupakan proses kreasi ruang-ruang kemungkinan yang diperkuat oleh proses rasionalisasi logika-logika yang ada dalam akal (Anis Matta, 2003). Dalam pengertian ini mimpi – imajinasi berubah menjadi cita-cita.

Oleh tiga serangkai—Dimitri Mahayana, Agus Nggermanto, dan Khairul Ummah—penulis buku Kecerdasan Milyuner, apa yang sedang kita perbincangkan ini mereka sebut sebagai “kecerdasan aspirasi”. Menurut mereka, kecerdasan aspirasi adalah kecerdasan manusia dalam mengenali dan mengelola keinginannya. Dalam batas yang paling longgar, keinginan untuk meraih sesuatu selalu didahului oleh penciptaan mimpi. Belakangan, bahkan mimpi menjadi semacam tuntunan, yang selalu ditekankan oleh banyak pakar motivasi, untuk meraih sukses.

Penelitian mengenai orang-orang sukses menunjukkan bahwa mereka semua memiliki mimpi yang menggerakkan hasrat untuk meraihnya. Mimpi mereka besar, dan karenanya hasil mereka juga besar. Mimpi adalah sumber motivasi yang menggerakkan. Mimpi adalah tujuan yang ingin diraih. Karena itulah pribadi-pribadi yang tidak memiliki mimpi tidak akan meraih sukses, karena tidak memiliki tujuan yang ingin dicapai. Nah lo!

Andaikata Thomas Alva Edison tidak memiliki mimpi untuk membuat lampu listrik, aktivitas manusia tentu tidak seaktif saat ini. Apabila Wright bersaudara tidak mempunyai mimpi manusia bisa terbang, mungkin kita tidak akan mengenal pesawat terbang, dan lain-lain. Mungkin anda bisa menambahkan,

a n d a i s a y a t i d a k b e r m i m p i . . . . . . . . p a s t i t i d a k a k a n . . . . . . . . .

Orang-orang sukses menjadi sukses besar karena mereka punya mimpi yang besar. Mimpi mereka besar karena mereka selalu berfikir besar. Orang yang berfikir besar selalu berkata

A K U B I S A !

Berdasarkan hasil penelitian, cara mereka berfikir yang selalu positif memberikan energi yang luar biasa pada keberhasilan dalam meraih tujuan yang diinginkan. Inilah yang disebut sebagai the power of possitive thinking. Mereka yang bermimpi dan berfikir besar melewati berbagai rintangan yang jauh lebih besar, tapi mereka selalu berhasil mencapai puncak, karena mereka selalu berfikir A K U B I S A! Orang-orang ini oleh Paul Stoltz, dalam bukunya yang sangat bagus Adversity Quotient, dinamai sebagai Climber (Pendaki). Para climber ini memiliki kekuatan pengelolaan emosi yang hebat sehingga mampu bertahan terhadap kesulitan-kesulitan (tangguh), dan kesetiaan untuk tetap membela mimpi-mipinya (teguh).

Kisah berikut ini, saya kutipkan dari buku Kecerdasan Milyuner dan Berani Gagal (Billi P.S. Lim, 1998), tentang keteguhan hati orang-orang besar untuk terus maju meraih kesuksesan:

Louis Pasteur kehilangan tiga anak wanitanya akibat terkena penyakit, dan oleh karena kesedihannya yang mendalam, akhirnya ia menemukan metode vaksinasi yang amat berguna bagi umat manusia. Louis Pasteur mengubah kepedihannya menjadi mimpi untuk menyelamatkan banyak orang. Dialah penemu vaksin yang kini menyelamatkan banyak orang di seluruh penjuru dunia.

Albert Einstein, sang genius yang merupakan manusia terkemuka abad-20 versi Time, ketika kecil dianggap guru sekolah dasarnya amat bodoh. Ibunya marah dan membantah. Einstein juga mengalami kegagalan pada tesnya ke ETH Zurich, dan diterima bersyarat. Dalam kuliah pun ia tertatih-tatih. Prof. Minkowsky, dosen matematikanya, menjulukinya sebagai anjing bodoh. Namun dengan semangat juangnya, Einstein ternyata berhasil membuktikan dirinya sebagai fisikaan terbaik di abad-20. Di antara karyanya yang paling terkenal adalah persamaan kesetaraan masa dan energi, teori relativitas dan teori kuantum. Einstein menjadikan keingintahuannya akan alam sebagai motivasi untuk meraih prestasi.

Jet Li, aktor kungfu ternama kelahiran 1963, dari kecil ditinggal ayahnya menjadi yatim. Karena kemiskinan yang luar biasa dan didorong oleh keinginan memiliki baju, Jet Li mengikuti latihan wushu dengan amat serius. Kemampuan wushu disertai dengan profesionalisme melejitkannya menjadi artis Hongkong yang amat menggetarkan di Hollywood. Penampilannya dalam Kungfu Master, Once Upon a Time in China, dan sederetan film lainnya memastikannya sebagai salah satu artis Hongkong yang paling sukses.

Hellen Keller, adalah wanita bisu tuli buta sejak kecil. Namun, ia menjadi wanita bisu tuli buta pertama yang mencapai gelar sarjana di dunia, dan gelar itu diperolehnya dari universitas Harvard, salah satu universitas terbaik di Amerika Serikat. Adalah Anne Sullivan yang selalu mendampingi kuliahnya, dan menyampaikannya lewat tangannya. Hellen Keller akhirnya menjadi pembicara dan penulis yang mampu memukau dan mengetuk hati manusia di dunia menegnai pentingnya peduli dan berbagi kasih dengan orang-orang cacat.

Thomas Alva Edison, sungguhpun hanya berpendidikan formal selama 3 bulan, ia telah menjadi salah seorang pencipta terbesar sepanjang zaman. Ketika meninggal dunia ia memegang lebih dari 1300 hak paten AS dan negara asing. Ia mewariskan mega perusahaan General Electric.

Dan masih banyak lagi cerita besar orang-orang besar karena mereka berani berfikir dan bermimpi besar. Tidak sedikit dari mereka yang memiliki keterbatasan (cacat) fisik. Shakespeare yang lumpuh tapi mampu mengarang sandiwara terbaik di dunia. Beethoven yang tuli tapi mampu menggubah beberapa aransemen musik klasik yang terindah. Franklin Delano Roosevelt yang lumpuh sejak usia 39, namun malah menjadi satu-satunya presiden dalam sejarah Amerika yang dipilih 4 kali sebagai presiden Amerika Serikat yang ke-32. Stephen Hawking yang lumpuh total akibat neuron motor-nya tidak berfungsi, masih dianggap sebagai ahli fisika terpandai setelah Einstein. Pada tahun 1988, ia menulis buku “A Brief History of Time” yang telah diterjemahkan ke dalam 22 bahasa dan telah terjual lebih dari 10 juta kopi di seluruh dunia. Dan lain-lain.

Teman-teman bisa menambahkan sendiri deretan nama orang-orang besar yang sukses mengukir prestasi karena berani berfikir dan bermimpi besar, tidak harus melulu orang-orang yang sudah kesohor seperti yang saya sebutkan di atas. Bisa jadi mereka ada dan hadir di sekitar kita dengan nama Anwar, Slamet, Muslich, Yulizar, Syaiful, misalnya, seperti yang terangkum apik dalam buku Selalu Ada Peluang (Jakie Ambadar, dkk). Eh, siapa tahu juga, diantara deretan nama itu ada nama anda di urutan kesekian ;)

Saya sendiri selalu membiasakan diri untuk selalu berfikir dan bermimpi besar. Setidaknya, setiap kali saya membaca buku-buku bagus, saya selalu mengatakan dalam hati a h, s a y a j u g a b i s a m e m b u a t n y a !, setiap kali saya menghadiri seminar dan training dengan pembicara hebat, selalu terlintas kata a h, s a y a j u g a b i s a s e p e r t i m e r e k a !, meskipun masih selalu terbesit kata lain “kayaknya” atau “someday”. Tapi, yang pasti, saya semakin yakin dengan kata itu “Bila anda mampu memimpikannya, anda mampu mewujudkannya.” Bagaimana dengan anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman