Kamis, 13 November 2008

Uang dan Nota Sekolah Yang Harus Dibayar!!!

Sebuah surat oleh Sofa Nurdiyanti - Siswa Kelas II SMA Negeri I Ngawi Jawa Timur

Catatan Redaksi: Berikut adalah coretan kegelisahan seorang siswi di sebuah kota kecil di Ngawi, Jawa Timur, tentang mahalnya biaya sekolah saat kenaikan kelas. Surat ditulis tangan dengan huruf-huruf besar yang menyiratkan kekesalan mendalam.


UANG

Aku mengejar uang
Tapi ia selalu menghindar
Ia seperti mengejekku

Kemudian....
Guruku...
(mata batin itu berkata)
"Jangan terobesi dengannya...
Karna ia akan menjeratmu
Membuatmu jatuh
Dan akan terus merantaimu

Syukurilah yang ada
Jika memang rezeki tak kemana
Tapi kau harus berusaha
Jangan jadi pemalas
Jadikanlah ilmu sebagai tongkatmu
Dan hati yang bersih untuk bekerja

Maka kau temukan
Kebahagiaan sejati
(lebih) dari sekadar nikmat
Mempunyai uang
Dan dapat tidur nyenyak


Selamat membaca Laporan Nota Sekolah yang Harus Dibayar

LKS @ Rp5.500 x 10 Rp 55.000
Buku Bhs Inggris Rp 22.000
Buku Geografi Rp 10.000
Buku Akuntansi Rp 22.000
Fotokopi Matematika Rp 8.500
Fotokopi Kimia Rp 12.000
Fotokopi Biologi Rp 10.000
Fotokopi Fisika Rp 8.500
Daftar ulang Rp 90.000
Les Komputer Rp 100.000
Uang Gedung Rp 170.000
Jumlah Rp 508.000

SPP naik dari Rp 30.000 menjadi Rp 35.000
Uang naik bus makin mahal. Pulang pergi Rp 3.500 x 30 hari = Rp Rp 105.000

Yang tertera itu belum termasuk "PUNGUTAN LIAR" setiap bulan + Rp 15.000. The meaning of Pungutan Liar adalah pulpen, setip, buku, iuran wajib, iuran kelas, uang untuk biaya tak terduga).

DEMIKIAN LAPORAN AKUNTANSI. SILAKAN DIAUDIT. KALAU KORUPSI SILAKAN LAPOR KE MENTERI KORUPSI (INI DIPERLUKAN UNTUK ORANG INDONESIA).

Pesan:
Buat yang baca jangan pusing, karena di apotik tidak dijual obat untuk orang yang pusing akibat uang!!! Jadi, more and more PRAY, so that your brain can work so well. Ok!

Salam Manis
Sofa Nurdiyanti
(Caleg Komisi I DPR Pusat)
Catatan: Sofa Nurdiyanti adalah siswa Kelas II SMA Negeri I Ngawi Jawa Timur. Ia hidup pas-pasan bersama adik perempuannya Nur Sari Ningrum (kelas 3 SMP Negeri 2 Ngawi), serta ibunya di sebuah desa kecil di Ngantru, Ngawi bagian utara. Ayahnya meninggal saat ia masih duduk di bangku SD.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman